Zenius Fellow
- Bongkar Hoaks
- Lagi Ngetrend
- Sains & Matematika
- Bahasa & Linguistik
- Ilmu Sosial & Budaya
- Persiapan Masuk Kuliah
- PAS/PAT SMA
- UTBK-SBMPTN
- Tips Belajar
Pengertian Problem Solving Beserta Teori dan Contoh Soalnya
- Posted by by Maulia Indriana Ghani
- Mei 10, 2022
Elo pernah main game tebak-tebakan, nggak? Misalnya, ada tiga orang, manakah yang termasuk pencuri? Nah, itu termasuk contoh problem solving. Apa pengertian problem solving? Gimana strategi penyelesaiannya? Yuk, kepoin!
Elo termasuk pencinta kopi, bukan? Biasanya, pencinta kopi itu kalau pagi-pagi sebelum beraktivitas, ya ngopi dulu. Kalau nggak ngopi, rasanya bakal lemas sepanjang hari, nggak bergairah.
Alhasil, kegiatan membuat kopi itu menjadi sesuatu yang elo lakukan secara otomatis tanpa proses berpikir panjang. Pokoknya langsung satsetsatset . Mulai dari menyiapkan cangkir, menuang kopi ke dalam cangkir, menambahkan gula, menuang air panas, mengaduk-aduk, dan yang terakhir, seruput, deh!
Lain halnya ketika elo mau membuat kopi ala coffee shop , misalnya latte art . Buat elo yang nggak biasa bikin latte art , kegiatan tersebut tentu membutuhkan proses berpikir, yang mencakup strategi dan perencanaan.
Misalnya, apa aja sih, yang gue butuhkan untuk membuat latte art ? Oh, gue butuh alatnya, bahan-bahan harus yang terbaik, lama proses pembuatannya juga perlu gue perhatikan supaya nggak telat berangkat sekolah, terakhir bentuk art -nya.
Kurang lebih, elo akan berpikir seperti itu, kan? Jadi, dalam menyelesaikan masalah atau problem solving itu elo akan menggunakan metode yang berbeda-beda. Misalnya pada contoh kasus kopi di atas, elo menggunakan metode planning perincian detail.
Kedua, ada metode perhitungan matematis. Jadi, elo menggunakan perhitungan dalam menyelesaikan suatu masalah. Selanjutnya, ada metode trial-error , elo coba, gagal, elo ulang lagi sampai berhasil.
Nah, cara terbaik untuk solve problem adalah elo harus tahu konteks masalah dan informasi yang elo punya terlebih dahulu untuk mendapatkan metode yang paling cocok digunakan. Namun, elo nggak harus memilih salah satu dari ketiga cara tersebut, kok. Elo bisa mengombinasikan ketiga cara tersebut untuk mendapatkan solusi yang terbaik.
Oke, contohnya bakal gue bahas setelah elo memahami pengertian problem solving di bawah ini, ya.
Apa Itu Problem Solving?
Elo pasti sering mendengar istilah problem solving , kan? Di sekolah pun kita dididik untuk memiliki skill yang satu ini. Nggak cuma di sekolah, kok. Dunia kerja pun membutuhkan orang-orang dengan skill tersebut.
Pasalnya, problem solving adalah bagian dari keterampilan atau kecakapan intelektual seseorang. Tanpa memahami dan memiliki skill tersebut, akan sulit rasanya saat elo menghadapi berbagai masalah atau hambatan dalam hidup.
Kita bisa mendefinisikan pengertian problem solving sebagai proses identifikasi masalah, mengembangkan solusi yang mungkin bisa digunakan, dan mengambil tindakan yang tepat dari pilihan solusi tersebut.
Oke, sekarang kita tahu nih, kalau problem solving itu secara istilah use logic atau menggunakan logika berpikir dan prosedur efektif untuk menyelesaikan suatu masalah setepat dan sesimpel mungkin.
Baca Juga : 5 Cara Melatih Logika Berpikir Supaya Lolos Tes Logika Penalaran
Jadi, jelas ya, bahwa tujuan problem solving itu untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu, untuk melatih orang-orang dalam menghadapi permasalahan dan hambatan, mendapatkan langkah terbaik untuk menyelesaikan permasalahan, dan melatih orang untuk bertindak di situasi baru.
Ada nggak sih, pengertian problem solving secara teoritis? Ada. Teori problem solving yang akan gue angkat kali ini berdasarkan pendapat Marzano dkk (1988), bahwa problem solving adalah salah satu bagian dari proses berpikir yang berupa kemampuan untuk memecahkan permasalahan.
Nah, kalau di sekolah, tujuan problem solving ini untuk memecahkan masalah dalam pelajaran matematika, sains, dan ilmu sosial. Contohnya gimana, sih? Penasaran? Oke, lanjut ke poin berikutnya, ya.
Strategi Problem Solving
Coba deh, elo perhatikan soal dan penyelesaiannya di bawah ini!
Gimana, kebayang nggak sama cara di atas? Gue rincikan penyelesaiannya supaya elo bisa lebih mudah dalam memahaminya, ya.
Pertama, elo perhatikan dulu data yang disajikan. Dari data tersebut, elo bisa memperoleh informasi penting atau aturan-aturan suatu masalah. Ingat, bahwa aturan itu untuk elo perhatikan dan ikuti, bukan kontradiksi atau kebalikan dari aturan itu, ya!
Baca Juga : Mengenal Kesalahan Logika Beban Pembuktian
Selanjutnya, elo proses dan analisis datanya hingga menghasilkan solusi.
Dari contoh kasus tersebut, kita memperoleh satu hal penting. Hal penting apa, sih? Dari situ kita belajar, bahwa untuk memecahkan masalah secara tepat, kita perlu mengikuti serangkaian tahapan.
Kita bisa menyebut rangkaian tahapan tersebut sebagai strategi problem solving . Ada yang gue suka, nih. Bransford dan Stein (1993), memperkenalkan strategi problem solving dengan akronim IDEAL.
IDEAL = Identify, Define, Explore, Act dan Look
Gue uraikan satu per satu, ya.
I → Identify Problem
Pada tahap ini, elo perlu mengidentifikasi masalahnya terlebih dahulu. Karena, masalah itu kadang nggak sesederhana itu, guys.
Dalam beberapa kasus, orang-orang mungkin saja salah menafsirkan atau mengidentifikasikan masalah. Alhasil, upaya problem solving yang dilakukan nggak seefektif dan seefisien yang diharapkan, iya nggak?
Strategi yang bisa elo gunakan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan mengenai masalah tersebut, cari tahu seluk-beluk permasalahan itu—bisa menjawab apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana.
Elo juga bisa memecah atau mengklasifikasikan permasalahan menjadi bagian yang lebih kecil. Lihat juga masalah itu dari berbagai sudut pandang. Kalau udah, elo bisa lanjut ke tahap selanjutnya.
D → Define Goal
Setelah identifikasi masalah, elo juga perlu mendefinisikan suatu masalah secara detail. Untuk apa? Tentu saja untuk dapat solve problem tersebut.
Cari tahu aspek mana sih, yang termasuk fakta, dan mana yang termasuk opini. Bedakan hal itu. Kemudian, definisikan masalah secara jelas dan identifikasi solusinya.
E → Explore Possible Strategies
Selanjutnya, gali solusinya. Manakah solusi yang paling potensial untuk memecahkan masalah tersebut?
Di tahap ini, elo perlu mengumpulkan banyak ide, sebanyak-banyaknya, ya.
Kalau udah ada banyak ide, langkah selanjutnya adalah mengembangkan strategi. Elo bisa menggunakan strategi heuristik, yaitu menemukan solusi berdasarkan pengalaman masa lalu yang mirip dengan masalah sekarang.
Atau menggunakan strategi algoritma, yaitu menemukan solusi dengan cara bertahap untuk mendapatkan solusi yang lebih akurat. Namun, tentu saja strategi algoritma lebih lama, karena elo harus merinci lebih detail dalam menyelesaikan masalahnya.
A → Anticipate Outcomes and Act
Setelah strategi tertentu dipilih, elo mulai melaksanakan strategi tersebut di tahap ini. Kira-kira, strategi yang udah gue pilih ini akan berhasil atau nggak, ya? Langkah ini sudah betul atau belum, ya? Efektif atau nggak, ya?
Selain menggunakan strategi, elo juga masih perlu memantau situasi. Pastikan bahwa masalah yang sedang diselesaikan sekarang itu nggak menimbulkan masalah baru.
L → Look back and Learn
Setelah solusi tercapai, bukan berarti elo bisa melenggang pergi gitu aja, ya. Kaji kembali solusi yang sudah dilaksanakan dan evaluasi dampaknya.
Kalau di sekolah, setelah elo menyelesaikan suatu soal, misalnya matematika, elo cek lagi hasilnya. Perhitungan elo udah benar atau ada yang keliru? Elo udah menggunakan cara yang tepat atau belum? Elo tadi baca soalnya teliti atau nggak? Begitu, kan?
Kalau semuanya sudah oke, artinya elo berhasil menyelesaikan suatu masalah. Kalau masih belum berhasil, elo coba lagi, ulang dari awal. Artinya, elo sedang menggunakan metode trial-error .
Gimana, paham sampai sini? Kalau elo masih kurang greget sama uraian di atas, jangan khawatir. Karena, elo bisa pelajari materi problem solving pakai animasi di video belajar Zenius dengan klik banner di bawah ini.
Contoh Soal Problem Solving dan Pembahasan
Setelah memahami uraian mengenai pengertian problem solving di atas, artinya elo udah siap menyelesaikan berbagai permasalahan dari soal-soal di bawah ini. Cekidot !
Contoh Soal 1
Zahra mengikuti acara amal dan ia kebagian mengumpulkan amplop-amplop yang berisi uang dari penyumbang. Amplop-amplop tersebut berisi uang kertas. Semua amplopnya berisi tiga uang kertas, namun ada juga beberapa amplop yang berisi satu, dua atau tiga nota (bukan uang). Semua uang kertas bisa bernilai Rp1.000, Rp5.000, Rp10.000, atau Rp20.000. Berapa jumlah uang terkecil yang nggak mungkin ada di dalam sebuah amplop?
A. Rp2.000.
B. Rp3.000.
C. Rp4.000.
D. Rp6.000.
E. Rp7.000.
Jawab: C. Rp4.000 .
Pembahasan:
Dari bacaan, kita peroleh kemungkinan-kemungkinan munculnya jumlah uang.
- Tiga uang = 3U.
- Satu nota bukan uang (artinya ada dua uang) = 2U + 1N.
- Dua nota bukan uang (artinya ada satu uang) = 1U + 2N.
- Tiga nota = 3N.
Uang yang ada di dalam amplop senilai Rp1.000, Rp5.000, Rp10.000, atau Rp20.000.
Nah, ditanyakan jumlah uang terkecil yang nggak mungkin ada dalam amplop. Kita coba satu per satu pilihan ganda di atas, berdasarkan aturan dari poin-poin yang udah dibuat ya.
Opsi A → Rp2.000.
Kita bisa peroleh dari 2U + 1N = Rp1.000 + Rp1.000 + nota = Rp2.000. Jadi, bukan opsi A jawabannya, ya.
Opsi B → Rp3.000.
Kita bisa memperolehnya dari 3U = Rp1.000 + Rp1.000 + Rp1.000 = Rp3.000. Jadi, bukan opsi B jawabannya, ya.
Opsi C → Rp4.000.
Kita coba satu per satu. Dimulai dari 3U dulu, ya. 3U akan menghasilkan Rp3.000, Rp7.000, dan seterusnya yang jumlahnya akan semakin besar. Nggak mungkin.
2U + 1N akan menghasilkan Rp2.000, Rp6.000, dan seterusnya.
1U + 2N akan menghasilkan Rp1.000, Rp5.000, dan seterusnya.
Artinya, kita nggak bisa memperoleh uang total Rp4.000 di dalam amplop. Jawabannya C, ya.
Penasaran sama opsi lainnya? Udah ketemu jawabannya, opsi D menghasilkan Rp6.000, ada ya dari 2U + 1N. Kemudian, opso E yaitu Rp7.000 diperoleh dari 3U. Kemungkinan, ada amplop yang totalnya Rp6.000 dan Rp7.000.
Jadi, jumlah uang terkecil yang nggak mungkin ada di dalam sebuah amplop adalah Rp4.000.
Contoh Soal 2
Perhatikan gambar di bawah ini!
Kalau kita lihat dari gambar bus di Indonesia yang sedang melaju di jalanan, kira-kira bus tersebut melaju ke arah kanan atau kiri?
Gue tantang elo untuk menjawab pertanyaan di atas. Ada yang bisa jawab, nggak?
Ayo, belajar jadi detektif! Elo identifikasi kasus di atas, kemudian cari strategi dan solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan permasalahannya. Kalau udah, cantumkan jawaban elo di kolom komentar, ya!
Kalau bingung atau mau intip pembahasannya, elo bisa meluncur ke video contoh soal dan pembahasan problem solving teka-teki di sini .
Wah, nggak kerasa bahasan kita udah di ujung, nih. Sampai sini udah paham tentang pengertian problem solving, teori, tujuan, strategi, dan contoh soalnya? Kalau elo lebih suka belajar dengan nonton video, elo bisa mengakses materi UTBK lainnya di video Zenius. Elo juga bisa mencoba melatih kemampuan dengan level soal yang mirip UTBK beneran di Try Out bareng Zenius .
Kalau elo mau berlatih mengerjakan berbagai soal menarik, gampang banget! Elo bisa segera langganan paket Zenius dengan klik gambar di bawah ini!
Baca Juga : Panduan Belajar dan Soal Pola Gambar UTBK TPS/TPA
Overview of the Problem-Solving Mental Process — Verywell Mind (2022).
Problem Solving : Signifikansi, Pengertian, dan Ragamnya — Satya Widya, Vol 28, No. 2 (2012).
Pembelajaran Matematika Model Ideal Problem Solving dengan Teori Pemrosesan Informasi Untuk Pembentukan Pendidikan Karakter dan Pemecahan Masalah Materi Dimensi Tiga Kelas X SMA — Pythagoras, Vol. 7, No. 2 (2012).
Leave a Comment
Tinggalkan balasan batalkan balasan.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.
04 Mar 2022
Apa itu problem solving manfaat dan penerapannya.
Artikel - FAS,
Artikel - FET,
Artikel - FOB,
Artikel - FOE,
Masalah dapat didefinisikan sebagai situasi atau tantangan yang memerlukan tindakan atau pemecahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, masalah dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang melibatkan identifikasi, pemahaman, dan penyelesaian suatu masalah.
Proses penyelesaian masalah dimulai dengan pengenalan masalah, kemudian analisis masalah untuk mengetahui penyebabnya dan solusi yang mungkin. Setelah itu, langkah-langkah konkret diambil untuk menerapkan solusi tersebut, dan hasilnya dievaluasi untuk memastikan bahwa masalah telah diselesaikan secara efektif.
Dalam penyelesaian masalah, berbagai keterampilan dapat diperlukan, termasuk kreativitas, pemikiran kritis, pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk membangun dan menguji solusi. Ini adalah proses penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks profesional maupun pribadi. Kemampuan untuk mengatasi masalah dengan efektif dapat membantu seseorang mengatasi masalah, mencapai tujuan, dan membuat keputusan yang lebih baik.
Bagaimana Proses Problem Solving Terjadi?
Untuk mengatasi masalah atau situasi tantangan, seringkali seseorang menggunakan proses penyelesaian masalah. Pada tahap pertama, masalah diidentifikasi. Ini berarti masalah dikenali dengan jelas. Setelah itu, analisis masalah dilakukan untuk memahami sumber masalah, serta akibatnya.
Pada tahap ketiga, ide kreatif digunakan untuk menghasilkan berbagai alternatif solusi. Setelah itu, evaluasi solusi dilakukan untuk menentukan solusi terbaik berdasarkan hasilnya. Tahap berikutnya adalah menerapkan solusi melalui rencana tindakan yang jelas, dan terakhir, evaluasi hasilnya.
Proses penyelesaian masalah membantu orang mengatasi masalah dengan cara yang terorganisir dan efektif, menghasilkan solusi yang lebih baik, dan membuat keputusan yang lebih baik.
Manfaat Problem Solving
Delapan berikut adalah manfaat utama dari memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang perlu kamu tau:
1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Manfaat utama problem solving adalah kemampuan untuk mengatasi masalah dengan lebih efektif. Seseorang yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah akan dapat menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri, mencari solusi yang lebih baik, dan mengurangi tingkat stres yang dihadapi ketika menghadapi masalah.
2. Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan
Proses analisis dan evaluasi yang dikenal sebagai penyelesaian masalah membantu orang membuat keputusan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi dan profesional, seperti memilih karir, investasi, atau keputusan-keputusan penting lain dalam hidup.
3. Meningkatkan Kreativitas
Saat menghadapi masalah, seseorang seringkali harus berpikir kreatif untuk menemukan cara baru untuk menyelesaikannya. Hal ini dapat membantu meningkatkan kemampuan kreatif dan inovasi.
4. Meningkatkan Komunikasi
Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal, penyelesaian masalah sering melibatkan kerja tim, di mana orang harus berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.
5. Meningkatkan Produktivitas
Dengan memecahkan masalah secara efektif, individu dan kelompok dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, yang berkontribusi pada pencapaian tujuan dan hasil yang diinginkan.
6. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Mengatasi masalah dengan sukses dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Ini karena mereka sadar bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan.
7. Pengembangan Karier
Dalam konteks karir, kemampuan pemecahan masalah sangat dihargai. Orang yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik memiliki kemungkinan lebih besar untuk mencapai kesuksesan di tempat kerja.
8. Meningkatkan Kualitas Hidup
Kemampuan menyelesaikan masalah dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Ini karena kemampuan pemecahan masalah memungkinkan orang untuk mengatasi masalah yang mungkin menghalangi mereka dari mencapai tujuan dan kebahagiaan pribadi mereka.
Oleh karena itu, mempelajari kemampuan menyelesaikan masalah adalah langkah yang bagus untuk membangun diri sendiri dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Penerapan Problem Solving di Kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari, memecahkan masalah berarti mengatasi berbagai situasi dan masalah. Pertama-tama, penting untuk mengidentifikasi masalah dengan jelas. Ini berarti merumuskan masalah dengan tepat, menemukan sumbernya, dan memahami bagaimana masalah tersebut akan mempengaruhi kehidupan kita. Misalnya, beban kerja yang berlebihan adalah masalah jika seseorang mengalami stres karena terlalu banyak tugas yang harus mereka selesaikan.
Analisis dilakukan setelah masalah ditemukan. Ini mencakup mengumpulkan informasi, memikirkan solusi yang mungkin, dan memahami akibat dari setiap solusi. Orang mungkin perlu mempertimbangkan contoh di atas atau meminta bantuan rekan kerja.
Selanjutnya, langkah ketiga adalah membuat dan menerapkan solusi. Ini mencakup membuat rencana tindakan yang jelas, mengambil tindakan konkrit untuk mengatasi masalah, dan dengan konsisten mengikuti rencana tersebut. Mengatur prioritas tugas, menggunakan alat manajemen waktu, atau berbicara dengan atasan tentang cara memberikan tugas yang lebih seimbang adalah beberapa solusi untuk beban kerja yang berlebihan.
Terakhir, refleksi dan evaluasi adalah langkah penting dalam menyelesaikan masalah. Setelah penerapan solusi, sangat penting untuk menilai apakah masalah telah diselesaikan dengan baik dan apakah solusi itu efektif. Jika hasil yang diinginkan belum dicapai, orang harus siap untuk merevisi rencana dan mencari solusi yang lebih baik atau perbaikan.
Problem solving membantu orang mengatasi masalah dengan lebih baik, mengurangi stres, meningkatkan kualitas hidup, dan membuat keputusan yang lebih baik. Ini juga membantu mereka tumbuh dalam keterampilan penting yang mereka miliki secara pribadi dan profesional. Problem solving dapat menjadi alat yang kuat untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari jika dilakukan dengan cara yang sistematis dan berpikir kritis.
Sampoerna University
Sampoerna University adalah sebuah universitas terakreditasi penuh di Indonesia yang menawarkan pilihan terbaik bagi mereka yang mencari pendidikan internasional unggul. Kami adalah universitas swasta, non-denominasi, nirlaba yang berlisensi dan terakreditasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Sampoerna University menawarkan berbagai program sarjana dan magister di bidang-bidang seperti bisnis , teknologi informasi , kreativitas dan desain , serta studi kelas dunia. Universitas ini menempatkan fokus pada pendekatan pembelajaran yang inovatif dan berorientasi pada industri, dengan tujuan untuk mempersiapkan mahasiswa berhasil dalam karir mereka.
Kami berkomitmen untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung bagi mahasiswa, dengan dukungan fasilitas modern dan fakultas yang berkualitas. Kami juga memberikan beasiswa dan program bantuan keuangan untuk mendukung aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa berprestasi.
Dalam beberapa tahun sejak didirikan, Sampoerna University telah menjadi pilihan pendidikan tinggi yang menarik bagi calon mahasiswa di Indonesia. Dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif, koneksi industri yang kuat, dan fokus pada pengembangan karir, kami memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia kerja.
Segera daftar untuk ikut proses penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2023-2024 disini . Admission Team kami akan segera menghubungi untuk memberi informasi lebih detail.
Jadwalkan dengan kami kapanpun kamu ingin visit tour kampus on-site atau virtual!
Recent Post
Mengenal SAP Consultant Dan Cara Menjadi SAP Consultant
Apa Itu Game Development? Scope Kerja Dan Jenjang Karirnya
7 Bisnis Model Yang Paling Populer
Share This Article
Recent More
Jun, 20 2024
Apa Itu SAP Consultant? Konsultan SAP adalah seorang profesional yang ahli dalam sistem perangkat...
Dunia game telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Bagi banyak orang, game...
Jun, 15 2024
Di era yang penuh dengan persaingan dan dinamika, bisnis model menjadi pedoman penting bagi...
Problem Solving: Arti, Manfaat, Proses, dan Contohnya di Dunia Kerja
Setiap orang pastinya tidak ingin mengalami masalah, termasuk di dunia kerja. Namun, masalah terkadang diperlukan untuk pengembangan diri. Karena itu, kamu harus tahu seluk-beluk bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan tepat atau disebut dengan problem solving.
Bisa dibilang, problem solving skill adalah salah satu kemampuan terpenting yang wajib dimiliki oleh setiap karyawan, apapun posisi dan bidang mereka. Temuan dari National Association of College and Employers (NACE) pun memperkuat kebutuhan tersebut. Sebab, lebih dari 60% perusahaan mengutamakan kandidat yang memiliki kemampuan creative problem solving .
Lantas, apa itu problem solving dan apa saja manfaat spesifik yang bisa kamu dapatkan dengan menguasainya? Yuk , kita pelajari di sini, lengkap dengan cara meningkatkan kemampuan tersebut!
Apa Itu Problem Solving?
Tujuan dan manfaat problem solving, proses problem solving, metode-metode problem solving, tips mengasah kemampuan problem solving, contoh problem solving di dunia kerja.
- Pertanyaan Seputar Problem Solving
Pada dasarnya, problem solving artinya kemampuan untuk mencari solusi terbaik dari sebuah hambatan atau masalah yang sedang dihadapi. Problem solving adalah proses yang memerlukan sejumlah soft skill .
Sesuai dengan pengertian problem solving , kemampuan tersebut mencakup bagaimana kamu bisa mengidentifikasi permasalahan, menganalisis informasi yang terkait, berpikir kreatif, dan pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan berbagai faktor.
Mengingat tujuan problem solving adalah untuk mengatasi hambatan dalam hidup, termasuk dunia kerja, menguasai kemampuan ini tentunya akan sangat menguntungkan kamu.
Manfaat problem solving yang pertama adalah kamu bisa mengasah kreativitas serta kepercayaan dirimu. Saat kamu berhasil menyelesaikan masalah yang membuatmu gelisah, kamu akan berpikir bahwa kamu punya kemampuan yang memadai untuk mengatasi rintangan berat lainnya.
Selain itu, ketika kamu harus mengatasi sebuah hambatan, tentunya kamu akan dituntut untuk memutar otak. Inilah yang membuatmu bisa berpikir secara out of the box dan menemukan solusi unik.
Tapi, manfaat dari creative problem solving tidak hanya akan terasa untuk dirimu sendiri, lho! Justru, karena kamu harus mengambil keputusan yang mempertimbangkan kesejahteraan pihak terkait lainnya, kamu bisa mengasah kemampuan komunikasi dan empati.
Dengan kemampuan problem solving , kamu pun juga dapat menjaga hubungan harmonis dengan orang lain. Pada akhirnya, kamu akan merasa lebih puas saat bekerja dan bisa menekan risiko burnout . Apalagi, mengingat burnout bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan menurut WebMD .
Lalu, bagaimana problem solving digunakan untuk membantu memecahkan masalah? Berikut langkah-langkah problem solving yang bisa kamu ikuti:
Memetakan masalah
Logikanya, kamu tidak bisa memecahkan masalah kalau kamu sendiri tidak tahu apa yang menghambatmu. Maka dari itu, identifikasi masalah menjadi bagian paling penting sekaligus mendasar dalam langkah-langkah problem solving .
Di sini, kamu perlu mengetahui apa saja yang ingin kamu atasi secara detail. Misalnya, mungkin kamu ingin bisa datang ke kantor lebih pagi agar tidak terlambat.
Mengidentifikasi akar penyebab masalah
Kalau kamu sudah memahami masalah apa saja yang ingin diselesaikan, sekarang kamu perlu mengetahui penyebabnya. Tapi, terkadang sebuah masalah bisa saja terjadi karena lebih dari satu faktor.
Nah, supaya lebih efektif, kamu perlu mengetahui akar terdalam yang memengaruhi semua faktor tersebut.
Misalnya,contoh problem solving dalam kehidupan sehari-hari, kamu mengetahui bahwa penyebab utama kamu sering terlambat ke kantor adalah karena terlambat bangun dan terjebak kemacetan di jalan.
Menetapkan urutan prioritas permasalahan
Setelah mengetahui apa saja penyebab utama dari masalah yang kamu hadapi, sekarang saatnya kamu membuat daftar prioritas. Daftar prioritas mencakup apa saja aspek yang harus kamu utamakan terlebih dahulu, dan mana yang bisa kamu kesampingkan untuk nanti.
Masih menggunakan contoh problem solving dalam kehidupan sehari-hari agar tiba di kantor tepat waktu, kamu bisa berfokus pada faktor internal dulu.
Misalnya, karena kamu tidak bisa mengendalikan arus lalu lintas, setidaknya kamu bisa bangun dan berangkat lebih pagi dari biasanya. Nah, agar kamu tidak mengantuk saat bangun lebih pagi, kamu juga harus beristirahat lebih awal.
Menyusun alternatif solusi
Terkadang, bisa saja solusi yang kamu pikirkan di awal tidak dapat diterapkan secara efektif karena keadaan tertentu. Jadi, jangan lupa membuat rencana B atau alternatif dari proses pemecahan masalah tersebut.
Dalam konteks praktik problem solving agar tidak terlambat ke kantor, kamu dapat mencari solusi lain seandainya kamu tetap kesulitan bangun jauh lebih pagi dari biasanya. Contohnya, berunding dengan atasan untuk membuat jadwal kerja remote pada hari-hari tertentu atau beralih ke moda transportasi lain.
Menjalankan solusi dan melakukan evaluasi
Jika kamu sudah menemukan masalah yang ingin diatasi, penyebabnya, dan berbagai cara untuk mengatasinya, sekarang saatnya untuk menerapkan solusi tersebut.
Supaya kamu tidak mudah kewalahan, cobalah menerapkan satu solusi pada suatu waktu terlebih dulu, alih-alih semuanya secara bersamaan. Dengan pendekatan problem solving secara bertahap, kamu akan lebih mudah mencari solusi terbaik yang paling efektif dan apa saja yang harus ditingkatkan dari sana.
Kemudian, terapkan hasil pembelajaran yang kamu dapatkan dari proses evaluasi tersebut dalam keseharianmu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Dalam dunia profesional, ada banyak teknik problem solving yang bisa kamu gunakan untuk meningkatkan kualitas produk, mencapai target KPI, atau bahkan meningkatkan hubungan dengan rekan kerja.
Berikut 8 model problem solving yang sering dijumpai, yaitu:
World Cafe
Cara kerja dari teknik problem solving ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan focus group discussion . Sebab, kamu hanya perlu mengumpulkan setidaknya 12 orang untuk dibagi menjadi 4-5 kelompok kecil per meja.
Setelah memilih pemimpin diskusi untuk setiap meja, semua orang akan mengetahui pertanyaan apa saja yang perlu dijawab dalam sesi diskusi.
Kemudian, setiap kelompok akan punya waktu 20 menit untuk berdiskusi sebelum harus pindah ke meja lainnya dan memberi tahu apa yang sudah mereka dapat kepada pemimpin diskusi dari kelompok baru.
Karena model problem solving World Cafe sangat menuntut partisipasi aktif dari setiap anggotanya, metode ini juga bisa menjadi ajang yang baik untuk memperdalam hubungan antar pegawai.
Problem Definition Process
Selain World Cafe, kamu juga bisa menggunakan Problem Definition Process yang cukup sederhana. Sesuai namanya, metode problem solving ini melibatkan kemampuan mengidentifikasi masalah dan menjabarkan proses yang diperlukan untuk mengatasinya.
Namun, ada satu tambahan yang membuat teknik Problem Definition Process cukup unik. Jadi, setelah memetakan kebutuhan yang ingin dipenuhi, kamu juga perlu menjustifikasi alasan dari keperluan tersebut
Setelah memetakan urgensi dari masalah yang ditentukan, barulah kamu bisa memahami penyebabnya secara menyeluruh, membuat kalimat singkat dan sederhana yang merangkum esensi masalah tersebut, serta langkah-langkah mengatasinya.
Six Thinking Hats
Ingin pendekatan problem solving yang lebih menyeluruh dan bisa dilakukan sendirian maupun secara berkelompok? Kamu dapat mencoba teknik Six Thinking Hats yang diciptakan oleh Edward de Bono, seorang dokter, psikolog, dan filsuf dari Malta.
Sejalan dengan arti namanya, metode problem solving ini mengharuskan kamu dan anggotamu menjalani enam peran yang diwakilkan oleh berbagai warna “topi”, yaitu:
- Topi biru/kondektur: menetapkan agenda dan merangkum diskusi agar tidak melenceng;
- Topi hijau/kreatif: mengeksplorasi berbagai ide dari setiap sudut pandang;
- Topi merah/emosi: mengungkapkan perasaan terdalam tanpa perlu justifikasi logika;
- Topi kuning/optimis: melihat sisi terang dari masalah yang dibahas dan solusinya;
- Topi hitam/hakim: mengkritisi setiap solusi untuk meminimalkan risiko.
- Topi putih/fakta: mempertimbangkan informasi apa saja yang sudah dimiliki dan apa lagi yang perlu kamu kumpulkan.
Discovery & Action Dialogue (DAD)
Sama seperti World Cafe, metode DAD sangat menekankan partisipasi aktif anggota kelompok. Sebab, kamu harus menanyakan ketujuh pertanyaan berikut ke setiap partisipan:
- Bagaimana kamu bisa mengetahui ada masalah A?
- Bagaimana kamu bisa berkontribusi untuk memecahkan masalah A?
- Apa yang menghambatmu memecahkan masalah tersebut?
- Apa kamu kenal seseorang yang bisa memecahkannya dengan konsisten?
- Apa kamu punya ide?
- Apa yang harus kamu lakukan untuk mengatasinya? Ada sukarelawan?
- Ada lagi yang perlu dipertimbangkan?
Kemudian, di akhir sesi diskusi bersama, orang yang bertindak sebagai notulen akan merangkum wawasan penting dan langkah-langkah konkret yang perlu diambil.
The 5 Whys
Kalau kamu ingin proses pemecahan masalah yang lebih menitikberatkan pada proses identifikasi akar masalah, The 5 Whys merupakan pilihan yang tepat.
Alasannya, dengan metode ini, kamu harus membuat lima pertanyaan yang dimulai dengan kata “mengapa” dan berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Lalu, di setiap poin, kamu akan menggali jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Dengan begitu, kamu bisa menemukan penyebab paling utama dari masalah yang sedang kamu hadapi.
Design Sprint 2.0
Butuh pendekatan proses penyelesaian masalah yang lebih teknis untuk membuat produk? Design Sprint 2.0 dapat membantumu menemukan solusi nyata dari hambatan yang sedang kamu hadapi.
Prinsip problem solving ini sebenarnya hampir sama dengan Agile yang sering digunakan di perusahaan startup . Pada dasarnya, kamu akan membuat beberapa kelompok kecil.
Kemudian, kelompok-kelompok kecil ini akan memetakan masalah yang dihadapi konsumen dan membuat sketsa kerangka dari solusi mereka. Kemudian, dari sketsa tersebut lahirlah prototipe produk fisik.
Namun, proses Design Sprint 2.0 tidak berhenti sampai di sana saja. Setelah membuat prototipe produk, setiap kelompok masih harus melakukan uji coba mendalam dan meningkatkan kualitas prototipe tersebut dari hasil evaluasi.
Open Space Technology
Apakah kamu punya tim berisikan orang-orang yang ahli dan berinisiatif untuk belajar secara mandiri? Kamu bisa melibatkan mereka dengan metode creative problem solving seperti Open Space Technology.
Berbeda dengan metode-metode sebelumnya yang memerlukan arahan spesifik, Open Space Technology justru lebih menekankan kebebasan dan fleksibilitas.
Sebab, setelah kamu memperkenalkan topik yang ingin dibahas, kamu cukup membiarkan semua orang berdiskusi secara leluasa. Lalu, kamu bisa mendengarkan solusi yang mereka presentasikan sebagai proses penyelesaian masalah.
Lightning Decision Jam
Bagi kamu yang punya banyak masalah, tapi bingung harus memulai dari mana, ada satu metode untuk membantumu menentukan prioritas, yaitu Lightning Decision Jam.
Pada metode problem solving ini, kamu akan diminta menuliskan semua kekhawatiran, tantangan, dan kesalahan yang pernah dibuat berkaitan topik tertentu di dalam sebuah buku catatan kecil.
Lalu, kamu dan anggota tim dapat memilih masalah mana yang sekiranya perlu diselesaikan terlebih dahulu. Jika sudah, barulah kamu bisa merancang solusi untuk mengatasinya bersama-sama ataupun sendirian.
Mengingat problem solving skill adalah kemampuan yang sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun profesional, mungkin kamu sedang mencari cara untuk meningkatkannya.
Jangan berkecil hati, kamu bisa mencoba tiga tips berikut untuk mengasah kemampuanmu:
Tingkatkan keterampilan teknis
Pertama dan yang paling penting, kamu perlu mengasah kemampuan analitik dan deduksi logis untuk bisa menerapkan problem solving dengan baik.
Kalau kamu merasa kedua hal tersebut adalah kelemahan terbesar dalam dirimu, tenang dulu. Kamu bisa mengasahnya dengan rajin membaca buku, memecahkan studi kasus, atau bahkan mengikuti pelatihan problem solving .
Temukan peluang-peluang baru
Salah satu kunci kesuksesan pemecahan masalah adalah kejelian melihat peluang tersembunyi di sekitar. Maka dari itu, kamu harus selalu mencari berbagai kesempatan untuk menjalankan solusimu.
Nah, agar kamu dapat menemukannya dengan lebih mudah, kamu perlu memiliki pikiran yang terbuka dan bisa melihat sebuah isu dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, kamu akan lebih bersedia mendobrak zona nyaman serta mencoba hal-hal baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Berfokus pada orang lain
Sering kali, pengambilan keputusan kita akan berdampak pada nasib orang lain. Oleh sebab itu, saat melakukan problem solving , pastikan kamu juga mempertimbangkan perasaan, pemikiran, dan situasi mereka.
Dengan lebih memahami lawan bicara, kamu tidak hanya akan melatih empati untuk menjalin hubungan baik, tapi juga mendapatkan wawasan baru yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
Saat berinteraksi dengan banyak orang di sebuah organisasi, kamu akan berhadapan dengan berbagai tantangan. Supaya kamu lebih siap menghadapinya, berikut berbagai contoh kasus problem solving dalam organisasi secara nyata:
Contoh 1: Deadline mepet dan beban kerja banyak
Salah satu contoh problem solving yang akan sering kamu jumpai di dunia profesional adalah tugas yang menumpuk dengan tenggat waktu berdekatan. Jika kamu berada dalam situasi ini, jangan panik dulu.
Pertama, tarik napas agar kamu bisa berpikir dengan jernih. Setelah itu, kamu bisa menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk menentukan daftar prioritas tugas, mulai dari yang paling urgent hingga yang bisa dikerjakan nanti.
Kalau kamu sudah membuat prioritas, sekarang tentukan mana yang sekiranya harus kamu kerjakan sendiri dan mana yang bisa kamu delegasikan kepada rekan kerja. Tapi, pastikan kemampuanmu dan orang yang kamu mintai bantuan sesuai dengan persyaratan teknisnya.
Contoh 2: Konflik internal dalam tim
Apa yang harus kamu lakukan ketika hubungan antara anggota tim jauh dari kata harmonis hingga mereka enggan bekerja sama? Langkah pertama untuk problem solving dalam organisasi seperti ini adalah dengan mengetahui penyebab dari konflik tersebut.
Misalnya, mungkin ada perbedaan dalam gaya kerja atau kepribadian orang tertentu yang menyebabkan perselisihan. Tapi, terlepas dari penyebabnya, kamu harus tetap tenang dan mendengarkan sudut pandang dari setiap orang. Hargai pendapat mereka, tunjukkan empati, dan berikan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Contoh 3: Rasio turnover tinggi dalam tim
Biaya yang diperlukan untuk mencari karyawan pengganti dan melatih mereka dari awal bisa sangat mahal. Bahkan, menurut estimasi SHRM , nominal tertingginya bisa mencapai 250.000 dolar AS.
Maka dari itu, kamu perlu segera bertindak saat ada banyak pegawai yang mengundurkan diri dari tempat kerja secara bersamaan hingga rasio turnover tim kamu meningkat drastis.
Pertama, ketahui apa saja yang mendorong keputusan tersebut. Terutama, dari segi apakah ada kaitannya dengan kebijakan perusahaan seperti beban kerja, jadwal kerja, dan gaji.
Kalau kamu sudah memetakan penyebabnya, barulah kamu bisa menyampaikannya kepada petinggi terkait untuk mendiskusikan solusinya bersama-sama agar menguntungkan pegawai.
Sekarang, kamu sudah memahami esensi dari pengertian problem solving dan manfaatnya secara menyeluruh. Intinya, ingatlah bahwa memiliki kemampuan ini akan menguntungkanmu dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari maupun profesional untuk menunjang kesejahteraanmu.
Untuk mengasah kemampuan tersebut, teruslah berlatih dan belajarlah dari berbagai contoh kasus problem solving di kehidupan nyata. Salah satu sumber pembelajaran yang bisa kamu gunakan adalah rubrik Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK.
Lalu, agar kemampuanmu terus berkembang, jangan lupa terapkan secara nyata di dunia kerja.
Kalau kamu sedang mencari perusahaan yang tepat untuk mengembangkan kariermu, Jobstreet by SEEK menawarkan akses ribuan lowongan pekerjaan yang dapat kamu temukan di website dan aplikasi smartphone Android serta iOS .
Setelah mengirimkan lamaran, kamu juga bisa berlatih dengan alat praktik wawancara supaya lebih siap. Yuk, kembangkan dirimu dengan Jobstreet!
Pertanyaan Seputar Problem Solving
- Apa yang dimaksud dengan problem solving? Problem solving artinya tindakan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan profesional.
- Apa langkah-langkah dalam problem solving? Langkah-langkah problem solving melibatkan identifikasi masalah, penyelidikan akar masalah, pembuatan daftar prioritas pemecahan masalah, analisis informasi, pembuatan solusi, memilih solusi, penerapan solusi, dan evaluasi.
- Apa tujuan dari problem solving? Tujuan problem solving adalah untuk mengatasi hambatan yang membuatmu kesulitan memenuhi kebutuhan penting atau meraih pencapaian tertentu.
- Bagaimana cara meningkatkan kemampuan problem solving? Untuk meningkatkan skill problem solving, kamu bisa rutin membaca buku, mempelajari studi kasus, dan mengikuti pelatihan khusus.
- Strategi apa yang harus dilakukan dalam problem solving? Terlepas dari metode yang digunakan, kamu harus bisa menganalisis informasi, melakukan riset, dan mempertimbangkan pendapat orang lain supaya keputusanmu bersifat objektif serta menguntungkan semua pihak.
- Mengapa strategi problem solving di dunia kerja diperlukan? Selain meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan, mengetahui strategi problem solving yang tepat akan membantumu mencapai target dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.
- Apa langkah terakhir dalam problem solving? Langkah terakhir dalam problem solving adalah menerapkan solusi yang sudah dirancang dan mengevaluasi efektivitasnya.
Telusuri istilah pencarian teratas
Populer di jobstreet, jelajahi topik terkait, berlangganan panduan karir.
- DailySocial TV
- Selasa Startup
- Privacy & Policy
- Term of Services
Copyright©2020. PT Digital Startup Nusantara
Artificial Intelligence
Funding News
Founders Tips
New Economy
Tips & Trick
ENTERTAINMENT
- Terms of Services
- Indonesia's B2B Tech Report 2024
- DSLAUNCHPAD AI
Problem Solving: Pengertian, Proses, dan Metodenya
Problem solving adalah proses penyelesaian suatu masalah.
Tiffany Revita - 24 February 2023
Copy link Link copied!
Problem Solving pada Rubik / unsplash
Problem solving merupakan salah satu skill penting yang diperlukan dalam dunia kerja. Pasalnya, problem solving berkaitan erat dengan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik sebagai bentuk penyelesaiannya.
Namun, problem solving tidak hanya berguna untuk diterapkan dalam hal pekerjaan saja, tetapi juga dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, bagaimana prosesnya dan seperti apa metode yang digunakannya?
Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel ini!
Apa Itu Problem Solving ?
Pada dasarnya, problem solving adalah sebuah cara untuk menemukan solusi dari sebuah masalah. Menurut Oemar Hamalik, problem solving merupakan suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah.
Kemampuan ini berkaitan dengan berbagai hal, seperti kemampuan mendengar, menganalisa, meneliti, kreativitas, komunikasi, kerja tim, hingga pengambilan keputusan. Tujuannya, agar sebuah masalah dapat dipecahkan secara efektif berdasarkan data serta informasi yang akurat.
Proses Problem Solving
Dalam prosesnya, ada empat tahapan dasar problem solving , yakni:
1. Mengidentifikasi Masalah
Langkah pertama dalam proses problem solving adalah mendefinisikan sebuah masalah berdasarkan gejala yang ada. Pasalnya, sebuah masalah biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut harus diuraikan terlebih dahulu dengan cara identifikasi agar penyelesainnya dapat dilakukan dengan baik.
2. Menemukan Solusi Terbaik
Problem solving bertujuan untuk menemukan solusi terbaik atas sebuah masalah. Untuk mendapatkan hal tersebut, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai masalah tersebut agar dapat terselesaikan secara efektif.
3. Melakukan Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap paling akhir dalam proses problem solving . Dalam tahap ini, solusi yang sudah diputuskan sebelumnya dapat diterapkan. Namun, hal tersebut tidak hanya sampai di situ saja, karena solusi tersebut juga harus ditindaklanjuti agar dapat menyelesaikan masalah secara menyeluruh.
Metode Problem Solving
1. brainstorming.
Brainstorming merupakan metode problem solving yang paling banyak digunakan oleh orang-orang. Pasalnya, metode ini efektif untuk digunakan sebagai pemecahan masalah melalui solusi kreatif.
Prosesnya adalah setiap orang harus menyampaikan ide-ide maupun pendapat yang kemudian dapat diolah menjadi satu solusi utama.
2. 6 Thinking Hats
Dalam metode ini, setiap orang akan mencoba memberikan penyelesaian terhadap suatu masalah dari beragam perspektif. Caranya adalah dengan mengelompokkan ide-ide yang ada ke dalam daftar pro-cons. Dengan begitu, kamu bisa melihat ide mana yang memiliki kelebihan yang paling banyak.
3. The 5 Whys
Metode ini dilakukan dengan cara meng-highlight masalah yang ingin dipecahkan. Kemudian, cari tahu jawaban mengenai “mengapa” masalah tersebut bisa terjadi sebanyak lima kali hingga kamu mendapatkan jawaban yang objektif tentang pertanyaanmu.
4. Lightning Decision Jam
Metode ini memungkinkanmu untuk menulis berbagai hal, mulai dari tantangan, kekhawatiran, hingga kesalahan dalam sebuah catatan kecil. Dengan hal tersebut, kamu bisa memilih masalah mana yang ingin diselesaikan terlebih dahulu dengan melihatnya dari sudut pandang baru. Dengan begitu, penyelesaian masalah dapat dilakukan secara tertatur.
5. Failure Mode and Effect Analysis
Terakhir, metode ini digunakan untuk menganalisis setiap elemen dari strategi bisnis serta kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan begitu, kamu bisa menemukan solusi dari masalahmu serta langkah preventif untuk mencegahnya secara lebih mudah.
Nah, itulah penjelasan mengenai problem solving . Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa problem solving merupakan kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan dengan proses yang cukup panjang.
RELATED COVERAGE
Menerka Prospek Startup AI di Indonesia
Menyimak Data Fintech Lending 2023, Sinyal Positif Pertumbuhan Industri
Tags: Problem Solving proses problem solving metode problem solving
RECOMMENDED COVERAGE
28 November 2023
24 November 2023
1 June 2023
Review Order
Payment Details
Subscribe Monthly
Total Payment
By clicking the payment method button, you are read and agree to the terms and conditions of Dailysocial.id
Check the box to Create your Account
Login to your account
Forgot Password?
To reset your password, please input email of your DailySocial.id account.
Reset Password
Reset link sent!
Thanks! You’ve been emailed a password reset link.
Create your account
Create Account
Check your email to verify!
If you didn’t receive an email in your inbox, check your spam folder.
We've emailed you a temporary password.
Stay connected with us and get full features in our platform. Community and Information can be fully open.
No, thank you.
Gajihub Blog
Informasi terlengkap mengenai pengelolaan SDM, HR, Payroll, dan karir
Problem Solving Skill: Manfaat, Contoh, dan Cara Meningkatkannya
Problem solving merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki para karyawan di suatu perusahaan. Dengan skill ini, karyawan akan lebih mudah untuk memecahkan masalah-masalah terkait pekerjaan.
Pada artikel kali ini, Gajihub akan mengupas tuntas apa yang dimaksud dengan problem solving, pentingnya skill tersebut dalam dunia kerja, hingga bagaimana cara meningkatkannya.
Apa Itu Problem Solving ?
Secara umum, problem solving adalah proses untuk mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai solusi tersebut.
Sementara pada dunia kerja, problem solving diartikan sebagai keampuan seseorang dalam menangani situasi sulit atau tak terduga, serta menemukan solusi tertentu untuk perusahaan.
Melalui kemampuan tersebut, karyawan dapat menganalisis masalah dan mengidentifikasi berbagai solusi yang memungkinkan untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, skill problem solving merupakan salah satu skill yang wajib dimiliki karyawan.
Pemecahan masalah sendiri mengacu pada kemampuan untuk mengindetifikasi dan menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien. Contoh tindakan problem solving dapat Anda lihat pada posisi customer service yang bertugas menangani keluhan dan masalah pelanggan, serta menemukan solusi terbaik.
Baca Juga: Pengembangan Soft Skill di Tempat Kerja: Cara dan Manfaatnya
Pentingnya Problem Solving dalam Dunia Kerja
Seperti yang telah disebutkan di atas, dengan skill problem solving karyawan pun dapat menganalisis permasalahan serta mampu memikirkan solusi terbaik. Selain itu, masih banyak hal lain yang membuat skill ini berperan penting dalam dunia kerja. Berikut penjelasannya:
1. Skill Problem solving menciptakan manajemen yang lebih baik
Sebagai karyawan, dengan kemampuan problem solving yang dimiliki Anda tak hanya bisa memecahkan masalah tertentu, namun juga mengembangkan ide-ide inovatif. Dalam hal ini, Anda dapat merancang strategi yang efektif untuk membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan efisien.
2. Membantu menyusun strategis dan prioritas pekerjaan
Kemampuan pemecahan masalah yang baik dapat membantu Anda untuk menentukan prioritas pekerjaan dengan efektif. Selain itu, skill ini juga membantu orang lain untuk mengenali dan menggunakan potensi mereka untuk berkontribusi terhadap suatu pekerjaan atau proyek. Jika load pekerjaan sedang tinggi, Anda pun dapat menentukan strategi apa yang harus dilakukan.
3. Mendorong untuk berpikir secara inovatif
Skill problem solving juga dapat mendorong Anda untuk berpikir dengan fungsional dan inovatif, serta tidak konvensional. Dengan begitu, Anda pun menjadi lebih kreatif dalam menghadapi seuatu permasalahan dan dapat memberikan solusi praktis yang dapat memberikan dampak positif.
4. Memotivasi untuk bekerja lebih baik
Dalam dunia kerja, problem solving juga dapat memotivasi untuk bekerja dengan lebih baik, bahkan ketika harus bekerja di bawah tekanan. Misalnya, saat Anda harus mengerjakan tugas dengan waktu yang sangat sedikit, skill ini akan membantu Anda untuk tetap berpikir jernih meskipun pada situasi mendesak.
5. Membantu mengambil resiko dengan lebih cerdas
Dengan kemampuan pemecahan masalah, Anda akan lebih bernai dalam mengambil risiko. Hal ini disebabkan karena apapun konsekuensinya, pasti tetap ada solusi lain yang bisa membantu untuk mencapai tujuan.
Hal ini tentunya akan membuat Anda lebih percaya diri dalam menjalankan tugas. Selain itu, Anda juga dapat memanfaatkan skill ini untuk memprediksi masalah dan memikirkan berbagai solusi.
Baca Juga: Softskill dan Hardskill, Mana yang Lebih Baik?
Contoh Skill yang Termasuk Kemampuan Problem Solving
Problem solving merupakan skill yang dapat diterapkan pada hampir semua peran atau profesi. Hal ini disebabkan karena skill ini mencakup berbagai keterampilan khusus yang membuat Anda dapat mengerjakan sesuatu dengan lebih efektif. Berikut adalah contoh keterampilan yang termasuk ke dalam kemampuan problem solving:
1. Mendengarkan aktif
Mendengarkan aktif atau active listening adalah kemampuan mendengarkan kata-kata orang lain dengan memahami makna serta maksud di balik kata-kata tersebut. Kemampuan ini juga mencakup bagaimana seseorang dapat menerjemahkan ekspresi wajah atau nada suara dari lawan bicara.
Dengan keterampilan ini, Anda dapat lebih mudah untuk menganalisis masalah dan menemukan solusi karena dapat memahami apa yang disampaikan oleh orang lain. Misalnya, saat terlibat dalam sebuah rapat Anda dapat memberikan feedback terkait masalah yanng tengah dibahas.
2. Berpikir analitis
Mengutip Indeed , berpikir analitis adalah metode untuk menganalisis masalah dan menemukan solusi. Keterampilan ini membuat Anda kritis terhadap informasi yang ada, serta membantu untuk menemukan berbagai ide untuk memecahkan masalah. Selain itu, berpikir analitis juga sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan dengan menggunakan data yang akurat dan terukur.
3. Kreativitas
Kreatif juga menjadi keterampilan yang termasuk ke dalam skill problem solving. Melalui kemampuan ini, Anda pun dapat mengembangkan solusi yang lebih inovatif untuk suatu masalah. Meskipun dengan menggunakan kreativitas mungkin memerlukan lebih banyak risiko, namun keterampilan ini membuat Anda lebih terbuka dan melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang.
4. Pengambilan keputusan
Menurut Bowo (2008) pengambilan keputusan adalah proses menemukan satu pilihan dari beragamanya alternatif pilihan terbaik yang dilakukan secara rasional. Dengan keterampilan ini, Anda dapat mengendalikan situasi dan mencari solusi untuk memecahkan masalah. Jika digabungkan dengan keterampilan problem solving lainnya, Anda pun dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan bermanfaat bagi semua orang.
5. Motivasi diri
Motivasi diri merupakan keterampilan yang mendorong Anda untuk terus mencari solusi, sekalipun di tengah-tengah kesulitan. Keterampilan ini akan membantu Anda untuk lebih fokus pada tujuan awal dan percaya dengan potensi yang dimiliki.
Baca Juga: Mengetahui Apa itu Skill Will Matrix dan Contohnya
Contoh Kasus Problem Solving di Tempat Kerja
Agar lebih memahami problem solving di tempat kerja, berikut contoh-contoh kasus yang kerap terjadi:
1. Kegagalan Komunikasi
Seringkali, pesan yang tidak jelas atau tidak mengerti dapat menjadi sumber masalah di tempat kerja. Hal ini bisa terjadi ketika instruksi atau informasi tidak disampaikan dengan baik, terutama dalam tim yang bekerja sama secara langsung atau dari lokasi yang berbeda.
Miscommunications seperti ini dapat menyebaban kebingungan di antara anggota tim, deadline proyek yang terlewat, dan bahkan dapat merusak hubungan di antara anggota tim.
Salah satu solusinya adalah meningkatkan komunikasi dengan memastikan bahwa pesan disampaikan secara jelas dan menggunakan tools kerja sama seperti pesan instan, email, atau tools untuk mengerjakan proyek bersama.
2. Prioritas yang Bertentangan dan Alokasi Sumber Daya
Dalam situasi di mana sumber daya terbatas, menentukan proyek mana yang harus menjadi prioritas bisa menjadi tantangan. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan dalam tim dan menurunkan produktivitas jika tidak dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, penting untuk membuat proyek berdasarkan skala prioritas dan mengembangkan kerangka kerja yang jelas untuk mengevaluasi dan meninjau prioritas secara berkala.
Dengan cara ini, tim dapat fokus pada proyek yang paling penting dan mengelola sumber daya mereka secara efisien.
3. Masalah Kinerja Karyawan
Tidak jarang, anggota tim menghadapi masalah kinerja yang dapat mempengaruhi hasil kerja tim secara keseluruhan. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya keterampilan, motivasi yang rendah, atau masalah pribadi.
Penting bagi manajemen untuk mengidentifikasi masalah ini sejak awal, misalnya dengan memberikan dukungan seperti pelatihan tambahan, mentoring, atau menyusun rencana perbaikan kinerja.
4. Tantangan Kepuasan Pelanggan
Tujuan utama perusahaan adalah memenuhi harapan pelanggan. Namun, tantangan tentu akan muncul ketika kebutuhan pelanggan bervariasi, atau proyek menghadapi kendala seperti deadline yang terlalu ketat atau sumber daya yang terbatas.
Untuk itu, Anda perlu mendorong pendekatan yang beriorientasi pada pelanggan. Misalnya dengan mendengarkan keluhan pelanggan, melibatkan mereka dalam pemecahan masalah, dan melakukan perbaikan berkelanjutan.
5. Adaptasi terhadap Perubahan
Perubahan adalah bagian alami dari lingkungan kerja modern, namun mungkin tidak semua karyawan merasa nyaman atau antusias dalam menghadapinya.
Hal tersebut dikhawatirkan bisa menciptakan resistensi atau kecemasan di kalangan karyawan. Oleh karena itu, Anda perlu memiliki sikap fleksibel terhadap perubahan dan memberikan dukungan kepada anggota tim agar dapat beradaptasi dengan lebih efektif.
Anda bisa melibatkan karyawan dalam proses perubahan, memberikan pelatihan yang diperlukan, dan memberikan sumber daya yang cukup untuk meringankan kekhawatiran dan mendorong penerimaan perubahan.
Langkah-Langkah Problem Solving
Terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah, yaitu:
1. Tentukan masalahnya
Pertama, lakukan analisis terkait situasi yang tengah Anda hadapi. Kenali dan pahami setiap masalah yang ada dan cari penyebabnya. Kemudian, Anda juga bisa menentukan masalah dengan melihat perilaku dan respons dari mereka yang terlibat dalam masalah.
Dari pengamatan tersebut, lakukan beberapa hal di bawah ini:
- Pisahkan fakta dan opini
- Tentukan proses di mana masalah itu ada
- Analisa kebijakan dan prosedur perusahaan
- Diskusikan dengan anggota tim yang terlibat guna mengumpulkan lebih banyak informasi
- Kumpulkan semua informasi yang diperlukan
2. Identifikasi solusi untuk memecahkan masalah
Lakukan brainstroming untuk menemukan kemungkinan solusi yang dapat memecahkan masalah. Kumpulkan saran dari orang-orang yang terdampak pada masalah tersebut dan konsultasikan pada mereka yang lebih berpengalaman.
Saat mencari alternatif solusi, ada beberapa yang perlu Anda perhatikan:
- Pertimbangkan setiap aspek yang dapat memperlambat proses problem solving
- Pastikan alternatif solusi yang dihasilkan relevan dengan tujuan dan sasaran
- Bedakan antara alternatif jangka pendek dan panjang
- Tuliskan semua solusi yang usulkan. Cari setikdanya lima sampai delapan alternatif solusi untuk setiap masalah.
3. Lakukan evaluasi pada solusi
Setelah menemukan berbagai alternatif solusi, berikutnya adalah mengevaluasi solusi-solusi tersebut. Pikirkan dengan baik tentang positif dan negatif dari setiap alternatif yang ada. Lakukan evaluasi dengan menganalisis dan membandingkan semua alternatif dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk pengimplementasiannya, termasuk waktu, data, karyawan, dan anggaran.
Baca Juga: 7 Contoh Adaptif dalam Bekerja dan Cara Meningkatkannya
4. Pilih satu solusi yang paling tepat
Setelah melewati proses evaluasi, tentukan solusi mana yang paling mungkin untuk memecahkan masalah. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih solusi:
- Solusi dapat memecahkan masalah dengan lancar tanpa menimbulkan masalah lain
- Bisa diterima oleh semua orang yang terlibat
- Praktis dan mudah untuk diterapkan
- Sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan
Selain itu, Anda juga perlu memeprtimbangkan penerapan dari solusi tersebut, misalnya siapa saja karyawan yang akan bertanggung jawab untuk menjalankan solusi, bagaimana karyawan menerapkan solusi tersebut, serta jumlah waktu dan sumber daya yang dibutuhkan.
5. Implementasikan solusi yang sudah dipilih
Jika Anda sudah menemukan salah satu solusi yang paling tepat, selanjutnya Anda bisa mulai mengembangkan rencana aksi untuk pengimplementasian solusi tersebut. Kemudian, tetapkan tujuan dan target untuk memantau keberhasilan solusi, susun jadwal pelaksanaan, komunikasikan rencana tersebut kepada semua orang yang terlibat, dan kumpulkan feedback selama proses tersebut berlangsung.
6. Pantau proses implementasi
Setelah solusi dimplementasikan, pastikan untuk selalu mengukur kemajuan yang terjadi guna memastikan apakah solusi tersebut berfungsi dengan baik. Pada tahap terakhir ini, kumpulkan data dan feedback untuk mengetahui apakah solusi tersebut dapat menyelesaikan permasalahan dan memenuhi kebutuhan semua pihak.
Baca Juga: 15 Cara Meningkatkan Skill Karyawan Paling Mudah
Tips Meningkatkan Kemampuan Problem Solving
Di atas telah dijelaskan tentang tahapan-tahapan dalam problem solving. Untuk melaksanakan tahap-tahapan di atas tentunya Anda harus menguasai skill pemecahan masalah terlebih dahulu. Berikut adalah tips meningkatkan kemampuan problem solving:
1. Susun kerangka strategis
Hal pertama yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan problem solving adalah menyusun kerangka strategis. Kerangka tersebut meliputi:
- Kumpulkan informasi dan tentukan masalahnya
- Identifikasi hubungan masalah dengan solusi yang ada
- Kembangkan beberapa alternatif solusi
- Implementasi dan lakukan evaluasi dari solusi yang dipilih
2. Latih empati untuk memahami perspektif orang lain
Empati merupakan kunci dari kecerdasan emosional. Dengan empati, Anda dapat memahami berbagai sudut pandang dari rekan kerja. Misalnya, saat Anda mengirim ke email kepada rekan kerja dan belum mendapat balasan hingga beberapa jam. Pada situasi tersebut jangan terburu-buru untuk menyimpulkan sesuatu dan latihlah kesabaran Anda.
Apabila Anda berada di kantor yang sama, cobalah untuk menanyakan kepada mereka mengenai hal tersebut. Selain itu, Anda juga dapat menawarkan bantuan apabila mereka sedang sibuk.
3. Pertimbangkan pengalaman Anda
Anda dapat meningkatkan kemampuan problem solving dengan berbekal pengalaman dan keterampilan yang telah dipelajari. Dalam hal ini, Anda dapat menanyakan pada diri sendiri apakah Anda pernah mengalami situasi yang serupa, kemudian ingatlah bagaimana masalah tersebut dapat berakhir, dan tentukan apa yang bisa dilakukan untuk mencapai hasil terbaik.
4. Jadilah seorang expert di bidang Anda
Semakin Anda memahami bidang atau industri yang ditekuni, maka Anda pun akan lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi apa yang harus dilakukan. Selain itu, sebagai expert tentunya Anda lebih mudah dalam mengenali masalah sebelum terjadi, sehingga dapat melakukan upaya pencegahan.
5. Latih skill problem solving dengan kreatif
Tips terbaik untuk menguasai keterampilan problem solving adalah dengan mempraktikannya. Semakin sering Anda menghadapi masalah, maka kreativitas Anda pun akan semakin terasah. Pada tahap ini, cobalah untuk berpikir out of the box ketika mencari solusi untuk suatu masalah.
6. Minta bantuan kepada orang lain
Tips terakhir, jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada orang lain. Misalnya, jika ada Anda menemukan masalah terkait pekerjaan, Anda dapat meminta bantuan kepada rekan kerja. Dengan mendengarkan pendapat mereka, Anda pun dapat mengetahui bagaimana cara mereka berpikir dan mempelajarinya jika suatu hari terjadi masalah serupa.
Baca Juga: 65 Contoh Keahlian dalam CV, Cara, Hingga Tips Menulisnya
Itulah penjelasan mengenai kemampuan problem solving mulai dari pengertian, manfaat, contoh keterampilan, tahap, serta bagaimana cara meningkatkan skill tersebut. Dalam dunia kerja, skill ini dapat membantu karyawan untuk menganalisis permasalahan serta mampu memikirkan solusi terbaik.
Sebagai upaya untuk mengoptimalkan skill problem solving karyawan, Anda dapat menggunakan Gajihub, sebuah software payroll dan HR yang akan mempermudah Anda dalam mengelola data karyawan, gaji, serta penyediaan slip gaji kepada semua karyawan melalui smartphone.
Gajihub akan membantu dalam pengelolaan administrasi karyawan, sehingga memungkinkan Anda untuk lebih fokus pada pengembangan skill-skill terkait pekerjaan.
Yuk, coba gratis selama 14 hari melalui tautan ini dan rasakan kemudahannya.
2 thoughts on “ Problem Solving Skill: Manfaat, Contoh, dan Cara Meningkatkannya ”
- Pingback: Management Trainee: Pengertian, Manfaat, hingga Komponennya
- Pingback: HRIS Analyst: Pengertian, Tugas, Syarat, Hingga Tantangannya
Leave a Reply Cancel reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
- Mode Terang
- Gabung Kompas.com+
- Konten yang disimpan
- Konten yang disukai
- Berikan Masukanmu
- Megapolitan
- Surat Pembaca
- Kilas Daerah
- Kilas Korporasi
- Kilas Kementerian
- Sorot Politik
- Kilas Badan Negara
- Kelana Indonesia
- Kalbe Health Corner
- Kilas Parlemen
- Konsultasi Hukum
- Infrastructure
- Apps & OS
- Tech Innovation
- Kilas Internet
- EV Leadership
- Elektrifikasi
- Timnas Indonesia
- Liga Indonesia
- Liga Italia
- Liga Champions
- Liga Inggris
- Liga Spanyol
- Internasional
- Relationship
- Beauty & Grooming
- Sadar Stunting
- Smartpreneur
- Kilas Badan
- Kilas Transportasi
- Kilas Fintech
- Kilas Perbankan
- Tanya Pajak
- Kilas Investasi
- Sorot Properti
- Tips Kuliner
- Tempat Makan
- Panduan Kuliner Yogyakarta
- Beranda UMKM
- Jagoan Lokal
- Perguruan Tinggi
- Pendidikan Khusus
- Kilas Pendidikan
- Jalan Jalan
- Travel Tips
- Hotel Story
- Travel Update
- Nawa Cahaya
- Ohayo Jepang
- Kehidupan sehat dan sejahtera
- Air bersih dan sanitasi layak
- Pendidikan Berkualitas
- Energi Bersih dan Terjangkau
- Penanganan Perubahan Iklim
- Ekosistem Lautan
- Ekosistem Daratan
- Tanpa Kemiskinan
- Tanpa Kelaparan
- Kesetaraan Gender
- Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan ekonomi
- Industri, Inovasi & Infrastruktur
- Berkurangnya Kesenjangan
- Kota & Pemukiman yang Berkelanjutan
- Konsumsi & Produksi yang bertanggungjawab
Pengertian Problem Solving: Aspek, Ciri, dan Langkah-langkahnya
Kompas.com Skola
Program pintar, pengertian problem solving: aspek, ciri, dan langkah-langkahnya , serafica gischa.
Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Problem solving termasuk soft skill yang harus dimiliki setiap individu, karena memiliki manfaat ketika sudah bekerja di perusahaan.
Dilansir dari buku Handbook of Cognitive-Behavioral Therapies (3rd Edition) (2010) oleh D'Zurilla dan Nezu, social problem solving adalah suatu proses di mana individu berusaha menangani stres dalam diri, yang juga dapat berfungsi sebagai mediator dalam menangani stres dan tekanan emosional.
Adapun jenis permasalahan yang digunakan dalam social problem solving , seperti depresi, kecemasan, perilaku bunuh diri, penyakit mental yang berat, putus asa, pesimis, rawan kemarahan, penyalahgunaan zat, kriminal, harga diri yang rendah, stres kerja, dan pelecehan seksual.
Baca juga: Pengertian Problem Solving Menurut Ahli
Aspek kemampuan problem solving
Menurut Polya dalam bukunya How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method (Second ed) (1973), terdapat empat aspek kemampuan problem solving , sebagai berikut:
- Memahami masalah
Pemahaman masalah sangat menentukan kesuksesan dalam menemukan solusi masalah. Pada aspek ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta, menentukan hubungan di antara fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah.
Setiap permasalahan harus dipahami berulang kali dan dipelajari dengan saksama.
- Membuat rencana pemecahan masalah
Rencana solusi masalah dibangun dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Pada proses pemecahan masalah siswa dikondisikan memiliki pengalaman dalam menentukan strategi pemecahan masalah.
- Melaksanakan rencana pemecahan masalah
Pada saat mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat harus dilaksanakan dengan hati-hati. Diagram, tabel atau urutan dibangun secara saksama sehingga si pemecah masalah tidak akan bingung.
Jika muncul ketidak konsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.
- Melihat (mengecek) kembali
Selama melakukan pengecekan, solusi masalah tetap di pertimbangkan. Harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan.
Baca juga: Mengenal Individu dengan Karakteristik Self Control
Ciri-ciri problem solving
Metode problem solving memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
- Menyiapkan masalah yang jelas untuk diselesaikan
Masalah ini harus tumbuh dari peserta didik sesuai dengan taraf kemampuannya, juga sesuai dengan materi yang disampaikannya. Serta ada dalam kehidupan nyata peserta didik.
- Merumuskan penyelesaian masalah dengan berbagai pendekatan
Mencari data atau keterangan yang dapat memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan membaca buku, meneliti, bertanya, atau pengalaman peserta didik sendiri.
- Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Melakukan pembuktian atau pengecekan dari tiap tahap rencana penyelesaian masalah yang telah dirumuskan. Kemudian menjelaskan tahap-tahap penyelesaian dengan benar.
- Memeriksa jawaban yang telah dilakukan dalam penyelesaian masalah
Setelah memeriksa jawaban yang dilakukan dalam penyelesaian masalah, kemudian memberikan penekanan dan menarik kesimpulan atas penyelesaian masalah.
Baca juga: Kegunaan dan Manfaat Self Control dalam kehidupan Sehari-hari
Langkah-langkah kemampuan problem solving
Disadur dari buku Kurikulum dan Pembelajaran (2013) oleh Oemar Hamalik, ada tujuh langkah kemampuan problem solving secara umum , yaitu:
- Menghadapi masalah, artinya individu menyadari ada suatu masalah yang dihadapi
- Merumuskan masalah, menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik atau rinci
- Merumuskan hipotesis, merumuskan kemungkinan-kemungkinan jawaban atas masalah tersebut yang masih perlu diuji kebenarannya
- Mengumpulkan dan mengolah data/informasi dengan teknik dan prosedur tertentu
- Menguji hipotesis berdasarkan data/informasi yang telah dikumpulkan dan diolah
- Menarik kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis
- Menerapkan hasil pemecahan masalah situasi baru.
Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola
Tag materi IPS kelas 9 pengertian problem solving adalah social problem solving adalah aspek-aspek problem solving ciri-ciri problem solving langkah kemampuan problem solving secara umum
Apa itu Self Efficacy?
Self Regulated Learning: Indikator, Faktor-Faktor, dan Cara Meningkatkan
Contoh Dialog Self-Introduction
Apa yang Dimaksud dengan Power-on Self Test (POST)
Pengertian Self Regulated Learning (Pembelajaran Mandiri) Menurut Ahli
Terkini Lainnya
Pengertian Revolusi Industri 4.0, beserta Tujuan, dan Manfaatnya
Pengertian dan Makna Wawasan Kebangsaan
Prinsip Revolusi Industri 4.0
Definisi Pencemaran Lingkungan Menurut UU No 32 Tahun 2009
Pembelajaran Berdiferensiasi: Pengertian dan Tujuannya
Pembelajaran Sosial dan Emosional: Pengertian dan Ruang Lingkupnya
Berapa Panjang Garis Pantai Indonesia? Ini Jawabannya ....
Berapa Jumlah Pulau di Indonesia? Ini Jawabannya ....
Bagaimana Proses Sidang Resmi yang Dilaksanakan BPUPKI?
Apa yang Dimaksud dengan E-Learning? Ini Penjelasannya ....
Penjelasan Tujuan dari Sila Pertama sampai Keempat pada Pancasila
Pengertian Etnosentris, Dampak Negatif, dan Positif
Pengertian Periodisasi dan Pembagiannya dalam Sejarah Indonesia
Teknologi Ramah Lingkungan: Pengertian dan Contohnya
Kedudukan Titik terhadap Lingkaran beserta Contohnya
Puluhan senior kpu-bawaslu desak kpu patuhi mk, dari jimly hingga imam prasodjo, ingatkan eksponen 98, mahfud: hati-hati pelihara kekuasaan, tunggangi singa liar itu mengerikan, calon konsumen merasa tertipu, rumah murah surabaya ternyata di madura, mk vs dpr, jokowi singgung "tukang kayu" dan hormati kedua lembaga, polisi kerahkan 1.273 personel untuk kawal unjuk rasa di depan mk dan istana merdeka, now trending.
Dalam 6 Jam, Gunung Merapi Keluarkan 2 Kali Awan Panas
Putusan MK Dianulir DPR, Iluni FH UI: Pembegalan Demokrasi
PAN dan Gerindra Sowan ke Markas PDI-P, Bahas Kemungkinan Koalisi pada Pilkada Kota Bogor 2024
Soal Revisi UU Pilkada, Muhammadiyah: DPR Tak Seharusnya Berbeda dan Menyalahi Keputusan MK
Mungkin Anda melewatkan ini
Apakah Difusi Terjadi Lebih Cepat dalam Cairan atau Gas?
Pengertian, Fungsi, dan Gambar Pola Lantai Horizontal
Perkembangbiakan Generatif Spirogyra
30 Contoh Perilaku Manusia terhadap Hewan dan Tumbuhan yang Sesuai dengan Pancasila Sila Kedua
Mengapa Benda Bergerak Menempuh Jarak dan Perpindahan? Ini Jawabannya ....
- Entertainment
- Pesona Indonesia
- Artikel Terpopuler
- Artikel Terkini
- Topik Pilihan
- Artikel Headline
- Harian KOMPAS
- Pasangiklan.com
- GridOto.com
- BolaSport.com
- Gramedia.com
- Gramedia Digital
- Kabar Palmerah
- Ketentuan Penggunaan
- Kebijakan Data Pribadi
- Pedoman Media Siber
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Apa itu Problem Solving dan Cara Menghasilkan Strategi Terbaik
- Terakhir Diperbarui: Februari 9, 2024
- Ayu Firda Amalia
Munculnya permasalahan menjadi hal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Terutama kita yang sedang bergelut di dalam bisnis maupun organisasi. Pada dasarnya, suatu masalah mempunyai solusi masing-masing terlebih dalam hal konteks. Tidak hanya untuk pebisnis, pelajar atau mahasiswa juga perlu untuk memahami adanya problem solving untuk mengatasi permasalahan.
Lantas bagaimana model pembelajaran model solving dengan menggunakan metode problem solving ? Artikel ini akan menjelaskan strategi untuk melakukan problem solving .
Problem Solving
Problem Solving adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan cara yang efektif untuk solusi sebuah permasalahan tersebut. Kemampuan ini sangat penting khususnya di dalam dunia kerja. Pada dasarnya semua pekerjaan membutuhkan keahlian dalam problem solving terutama dalam aktivitas setiap hari. Problem Solving dalam bahasa indonesia berarti kemampuan memecahkan masalah.
Dengan demikian, dapat memberikan penyelesaian terkait identifikasi masalah, penyebab, serta yang paling penting menentukan prioritas solusi masalah. Selain itu, juga tentunya membutuhkan model-model pembelajaran problem solving .
Model Pembelajaran Model Solving
Dalam melakukan Problem Solving , tentunya terdapat berbagai model untuk melakukannya, antara lain:
1. Mendefinisikan Masalah
Pertama, harus mendefinisikan masalah apa yang sedang terjadi. Analisis dari berbagai persepsi dan tidak hanya melihat pada satu arah. Bisa jadi dalam menerapkan problem solving, masalah bisa saling memberikan dampak di berbagai bagian dalam perusahaan.
Model pembelajaran pemecahan masalah pertama, masih bersifat secara umum kita belum mengetahui secara detail permasalahan. Identifikasi masalah dalam hal ini masih belum spesifik untuk analisis rinci masalah, hanya saja secara deskriptif dilakukan.
2. Mengumpulkan Masalah
Memerlukan kejelasan informasi dari masalah. Model pemecahan masalah ini dapat anda gunakan untuk memerinci dan membuat analisa secara detail dan lengkap dari berbagai perspektif ataupun dalam berbagai sudut. Hal ini bertujuan agar identifikasi penyebab masalah dapat terdefinisi dengan mudah.
Data-data dikumpulkan menurut masalahnya berdasarkan adakah bukti yang menunjang permasalahan. Lama waktu masalah tersebut muncul, serta adakah dampak langsung maupun tak langsung.
Biasanya, pada tahapan ini dianjurkan untuk membuat Root Cause Analysis serta mengumpulkan individu dari berbagai divisi dalam sebuah perusahaan. Adanya bantuan close friend dalam setiap divisi juga mampu membantu mempermudah proses analis ini.
3. Identifikasi Penyebab
Tahap model problem solving ketiga yaitu dengan mengidentifikasi penyebab dari permasalahan yang muncul. Yang harus anda lakukan yaitu penjabaran alur kejadian dari masalah. Mulai dari masalah utama, bagaimana kondisi saat itu di perusahaan.
Nah, yang paling penting apakah ada permasalahan beruntun yang terjadi setelah masalah utama. Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah sehingga semakin kita menggali banyak, maka semakin kita akan menemukan akar permasalahan yang terjadi sebenarnya.
4. Mengidentifikasikan Akar Permasalahan
Model pembelajaran pemecahan masalah selanjutnya yaitu root cause . Setelah menemukan beberapa faktor klausa yang ada, hal yang dapat anda lakukan selanjutnya yaitu menganalisis lebih dalam penyebab keberadaan faktor-faktor klausa tersebut. Selain itu, temukan beberapa alasan yang menjadi dasar kebenaran sehingga memunculkan masalah tersebut.
5. Mengimplementasikan Solusi
Terakhir, model problem solving yang dapat anda gunakan yaitu mengimplementasi solusi. Sebelumnya, analisa faktor apa yang bisa anda lakukan untuk pencegahan muncul masalah yang terulang. Pastikan masalah itu tidak terjadi dalam waktu kedepannya. Selanjutnya, bagaimana solusi tersebut dapat selaras dengan lingkungan perusahaan sehingga dapat berjalan.
Peran seseorang siapa yang akan bertanggung jawab juga penting definisikan terkait solusinya. Strategi yang anda susun berdasarkan solusi yang terbaik dengan memperhatikan resiko yang ada. Pada dasarnya, tujuan dari problem solving adalah menemukan solusi paling baik atas munculnya suatu permasalahan.
Metode Problem Solving
Selain menggunakan model problem solving, terdapat pula metode maupun teknik untuk melakukan penerapan pemecahan masalah , antara lain:
1. Design Thinking
Design thinking merupakan salah satu metode yang dapat anda gunakan untuk pemecahan suatu masalah yang menekankan pendekatan dari sisi pengguna (user ). Proses yang membutuhkan pemahaman dari pengguna secara garis besar dan menganalisa kembali permasalahan serta merancang strategi penyelesaiannya. Ada beberapa tahapan dalam design thinking, seperti:
Pada tahap ini, mengharuskan anda untuk mendapatkan pemahaman lebih mengenai empati terkait masalah yang akan anda selesaikan. Biasanya lebih memfokuskan melalui pengamatan.
Selanjutnya, mulai mengumpulkan informasi-informasi dari adanya proses empati yang telah anda lakukan sebelumnya. Umumnya, tahapan ini menganalisa masalah yang dianggap sebagai kebutuhan penyelesaian.
Designer mulai memunculkan ide penyelesaian masalah. Berasal dari proses empati, kemudian melakukan analisis dan selanjutnya memunculkan ide untuk solusi permasalahan.
Setelah designer membuat ide, selanjutnya dapat mengimplementasikan ide dalam bentuk prototype . Pada tahap ini, desain memberikan gambaran mengenai kendala yang ada pada masalah tersebut dan menjelaskan terkait solusi masalah.
Setelah dihasilkan tampilan, kemudian prototype tersebut diuji apakah nantinya akan menghasilkan kesesuaian dengan solusi masalah. Biasanya, tahap akhir ini menghasilkan perubahan maupun penyempurnaan untuk pemahaman yang lebih mengenai solusi dan penggunaan produk.
2. Solution-Based Thinking
Salah satu metode problem solving berdasarkan solusi, pasalnya setiap orang yang mempunyai masalah akan memfokuskannya pada solusi yang akan mereka dapatkan dengan capaian kata berhasil.
3. Linear Thinking
Linear thinking adalah metode sederhana untuk menerapkan pemecahan masalah . Masalah apa yang sedang terjadi kemudian terus menggali informasi terkait dengan permasalahan tersebut sampai ditemukannya ada masalah kausal dalam informasinya. Setelah itu, adanya klausul tersebut dapat dijadikan sebagai strategi solusi akan dilakukan sebagai penyelesaian masalah.
Kesimpulan
Problem solving adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan cara yang efektif untuk solusi sebuah permasalahan tersebut. Dalam penerapannya, dibutuhkan model pembelajaran pemecahan masalah agar bisa dilakukan dengan tepat. Ada tiga teknik pelaksanaan pemecahan masalah yaitu design thinking, solution-based thinking , dan linear thinking. Permasalahan dalam sehari-hari dapat diatasi dengan tepat dengan menerapkan problem solving untuk menghasilkan solusinya.
Sekawan Studio menyediakan jasa maintenance website untuk membantu meningkatkan trafik situs anda secara berkelanjutan. Hubungi kontak kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
- Tags: Manajemen Proyek
Tampilkan lebih Banyak Rekomendasi Topik .
Dapatkan informasi dan notifikasi update artikel terbaru dari kami, untuk menambah pengetahuan seputar dunia teknologi.
Anda Mungkin juga Menyukai .
ERP: Pengertian, Tujuan, Manfaat, & Benefitnya dalam Bisnis
Model bisnis: Pengertian, Prinsip, Contoh, dan Manfaatnya
Brainstorming: Definisi, Tujuan, Metode, dan Contohnya
- +62 813-9399-7887
- [email protected]
Mulai Proyek!
Tentukan paket pilihan sesuai dengan bisnis Anda.
Cluster Coding Factory, KEK Singhasari, Jl. Raya Klampok, RT.04/RW.04, Pasrepan, Klampok, Kec. Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur 65153
Daftarkan diri gratis dan dapatkan keuntungan dari program kami.
- Program Afiliasi
- Program Partnership
- Penawaran Terbatas
Mari wujudkan idemu .
Raih keuntungan bersama kami .
Universitas Psikologi
- Biopsikologi
- Ilmu Psikologi
- Info Psikologi
- Komunikasi Massa
- Komunikasi Multimedia
- Komunikasi Organisasi
- Metode Observasi
- Metode Penelitian Kualitatif
- Metode Penelitian Kuantitatif
- Metode Psikologi
- Metode Wawancara
- Psikologi Abnormal
- Psikologi Agama
- Psikologi Anak
- Psikologi Eksperimen
- Psikologi Emosi
- Psikologi Industri dan Organisasi
- Psikologi Kepemimpinan
- Psikologi Kepribadian
- Psikologi Kesehatan
- Psikologi Klinis
- Psikologi Kognitif
- Psikologi Komunikasi
- Psikologi Konseling
- Psikologi Konstitusi
- Psikologi Pendidikan
- Psikologi Perkembangan
- Psikologi Sosial
- Psikologi Tanggap Bencana
- Psikologi Umum
- Psikopatologi
- Psikotes Gambar
- Statistika Psikologi
- Tes Bakat dan Minat
- Tes Inteligensi
- Tes Inventori
- Tes Psikologi
- Tes Rorschach
- Tips Psikologi
Pengertian Pemecahan Masalah (Problem Solving) dan Langkah-langkah Implementasinya
Pemecahan Masalah (Problem Solving) |
Baca juga: Komunikasi Efektif dan Faktor-faktornya
Langkah-langkah Pemecahan Masalah
A. identifikasi masalah, b. mendefinisikan masalah, c. perumusan strategi, d. ekplorasi berbagai kemungkinan alternatif, e. aksi atau tindakan, f. lihat efek-efeknya.
Posting Komentar
Notes on personal journey in learning and teaching about my passionate subjects
- Business Development
- Problem Solving and Decision Making
Prinsip Dasar Memecahkan Masalah (Problem Solving)
- Posted by by Arry Rahmawan
- September 13, 2020
Pada kesempatan kali ini izinkan saya untuk menulis tentang prinsip dasar memecahkan masalah atau problem solving . Ketika artikel ini saya tulis, media-media informasi sedang ramai membahas isu diberlakukannya kembali PSBB di Jakarta karena kembali meningkatnya kasus COVID-19. Di satu sisi ada banyak pihak yang mendukung, namun tidak sedikit juga pihak yang menolaknya. Pihak yang mendukung mengatakan PSBB total akan sangat bermanfaat untuk menurunkan kasus COVID-19, di sisi lain pihak yang menolak mengatakan bahwa PSBB total di Jakarta akan mematikan roda perekonomian dan membuat Indonesia semakin terjerumus ke jurang resesi. Semenjak diumumkan kasus perdana sejak Bulan Maret, total pertumbuhan kasus aktif COVID-19 tidak juga kunjung turun – bahkan naik.
Kasus di atas adalah sebuah kasus riil dari perlunya seseorang memiliki kemampuan complex problem solving, atau pemecahan masalah yang kompleks di tingkat negara atau kebijakan. Conn dan McLean (2018) mengungkapkan bahwa complex problem solving, critical thinking, dan creativity adalah 3 keterampilan terpenting untuk dikuasai di tahun 2020 dan sampai beberapa dekade setelahnya. Saat saya mengajar mata kuliah pengantar kewirausahaan teknologi di Departemen Teknik Industri UI , saya selalu menekankan 3 hal ini kepada mahasiswa, dan mereka banyak saya berikan latihan agar terasah dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, dan juga menjadi mahasiswa solutif.
Mengenal Apa Itu Masalah
Lalu, apa itu problem solving? Pertama mari kita pahami dulu apa itu masalah.
Apakah Anda tahu, apa yang dimaksud dengan masalah?
Saya yakin selama ini Anda memiliki banyak masalah dalam hidup (begitu juga saya). Tentu kita ingin semua masalah yang ada di hidup kita bisa diselesaikan dengan cepat. Namun, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah, jika kita tidak tahu apa itu masalah (ga bingung kan, hehe)?
Collins Dictionary, mengartikan masalah adalah kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, menyebabkan kesulitan dalam menjalani hidup. Berdasarkan definisi ini, kita tahu bahwa masalah itu adalah adanya gap antara “Realita” dan hal “Ideal” yang ingin kita capai.
Sebagai mahasiswa, Anda pasti pernah mengalami ada mata kuliah atau mata pelajaran yang Anda susah sekali mengikutinya. Dosen sudah memberikan batas bawah kelas yaitu Anda harus dapat 60 di ujian. Tapi setelah ikut nilai Anda 40, sehingga Anda tidak lulus. Ada ‘jarak’ antara realita (Anda dapat 40) dan nilai ideal untuk Anda lulus (minimal 60), yang kalau jarak ini tidak dipecahkan Anda tidak lulus dan harus mengulang lagi mata kuliah tersebut di tahun berikutnya.
Upaya Anda untuk menaikkan nilai Anda dari 40 menjadi lebih dari 60 (let’s say, 80) adalah bentuk sederhana dari problem solving.
Mengenal prinsip dasar memecahkan masalah ( problem solving )
Lalu, apa saja prinsip – prinsip yang perlu Anda ketahui dalam memecahkan masalah? Watanabe (2009) dalam bukunya 101 Problem Solving, memetakan ada 4 langkah dasar yang merupakan prinsip problem solving. 4 langkah dasar tersebut dijelaskan di gambar berikut ini,
Saya menggunakan model yang diajukan Watanabe (2009) karena simpel dan juga konsisten dengan beragam literatur lain tentang pemecahan masalah. Intinya, ada 4 hal yang wajib kita lakukan jika kita ingin memecahkan masalah:
1. Memahami situasi atau mendefinisikan masalah dengan baik (understand the situation )
Banyak orang yang tidak bisa memecahkan masalah karena tidak bisa mendefinisikan masalah yang dihadapi dengan baik. Misalnya, “Saya tidak bisa mendapatkan nilai 80 di kelas karena saya tidak punya teman diskusi selama PSBB.”
Mengapa definisi masalah tersebut kurang bagus? Ya, karena definisi masalah tersebut sudah mengandung solusi. Jika masalahnya seperti itu, maka kita tinggal langsung saja cari teman diskusi. Nah, tapi apakah dengan punya teman diskusi nilai kita langsung naik jadi 80? Belum tentu.
Lalu, bagaimana mendefinisikan masalah dengan lebih baik?
Contohnya seperti ini, “Saat ini saya mendapat nilai 40 di mata kuliah X dan saya menargetkan untuk mendapatkan nilai 80 di ujian berikutnya. Hal ini harus saya capai, karena jika di bawah 60 saya harus mengulang kelas lagi yang akan menghabiskan uang sebesar Rpxxxxx dan waktu sebanyak xxxxx jam yang saya miliki.”
Dengan menggunakan definisi masalah tersebut, Anda pun jadi sadar bagaimana kondisi Anda saat ini, apa yang ingin Anda raih, dan apa dampak yang muncul jika Anda tidak meraihnya. Sampai sini paham? Jika kurang paham bisa bertanya di kotak komentar :).
Satu contoh lagi: “Saat ini saya punya hutang satu juta ke X, dan harus mengembalikannya di tanggal 25 September 2020. Jika tidak mengembalikannya, saya akan ditagih dan kepercayaan orang kepada saya menjadi hilang.”
Nah, jika masih belum paham boleh ditanyakan di kotak komentar.
2. Mengidentifikasi akar penyebabnya (identify the root cause of the problem )
Setelah mendefinisikan masalah, baru kita mencari apa akar penyebab dari masalah kita. Teknik paling mudah adalah dengan menggunakan teknik “5 Why”. Teknik ini adalah dengan bertanya kepada diri kita terkait dengan mengapa kita bisa mendapat nilai jelek, misalnya.
Why 1: Mengapa saya mendapat nilai 40 di ujian matematika? Karena saya banyak salah di konsep geometri
Why 2: Kenapa banyak salah konsep di geometri? Karena saya tidak mempelajarinya dengan sungguh – sungguh
Why 3: Kenapa saya tidak belajar geometri sungguh – sungguh? Karena saya tidak menyukai bagian tersebut
Why 4: Kenapa saya tidak suka? Karena saya tidak tahu apa hubungan geometri dengan cita – cita saya
Why 5: Kenapa saya tidak tahu hubungan geometri dengan cita – cita saya? Karena saya tidak mencari tahu informasi terkait hal itu
Ternyata di sini ‘akar’ masalahnya bukan semata – mata kita tidak suka dengan bagian geometri, tetapi juga kita tidak termotivasi untuk mempelajarinya karena tidak tahu apa manfaatnya. Dengan teknik 5 why ini, kita jadi tahu apa akar masalahnya dan bisa merumuskan alternatif solusi dengan baik.
3. Memilih dan membuat action plan (Development of an effective action plan)
Jika sudah dari fase 2, maka fase berikutnya adalah berpikir kreatif dan kritis terhadap alternatif solusi yang mungkin dilakukan. Sebagai contoh:
- Mencari tahu apa manfaat ilmu geometri dalam kehidupan sehari – hari (Googling)
- Menonton film atau movie terkait dengan pentingnya ilmu geometri
- Belajar geometri dengan bantuan video dari internet
- Mengajarkan geometri ke orang lain secara online
Silakan tuliskan alternatif solusi sebanyak – banyaknya dalam fase ini. Kemudian pilih mana yang sekiranya paling efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan penggunaan sumber daya yang paling sedikit (hemat waktu dan biaya yang dikeluarkan).
4. Eksekusi solusi secara total, perbaiki jika tidak efektif (Execute and modify, until it is solved)
Jika sudah yakin dengan suatu solusi, maka tahap berikutnya adalah eksekusi secara total. Namun perlu diingat bahwa solusi yang kita terapkan perlu dimonitor dan dievaluasi, apakah sudah efektif? Jika belum, maka kita cari alternatif solusi lain yang lebih efektif dan efisien (hal ini dinamakan iterasi).
Bagaimana jika strateginya sudah efektif dan kita dapat nilai sesuai dengan apa yang ditargetkan? Maka kita tingkatkan target yang lebih tinggi, misal mencapai nilai 100. Hal ini dinamakan dengan improvement, dan akan terus seperti itu secara kontinu.
Nah, sampai sini Anda sudah belajar tentang prinsip – prinsip dalam pemecahan masalah, dan juga beberapa tekniknya. Sekarang kita akan membahas apakah prinsip ini bisa dipakai oleh pengambil kebijakan di tengah pandemi COVID-19?
Problem-Solving dan COVID-19
Ilmu problem solving sebenarnya sangat simpel. Kenapa pemerintah atau instansi terkait tidak bisa efektif menyelesaikan masalah COVID-19? Apa mereka tidak menggunakan prinsip ini?
Saya yakin banyak pakar yang menjadi tim ahli di pemerintah dan mereka jauh lebih tahu daripada saya terkait bagaimana penanganan COVID-19 ini.
Satu hal yang perlu dipahami masyarakat adalah, problem solving untuk tatanan negara itu memiliki tingkat kerumitan yang sangat tinggi. Tingkat kerumitannya ada di sifat masalahnya itu sendiri yaitu multiple problems, actors, interests, uncertainties.
Multiple problems , di mana masalahnya ada banyak dan multi dimensi. COVID-19 tidak hanya tentang kesehatan, tapi juga ekonomi, sosial, transportasi, dan lain sebagainya. Multiple actors , yaitu masalahnya dimiliki oleh pihak yang beragam, mulai dari presiden, menteri, pemprov, tenaga kesehatan, dan lainnya. Multiple interests , yaitu masalahnya aktor tersebut memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Ada yang interestnya menyelamatkan rakyat, dengan mengurangi mortality rate, ada yang interestnya mendapatkan keuntungan, dsb Multiple uncertainties , yaitu ketidakpastian yang menghadang di masa depan macam – macam, mulai dari kemunculan virus baru, perilaku masyarakat yang tiba – tiba susah diatur, di luar kapasitas dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Multiple rationalities , yaitu setiap aktor yang terlibat memiliki rasionalitas yang berbeda dalam memandang masalah. Ada yang dia berbasis pada data karena suka membaca, ada yang berbasis pada bisikan karena dia minta tolong dibacakan staf ahli, dan ada yang berbasis intuisi karena dia sudah merasa berpengalaman menangani hal – hal tersebut di masa lalu.
Kelima faktor itu masing – masing saling terkoneksi satu sama lain, menyebabkan masalah megakompleks yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Jujur kadang saya seringkali gemas dengan netizen sok tahu yang menggampangkan cara pengambilan keputusan di tingkat wilayah atau nasional yang mega kompleks ini, padahal cara pengambilan kebijakan di negara tidak sesederhana menyelesaikan masalah Anda mau masuk kampus mana dan memilih jurusan apa untuk melanjutkan studi.
Namun, berkaca dari prinsip problem solving yang saya jelaskan tadi, saya jadi kepikiran satu hal. Apakah carut marutnya penanganan COVID-19 di Indonesia karena kita tidak memiliki atau tidak tahu apa masalah yang kita hadapi sebagai suatu bangsa? Apakah belum ada definisi masalah yang jelas (fase 1) yang bisa disepakati oleh satu bangsa untuk kita perjuangkan bersama menyelesaikan masalah tersebut?
Apakah kita bisa memiliki satu atau single problem statement, yang mana itu menjadi masalah yang kita harus selesaikan bersama sebagai satu bangsa? Jadi apapun peran kita di negara saat ini, single problem statement tersebut mewakili semua kepentingan kita, sehingga kita berfokus saja untuk menyelesaikan masalah itu agar Indonesia bisa menyelesaikan penanganan COVID-19 dengan lebih baik.
Jika belum ada dan tidak mencoba ditemukan, maka Indonesia dalam kondisi saat ini belum melewati fase 1 dari tahap penyelesaian masalah dan buat saya itu mengerikan.
Jika ada yang bisa merumuskannya, saya yakin Anda akan sangat berjasa kepada negara karena besar kemungkinan Anda dapat mempersatukan bangsa.
Semoga artikel ini bisa sedikit membuka jalan agar kita bisa menjadi seorang pengambil keputusan yang lebih bijaksana.
Salam, Arry Rahmawan
Arry Rahmawan
Arry Rahmawan adalah seorang pembelajar yang memiliki ketertarikan dalam mempelajari ilmu tentang produktivitas hidup, entrepreneurship, dan pengembangan bisnis. Sejak tahun 2012, Arry rutin menulis dan membuat konten terkait tiga topik tersebut di blog ini. Arry menamatkan pendidikan S1 dan S2 nya di Departemen Teknik Industri, Universitas Indonesia dan menjadi dosen tetap non-PNS di Departemen yang sama sejak tahun 2016. Untuk meningkatkan kapasitas keilmuannya, Arry banyak mengambil sertifikasi, workshop, course, dan mentorship dari berbagai institusi kelas dunia. Selain aktif mengajar di UI dan beberapa kampus di Indonesia, Arry juga berpengalaman menjadi konsultan, trainer, dan coach independen untuk ketiga topik yang diminatinya tersebut. Klien yang sudah ditanganinya sangat beragam, mulai dari instansi pemerintahan, kementerian, BUMN, korporasi/swasta, lembaga pendidikan, serta lembaga non-profit. Saat ini Arry berdomisili di Belanda dalam rangka tugas belajar di Delft University of Technology, Faculty of Technology, Policy, and Management. Untuk menghubunginya, silakan kontak melalui direct message LinkedIn atau Instagram
Post navigation
Mengenal value proposition canvas untuk entrepreneur pemula, seminar sekolah kepemimpinan universitas pembangunan nasional (upn) veteran jakarta bersama arry rahmawan, leave a reply cancel reply.
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
3 Langkah Melatih Berpikir Inovatif
- October 19, 2012
- 2 minute read
Problem Statement: Pengertian, Fungsi, Struktur dan Cara Membuatnya
Writing articles, review product, copywriter, digital marketing, SEO writing and web content writer.
Ketika bekerja, tiap karyawan pasti pernah menghadapi kendala atau suatu masalah. Akan tetapi, problem statement adalah salah satu keterampilan penting yang perlu dimiliki karyawan profesional untuk menangani situasi rumit. Umumnya, perusahaan akan mengandalkan baik itu tim atau individu yang bisa mengidentifikasi suatu masalah secara efektif dan memberikan usulan serta solusi dari masalah yang muncul. Sehubungan dengan hal tersebut, artikel ini akan membahas mengenai problem statement . Problem statement adalah hal yang sangat penting sehingga butuh penanganan untuk diketahui semua orang. Jadi, mari simak artikelnya hingga usai, ya!
Pengertian problem statement
Seperti yang telah dijelaskan di atas, problem statement adalah hal yang begitu penting untuk diketahui. Jadi, apa yang dimaksud dengan problem statement ? Problem statement adalah suatu masalah yang membutuhkan tindakan secepat mungkin agar situasi bisa diperbaiki.
Pernyataan tersebut sepenuhnya objektif dan berfokus ke suatu fakta masalah serta mengabaikan pendapat yang subjektif. Untuk lebih memudahkan pemecahan masalah, sebaiknya kamu perlu menanyakan apa, siapa, kapan, mengapa, dan di mana berkaitan dengan masalah yang terjadi.
Pernyataan tersebut berkaitan dengan pembuatan struktur untuk problem statement. Hal ini juga tentunya bisa lebih mudah membaca masalah dan menemukan solusinya. Problem statement tidak hanya menjelaskan apa saja masalah yang mendesak. Namun, juga menjadi petunjuk cara membuat proposal solusi yang efektif dan tepat waktu.
Baca juga: 9 Cara meningkatkan kemampuan problem solving
Fungsi problem statement
Kamu sudah mengetahui bahwa problem statement adalah masalah yang butuh ditangani. Dengan kata lain, problem statement adalah suatu alat komunikasi. Hal tersebut akan sangat penting untuk bisnis maupun individu agar dapat mengembangkan proyek yang fokusnya ke peningkatan.
Problem statement yang jelas serta ringkas memang lebih banyak digunakan oleh proyek tim agar bisa membantu mendefinisikan dan memahami apa saja masalah serta mengembangkan solusi sebaik mungkin. Pernyataan tersebut akan memberikan informasi yang penting terkait pengambilan keputusan atas suatu proyek.
Namun, perlu diingat bahwa problem statement tidak menjelaskan metode agar sampai di suatu solusi. Problem statement lebih mengarah kepada pernyataan yang memulai suatu proses dengan cara pengendalian suatu masalah sehingga diharapkan dapat menemukan solusi yang efektif.
Baca juga: 5 Tahap pemecahan masalah yang efektif
Struktur penulisan problem statement
Sebenarnya, cara membuat problem statement tidak terlalu sulit, lho ! Meskipun begitu, kamu perlu memahami bagaimana cara yang tepat dalam penulisannya. Adapun struktur dalam penulisan problem statement adalah sebagai berikut.
- Menjelaskan sistem atau solusi mana yang bekerja lebih efisien
- Menjelaskan masalah dan mengapa hal tersebut penting
- Menjelaskan masalah keuangan
- Melakukan riset
- Membuat usulan dan ide solusi
- Menjelaskan manfaat dari solusi yang diusulkan
- Menyimpulkan dengan cara meringkas masalah dan solusi
Baca juga: 6 Contoh analytical skills dan cara meningkatkannya
Cara membuat problem statement
Walaupun terkesan rumit, membuat problem statement sebenarnya cukup mudah. Untuk cara pembuatannya, kamu bisa ikuti langkah berikut ini.
1. Menjelaskan proses atau solusi apa yang lebih baik
Pertama, kamu ingin memberikan beberapa konteks sehingga bisa lebih mudah untuk dipahami apa masalahnya. Mulai dengan menjelaskan proses apa yang bisa berhasil dan tidak. Namun, jelaskan secara singkat dan jelas tentang fungsi dari prosesnya. Mungkin kamu bisa memulai dengan menjelaskan hal teoritis, seperti mana sistem yang lebih efisien dan berhasil. Pastikan untuk mengingat kapan, siapa, di mana, mengapa, dan apa untuk tetap fokus pada pemecahan masalah.
2. Menjelaskan masalah dan mengapa hal tersebut penting
Problem statement tidak hanya membahas apa yang menjadi masalah tetapi juga mengapa hal tersebut bisa menjadi masalah dan mengapa penting untuk diselesaikan. Hal ini akan membahas apa saja yang menjadi masalah, siapa yang terpengaruh, dan juga mengapa masalah harus diperbaiki. Kamu bisa memberikan pertimbangan untuk memberikan upaya apa yang sudah dilakukan agar memecahkan masalah.
3. Menjelaskan masalah keuangan
Saat kamu menyatakan masalah ke pembuat keputusan, mungkin kamu ingin menjelaskan biaya jika tidak memperbaikinya. Mengingat uang merupakan bahasa yang sering digunakan oleh para pebisnis, maka cukup mudah dalam membingkai masalah dan memberikan solusi. Jelaskan terkait masalah keuangan.
4. Melakukan riset
Jika kamu sudah mengklaim masalah yang bisa memberikan kerugian perusahaan, kamu juga harus siap untuk mendukung klaim dengan bukti yang kuat. Jika diabaikan, bisa saja kamu malah tidak dianggap serius. Lakukan riset dengan baik dan jangan lupa berikan pada kutipan sumber dan siapkan data untuk disajikan.
5. Usulkan solusi
Problem statement perlu menjelaskan apa solusi yang diusulkan untuk masalah yang ada. Dalam hal ini, kamu tidak bisa fokus untuk menemukan satu solusi saja. Namun, kamu juga harus memilih pemahaman yang kuat mengenai penyebab masalah dan harus siap dalam mengusulkan pendekatan praktis untuk memperbaikinya. Jelaskan tujuan tersebut dengan memberikan saran rencana yang dipikirkan dengan matang agar bisa mengatasi masalah.
6. Menjelaskan manfaat dari solusi yang diusulkan
Kamu sudah menunjukkan masalahnya, menjelaskan konsekuensi dalam memilih atau tidaknya dalam perbaikan masalah. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan bahwa solusi yang kamu usulkan akan berhasil. Jelaskan apa manfaat solusi tersebut dengan yakin sehingga solusi yang kamu tawarkan tidak dianggap remeh.
7. Menyimpulkan dengan cara meringkas masalah dan solusi
Terakhir, cara membuat problem statement adalah memberikan kesimpulan dengan meringkas masalah dan solusi. Dengan cara ini, maka akan membantu semua pihak untuk memahami masalah dan mempertimbangkan apa solusi terbaiknya.
Baca juga: 9 Cara mengambil keputusan yang tepat agar tidak salah
- scribbr.com
Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?
Artikel terkait.
5 Contoh Biografi Diri Sendiri untuk Peluang dan Perkembangan Karier
Alvina Vivian
10 Cara Menulis Artikel yang Baik dan Benar untuk Pemula
Anisa Sekarningrum
Tips Menyampaikan Kata-kata Perpisahan Kerja yang Berkesan beserta Contohnya
Maria Tri Handayani
Home » Informasi » Problem Based Learning : Pengertian, Karakteristik, Manfaat, Contoh
ⓘ Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini
Problem based learning : pengertian, karakteristik, manfaat, contoh.
- February 6, 2023
Admin Dunia Dosen
- No Comments
- 18,555 views
Metode pembelajaran problem based learning menjadi pembahasan hangat, apalagi menjadi bagian dari pelaksanaan kebijakan baru di dunia pendidikan Indonesia. Metode pembelajaran ini diharapkan Kemdikbud diterapkan di sekolah sampai perguruan tinggi.
Bagi beberapa tenaga pendidik, istilah yang mengarah ke metode pembelajaran menarik ini mungkin masih asing di telinga, Lantas, apa problem based learning itu? Bagaimana contoh penerapannya?
Apa Itu Problem Based Learning?
Problem based learning merupakan metode pembelajaran yang menuntut para peserta didik (siswa dan mahasiswa) untuk aktif memanfaatkan berbagai kecerdasan dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Dalam bahasa Indonesia, problem based learning diartikan menjadi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Sesuai namanya, secara sederhana metode ini memberikan suatu masalah kepada peserta didik untuk kemudian diselesaikan dengan baik.
Sehingga melalui metode pembelajaran ini peserta didik akan terasah keterampilannya berpikir kritis, melakukan analisis, dan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah yang diberikan. Dalam prosesnya, berbagai keterampilan baik hardskill maupun softskill akan terasah.
Kenali Problem Based Learning Menurut Ahli
Supaya lebih paham lagi definisi dari problem based learning ini, maka simak beberapa definisi yang dipaparkan sejumlah ahli berikut:
Duch menjelaskan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Sehingga PBL mengacu pada metode pembelajaran berkelompok. Pendidik akan mengarahkan peserta didik membentuk kelompok. Kemudian semua member dalam kelompok bekerjasama menyelesaikan suatu permasalahan.
Arends
Arends menyebut, PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Gd. Gunantara
Sementara, Gd. Gunantara menjelaskan PBL sebagai suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pembelajar dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata.
Sehingga masalah yang diberikan kepada peserta didik diutamakan masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat. Hal ini akan membantu peserta didik memiliki solusi atas masalah nyata yang mungkin dihadapi orang sekitarnya.
Glazer
Glazer juga memberikan pendapatnya dalam mendefinisikan PBL, Menurutnya PBL adalah suatu strategi pengajaran di mana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
Shoimin
Terakhir adalah definisi dari Shoimin, dimana PBL dijelaskan sebagai menciptakan suasana belajar yang mengarah terhadap permasalahan sehari-hari. Sehingga diharapkan peserta didik siap dengan masalah nyata di kehidupan mereka.
Karakteristik Problem Based Learning
Menurut Aris Shoimin, metode pembelajaran problem based learning memiliki beberapa karakteristik khas, yaitu:
1. Berpusat pada Peserta Didik
Karakteristik pertama adalah berpusat pada peserta didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, fokus utama adalah di peserta didik. Peserta didik diharapkan lebih aktif dalam belajar, bertanya, dan praktek langsung.
2. Fokus ke Masalah Autentik
Karakteristik PBL yang kedua adalah fokus ke masalah autentik atau masalah asli alias masalah nyata. Jadi, meskipun memberikan suatu masalah kepada peserta didik tentunya bukan masalah rekayasa melainkan masalah real di lapangan.
3. Peserta Didik Belajar Secara Mandiri
Problem based learning ketika diterapkan pada akhirnya peserta didik akan belajar secara mandiri, atau lebih banyak demikian. Kenapa? Sebab mereka fokus menyelesaikan masalah yang diberikan pendidik dan berpikir sendiri selama proses penyelesaian.
4. Pelaksanaan Berbasis Kelompok
PBL tidak bisa atau kurang tepat jika diterapkan dengan cara perorangan, idealnya dibentuk kelompok. Sehingga pendidik perlu membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk kemudian menyelesaikan satu masalah bersama-sama.
5. Pendidik Berperan sebagai Fasilitator
Karakteristik yang terakhir dari PBL adalah pendidik hanya berperan sebagai fasilitator. Sehingga memberikan kisi-kisi dalam membantu peserta didik menyelesaikan masalah. Eksekusi seluruhnya dilakukan peserta didik itu sendiri.
Baca Juga :
Metode Pengajaran yang Cocok Saat Puasa
Aneka Metode Mengajar dan Kunci Jadi Dosen Menarik
10 Cara Mengajar Dosen yang Disukai Mahasiswa
Manfaat Penerapan Metode PBL
Menerapkan pembelajaran problem based learning kemudian memberikan banyak sekali manfaat, khususnya bagi peserta didik. Manfaat penerapan metode problem based learning diantaranya:
1. Mengembangkan Kemandirian Peserta Didik
Peserta didik yang fokus dalam menyelesaikan masalah di PBL kemudian akan aktif berpikir kreatif dan mencari solusi terbaik secara mandiri. Maka PBL bermanfaat meningkatkan kemandirian mereka dan siap terjun di masyarakat sebagai pribadi yang dewasa.
2. Mendorong Partisipasi Aktif di Kelas
PBL mampu mendorong peserta didik lebih aktif ketika belajar di dalam kelas maupun luar kelas karena mereka akan berusaha segera memecahkan masalah, mempresentasikannya, dan siap berdebat.
3. Mengembangkan Berbagai Keterampilan
Menyelesaikan suatu masalah tidak cukup hanya paham teori, melainkan bisa mempraktekannya langsung. Beberapa masalah membutuhkan alat bantu, maka banyak keterampilan bisa ikut terasah saat PBL diterapkan.
4. Mengembangkan Kemampuan Bekerjasama
Problem based learning berbasis kelompok, maka dalam prosesnya peserta didik akan belajar bagaimana bekerjasama. Kemampuan bekerjasama termasuk keterampilan mumpuni yang banyak dibutuhkan di dunia kerja.
5. Membentuk Penghargaan Intrinsik
Lewat metode PBL, maka penghargaan kepada prestasi peserta didik tidak hanya sekedar nilai akademik. Melainkan memberi penghargaan intrinsik. Misalnya puas berhasil menyelesaikan masalah, puas bisa mempresentasikan solusinya, dan lain-lain.
Ciri Khas Metode PBL
Jika membahas mengenai PBL maka akan membahas juga mengenai ciri khasnya, diantaranya:
- PBL dimulai dengan memberikan suatu masalah ke peserta didik.
- Masalah adalah masalah di dunia nyata dan berhubungan dengan peserta didik.
- Mengorganisasikan masalah di suatu bidang keilmuan.
- Peserta didik memiliki tanggung jawab maksimal membentuk proses pembelajaran.
- Peserta didik dibentuk menjadi kelompok.
- Peserta didik diwajibkan mempresentasikan solusi atas masalah yang diberikan pendidik.
Kelebihan dan Kekurangan Menerapkan Metode Ini
Sebagai salah satu metode pembelajaran yang dinilai lebih baik dari metode lawas, problem based learning ternyata punya kelebihan sekaligus kekeringan. Adapun kelebihan metode PBL adalah:
- Mendidik peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan terampil.
- Meningkatkan keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
- Peserta didik bisa terbiasa belajar dari sumber kredibel dan relevan dengan masalah.
- Pembelajaran menjadi kondusif karena peserta didik aktif belajar dan fokus menyelesaikan masalah yang diberikan pendidik.
Adapun kekurangan dari PBL sendiri juga tetap bisa ditemukan dan berikut adalah beberapa diantaranya:
- Tidak bisa diterapkan ke semua materi pembelajaran, sehingga sifatnya tertentu saja.
- Waktu pembelajaran menjadi panjang karena menyelesaikan masalah tidak bisa hanya satu atau dua jam.
- Jika peserta didik tidak terbiasa menyelesaikan masalah maka waktu pengerjaan lebih lama dan bahkan mungkin tidak mau mengerjakan.
- Jika jumlah peserta didik terlalu banyak maka pendidik bisa kesulitan melakukan koordinasi dan pembagian kelompok.
Contoh Penerapan yang Bisa Diikuti Dosen
Adapun salah satu contoh dari penerapan problem based learning adalah sebagai berikut dengan masalah “pencemaran udara”:
1. Penyajian masalah
- Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
- Guru membagikan artikel kepada setiap kelompok mengenai polusi udara dan dampak yang ditimbulkan akibat polusi udara secara eksplisit.
- Guru bertanya kepada siswa bagaimana cara menanggulangi dampak dari pencemaran udara.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
- Dengan bantuan lembar kerja, guru/dosen membimbing siswa merumuskan masalah dan menyusun hipotesis
3. Membimbing penyelidikan kelompok
- Guru membimbing siswa melakukan investigasi sesuai petunjuk pada lembar kerja untuk membuktikan hipotesis.
- Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi dan berdiskusi untuk menjawab rumusan masalah.
4. Menyajikan hasil karya
- Siswa menyusun laporan sementara hasil investigasi dan pemecahan masalah.
- Siswa melakukan presentasi untuk mengemukakan hasil investigasi.
- Guru membimbing kegiatan tanya jawab
Problem based learning adalah metode pembelajaran yang menuntut para peserta didik (siswa dan mahasiswa) untuk aktif memanfaatkan berbagai kecerdasan dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Kelebihan problem based learning diantaranya (1) mendidik peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan terampil, (2) meningkatkan keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung, (3) membiasakan belajar dari sumber kredibel dan relevan dengan masalah.
Bingung menentukan metode pembelajaran selama kuliah? Berikut berbagai macam metode yang bisa Anda pertimbangkan.
Apa Itu Hybrid Learning? Pahami Kelebihan dan Kekurangannya
Student Centered Learning, Mari Mengenal Pendekatan Ini
Micro Teaching: Pengertian, Sejarah, Fungsi, dan Aspek-Aspeknya
RELATED POST
Ini 7 Hal yang Harus Kamu Siapkan Kalau Mau Jadi Dosen
Teguran untuk Para Dosen yang Belum Memiliki Akun SISTER
Jenis Tugas Tambahan Dosen Sesuai PO BKD
Jenis-Jenis Tugas Penunjang Dosen & Tips Mengerjakan di Sela Waktu yang Padat
Beasiswa Gwangju Institute of Science and Technology 2024
7 Cara Update Ilmu yang Cocok Diterapkan oleh Dosen
Pembukaan Pre-doctoral Course Program (PCP) Tahun 2024, Ini Syarat dan Cara Daftarnya
Panduan menulis buku terbaru 2024. gratis.
Jangan Lewatkan
- Tentang Kami
- Kebijakan Privasi
Get Started
- Daftar Kontributor
- S&K Kontributor
- Menerbitkan Buku
Hubungi kami
- Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581
Email : [email protected]
Telpon : 081362311132
Hadir sejak tahun 2016, Dunia Dosen telah menjadi pusat informasi peningkatan karir, pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dan kolaborasi dosen indonesia
- Tim Redaksi
Hubungi Kami
- [email protected]
- 081362311132
2024 © All Reserved – Dunia Dosen
Perbedaan PBL dan Problem Solving: Mana yang Lebih Efektif dalam Pembelajaran?
Saat belajar atau menghadapi masalah, mungkin kamu sering kali mendengar istilah PBL dan Problem Solving. Namun, apa sebenarnya perbedaan antara PBL dan problem solving tersebut? Sebelumnya, PBL atau Problem-Based Learning merupakan salah satu metode pembelajaran di mana siswa akan bersama-sama mengidentifikasi masalah dan merancang solusi untuk memecahkannya. Sedangkan, Problem Solving adalah kemampuan untuk mengatasi masalah dengan cara yang efektif dan efisien, dari tahap analisis hingga implementasi solusi.
Meski tampak serupa, PBL dan Problem Solving memiliki perbedaan yang cukup signifikan. PBL lebih menekankan pada proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Pada teknik ini, siswa dihadapkan pada masalah yang diharapkan dapat menggugah material dasar yang sedang dipelajari. Sementara itu, Problem Solving pada dasarnya merupakan bagian dari proses pembelajaran di mana seseorang memecahkan masalah yang sedang dihadapinya dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya.
Bagaimana dengan cara belajar yang cocok dengan kamu? Apakah lebih memilih dihadapkan pada masalah atau menyelesaikannya? Salam belajar! Perbedaan PBL dan Problem Solving
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dan metode Problem Solving merupakan dua pendekatan pembelajaran yang sering digunakan di dunia pendidikan dan bisnis. Meskipun keduanya memiliki kesamaan dalam menyelesaikan masalah, namun pada dasarnya terdapat perbedaan signifikan antara PBL dan Problem Solving.
- PBL adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Dalam metode ini, siswa diberikan masalah kompleks dan realistis untuk dipecahkan secara mandiri atau dalam kelompok. Siswa diharapkan untuk dapat melibatkan diri secara aktif dalam memecahkan masalah tersebut dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh.
- Sedangkan Problem Solving adalah suatu pendekatan untuk menyelesaikan masalah dengan konsep dan strategi yang sistematis. Pendekatan ini biasanya digunakan dalam konteks bisnis, dimana tim atau individu harus mencari solusi terbaik untuk masalah yang dihadapi. Dalam Problem Solving, para profesional memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan masalah dengan cara yang efektif dan efisien.
Perbedaan utama antara PBL dan Problem Solving adalah dalam konteks penggunaannya. PBL lebih sering digunakan dalam dunia pendidikan untuk mempromosikan pembelajaran yang aktif, sementara Problem Solving lebih sering dipraktikkan di dalam konteks profesional untuk menyelesaikan masalah bisnis. Meskipun begitu, keduanya memiliki unsur yang sama yaitu proses berpikir yang sistematis dan strategis untuk mencari solusi terbaik.
Seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut, terdapat perbedaan lain antara PBL dan Problem Solving:
PBL | Problem Solving |
---|---|
Ditekankan pada pembelajaran aktif | Ditekankan pada penyelesaian masalah |
Digunakan dalam pengajaran di dunia pendidikan | Digunakan dalam konteks professional dan bisnis |
Cocok untuk mempromosikan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis | Cocok untuk memecahkan masalah yang terstruktur |
Secara keseluruhan, PBL dan metode Problem Solving adalah dua pendekatan pembelajaran yang berbeda. Keduanya memiliki manfaat yang unik tergantung pada konteks penggunaannya. PBL dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis, sedangkan Problem Solving dapat membantu profesional dan bisnis untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif dan efisien.
Pada setiap metode pembelajaran, tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Begitu pula dengan PBL (Problem Based Learning) yang memiliki tujuan yang spesifik dalam pengaplikasiannya di dalam dunia pendidikan. Tujuan PBL antara lain:
- Melatih keterampilan pemecahan masalah.
- Meningkatkan kemampuan kritis dan kreatif siswa.
- Melatih keterampilan kerjasama dan komunikasi diantara sesama siswa.
Tujuan-tujuan tersebut tentunya menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan, dimana dengan memperkuat keterampilan-keterampilan tersebut, siswa diharapkan dapat menjadi pribadi yang tangkas dan mampu menghadapi tantangan yang ada di masyarakat.
Jenis-jenis Problem Solving
Problem solving adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Ada banyak jenis-jenis problem solving yang ada, di antaranya:
- Heuristik: Jenis problem solving ini dilakukan dengan cara menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk menyelesaikan masalah.
- Algoritma: Jenis problem solving ini dilakukan dengan cara mengikuti langkah-langkah tertentu yang sudah ditentukan untuk menyelesaikan masalah.
- Metode trial dan error: Jenis problem solving ini dilakukan dengan mencoba-coba dan melakukan kesalahan untuk menyelesaikan masalah.
- Pemecahan masalah sistematis: Jenis problem solving ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara sistematis.
- Collaborative problem solving: Jenis problem solving ini dilakukan oleh kelompok atau tim, di mana setiap anggota saling berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
Pemecahan Masalah Sistematis
Pemecahan masalah sistematis adalah metode problem solving yang populer dan banyak digunakan di berbagai bidang, seperti bisnis, teknologi, dan pendidikan. Pemecahan masalah sistematis dilakukan dengan cara mengikuti langkah-langkah tertentu, yaitu:
- Mengidentifikasi masalah atau situasi yang memerlukan penyelesaian.
- Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menganalisis masalah.
- Menganalisis masalah dengan cara mengevaluasi informasi dan mengidentifikasi akar masalah.
- Mengembangkan alternatif solusi yang dapat diimplementasikan.
- Memilih solusi terbaik dan mengimplementasikannya.
- Mengevaluasi solusi yang telah diterapkan untuk memberikan umpan balik dan melihat apakah solusi tersebut efektif atau tidak.
Pemecahan masalah sistematis dapat membantu seseorang atau kelompok untuk menyelesaikan masalah dengan lebih tepat dan efektif. Dengan menggunakan pendekatan sistematis, masalah akan dipahami dan dipecahkan dengan cara yang lebih terorganisir dan terstruktur.
Collaborative Problem Solving
Collaborative problem solving adalah metode problem solving yang melibatkan tim atau kelompok yang bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah secara efektif. Ada banyak keuntungan yang didapat dari collaborative problem solving, di antaranya:
- Meningkatkan kualitas solusi yang dihasilkan.
- Meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah.
- Meningkatkan dukungan sosial yang diberikan oleh tim atau kelompok.
- Meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk menyelesaikan masalah.
- Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dalam suatu tim atau kelompok.
Dalam collaborative problem solving, setiap anggota tim atau kelompok akan berkontribusi dengan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Mereka akan membagikan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dapat membantu untuk menghasilkan solusi yang lebih inovatif dan efektif.
Jenis Problem Solving | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|
Heuristik | Menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada. | Tidak selalu menghasilkan solusi yang optimal. |
Algoritma | Langkah-langkah yang diajarkan dapat diikuti dengan mudah. | Hanya dapat digunakan untuk masalah yang sudah terstruktur dengan baik. |
Trial dan Error | Dapat menghasilkan solusi yang tidak terduga. | Memerlukan waktu yang lama untuk menemukan solusi yang tepat. |
Pemecahan Masalah Sistematis | Memungkinkan untuk menyelesaikan masalah secara terstruktur dan efektif. | Dapat memakan waktu yang lama untuk melalui setiap langkah. |
Collaborative Problem Solving | Dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas solusi yang dihasilkan. | Memerlukan waktu dan usaha untuk berkoordinasi dengan anggota tim atau kelompok. |
Dalam memilih metode problem solving yang tepat, seseorang atau kelompok harus mempertimbangkan sumber daya yang tersedia, waktu yang tersedia, dan tujuan yang ingin dicapai. Setiap jenis problem solving memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, oleh karena itu penting untuk memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Langkah-langkah PBL
Project-Based Learning atau PBL merupakan suatu metode belajar yang memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah dengan mengerjakan proyek-relevan di lingkungan sekitar mereka. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam PBL untuk mencapai target dan tujuan pembelajaran. Dalam artikel ini, kita akan membahas setiap langkah dari PBL secara rinci.
- Langkah 1 – Identifikasi topik dan masalah
Siswa harus memilih topik dan masalah yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu siswa untuk memecahkan masalah yang nyata dan signifikan. Sebagai contoh, siswa dapat memilih topik seputar lingkungan atau masalah sosial dalam masyarakat.
- Langkah 2 – Perencanaan proyek
Pada langkah ini, siswa perlu merencanakan proyek yang akan mereka kerjakan. Siswa perlu mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan dan menentukan bagaimana tugas akan diselesaikan mengikuti batas waktu yang ditentukan.
- Langkah 3 – Penyelesaian proyek
Setelah merencanakan proyek, siswa melanjutkan dengan menyelesaikan proyek tersebut. Siswa akan bekerja sama dalam tim untuk mencapai tujuan mereka dan menyelesaikan tugas secara efisien.
- Langkah 4 – Evaluasi proyek
Perbedaan antara PBL dan Problem Solving
Kedua metodologi belajar ini serupa dalam hal siswa menyelesaikan masalah. Akan tetapi, perbedaan yang utama adalah dalam pendekatan yang digunakan. Problem Solving adalah sebuah teknik yang menggunakan pendekatan kritis untuk memecahkan masalah, sedangkan PBL lebih menekankan pada keterampilan bekerja sama dalam tim dan memberikan pengalaman langsung dalam menyelesaikan masalah nyata.
Melalui PBL, siswa dapat memecahkan masalah nyata sambil belajar dan mengembangkan keterampilan seperti bekerja sama dalam tim, berkomunikasi, dan kepemimpinan. Melalui langkah-langkah PBL, siswa dapat meningkatkan keterampilan multitasking, mempercepat proses pembelajaran, dan membentuk rasa percaya diri serta mandiri dalam memecahkan masalah.
Langkah-langkah PBL | Problem Solving |
---|---|
Menggunakan proyek nyata | Menggunakan masalah |
Bekerja dalam kelompok | Individu atau kelompok kecil |
Memecahkan masalah melalui proyek | Memecahkan masalah secara kritis |
Tabel 1. Perbedaan antara PBL dan Problem Solving.
Keunggulan PBL Perbedaan antara metode pembelajaran PBL dan problem solving terletak pada pendekatan dan fokus pembelajarannya. PBL berfokus pada pembelajaran dengan melibatkan siswa dalam proses riset dan kolaborasi untuk menyelesaikan sebuah masalah kompleks. Sedangkan problem solving fokus pada pembelajaran dengan menyelesaikan masalah yang diberikan tanpa melibatkan riset mendalam.
Namun, terdapat beberapa keunggulan PBL dibandingkan problem solving:
- Peningkatan rasa percaya diri: Siswa yang terlibat dalam PBL merasa lebih percaya diri dengan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah kompleks sehingga meningkatkan keterampilan problem solving mereka secara umum.
- Meningkatkan kemampuan berpikir kritis: Dalam PBL, siswa dihadapkan pada masalah yang tidak memiliki satu jawaban pasti sehingga mereka harus berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusi.
- Menumbuhkan kemampuan kolaborasi: Pembelajaran PBL melibatkan kolaborasi antar siswa dalam mencari solusi masalah sehingga mereka dapat belajar bagaimana bekerja dalam tim dan menyampaikan ide secara efektif.
Pada akhirnya, salah satu keunggulan terbesar dari PBL adalah dukungan yang diberikan pada siswa dalam mengembangkan keterampilan problem solving dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang aktif dan interaktif. Oleh karena itu, method PBL adalah pilihan yang tepat untuk siswa yang ingin meningkatkan kemampuan problem solving mereka secara efektif dan menyenangkan.
Sumber: The Tim Ferriss Show Podcast: PBL vs Problem Solving
Perbedaan PBL dan Problem Solving
Problem-based learning (PBL) dan problem solving adalah dua metode pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah, namun keduanya memiliki perbedaan utama.
- PBL adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai pengambil keputusan aktif dalam memecahkan masalah melalui diskusi dan kolaborasi dengan sesama mahasiswa.
- Problem solving, di sisi lain, fokus pada solusi dari masalah yang diberikan, dengan pendekatan yang lebih struktural dan terstruktur
- Meskipun keduanya berfokus pada pemecahan masalah, PBL memiliki aspek berorientasi pada masalah yang lebih kuat daripada problem solving.
PBL sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam PBL, mahasiswa diberikan masalah nyata dan kompleks, kemudian diberikan waktu dan sumber daya untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri tentang masalah tersebut dan mencari solusi.
Mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk mencari solusi masalah serta menyusun ide-ide untuk mulai menyelesaikan masalah tersebut. Misalnya, dalam kasus matematika, mahasiswa diminta untuk menyelesaikan perhitungan matematika rumit yang melibatkan banyak variabel dan faktor.
Problem Solving Sebagai Metode Struktural
Problem solving, pada dasarnya, adalah sekelompok teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah. Pendekatan struktural digunakan untuk mengontrol solusi dari masalah yang diberikan dan pastinya lebih terstruktur dari PBL.
Berikut adalah contoh tabel yang membandingkan PBL dan Proble Solving
PBL | Problem Solving |
---|---|
Mahasiswa berkolaborasi untuk mendefinisikan masalah dan mencari solusinya | Solusi diberikan melalui pendekatan terstruktur dan metodis |
Lebih berfokus pada pemahaman masalah dan konsep-konsep yang terkait | Lebih berfokus pada menyelesaikan masalah yang diberikan |
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa meskipun keduanya berfokus pada pemecahan masalah, PBL dan problem solving memiliki perbedaan yang signifikan dalam pendekatan dan fokus mereka.
Problem-based Learning (PBL) dan Problem Solving adalah dua pendekatan pembelajaran yang sering digunakan di sekolah dan universitas. Meskipun terdengar mirip, kedua konsep ini memiliki perbedaan dalam pendekatannya dan cara mereka diterapkan. Di bawah ini adalah beberapa perbedaan antara PBL dan Problem Solving:
Perbedaan Pendekatan dan Tujuan
- PBL adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, dan kemampuan belajar sepanjang hayat.
- Problem Solving adalah proses untuk menyelesaikan masalah dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan analitis dan pemecahan masalah.
Perbedaan pada Jenis Masalah
PBL mengarah pada masalah yang kompleks dan lebih luas. Masalahnya biasanya tidak memiliki satu jawaban benar dan mengharuskan siswa untuk melakukan penelitian yang mendalam. Proble Solving terfokus pada masalah yang lebih spesifik dengan solusi yang jelas.
Perbedaan pada Pembelajaran Berbasis Proyek
PBL cenderung mengintegrasikan pembelajaran ke dalam proyek untuk memecahkan masalah yang kompleks. Siswa akan mengembangkan proyek mereka sendiri, mengeksplorasi isu-isu yang terkait dengan masalah, dan mempresentasikan solusi mereka. Sebaliknya, Problem Solving tidak selalu terkait dengan proyek lebih banyak berfokus pada pembuatan keputusan dari solusi yang ada.
Perbedaan pada Keterlibatan Dosen
Dosen lebih terlibat dalam memberikan panduan dan umpan balik dalam PBL karena ada penggunaan kelompok yang berinteraksi, meskipun banyak belajar juga bisa dilakukan oleh murid itu sendiri. Di sisi lain, pada Problem Solving, dosennya hanya membantu dalam menetapkan batasan masalah yang akan diselesaikan oleh siswa.
Perbedaan pada Evaluasi
PBL | Problem Solving |
---|---|
Menggambarkan pemahaman siswa melalui presentasi dan laporan kelompok | Menggambarkan pemahaman siswa melalui tes dan ujian yang cenderung menguji pemahaman siswa di bidang khusus |
Dalam pengajaran, penting untuk memahami perbedaan antara PBL dan Problem Solving. PBL mendorong siswa untuk berpikir dan belajar secara kritis dalam konteks kehidupan nyata, sementara Problem Solving membantu siswa mengembangkan keterampilan analitis ketika mereka menemukan solusi atas masalah yang diberikan.
Konsep dan Prinsip Dasar PBL
PBL atau Problem Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan pemecahan masalah sebagai landasan utama dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip dasar yang mendasari PBL.
- Pembelajaran berpusat pada peserta didik
- Peserta didik menjadi aktif dalam proses pembelajaran
- Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah
- Problem solving menjadi fokus utama pembelajaran
- Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan interdisipliner
- Materi pembelajaran bersifat autentik dan relevan dengan kehidupan nyata
Dalam PBL, peserta didik akan dihadapkan pada masalah atau situasi yang kompleks dan berbeda-beda pada setiap kesempatan. Peserta didik kemudian diminta untuk mencari solusi dari masalah tersebut melalui proses pengamatan, pemikiran, dan refleksi secara kritis dan kreatif.
Didalam PBL, prinsip dasar tersebut menjadi pedoman bagi pengajar untuk merancang pembelajaran yang menantang dan membangun kemampuan berpikir siswa secara holistik. Selain itu, PBL juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, bekerja sama, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Persamaan | Perbedaan |
---|---|
Focus pada masalah | Focus pada pemecahan masalah |
Memperhatikan hasil belajar | Memperhatikan proses belajar |
Merancang materi utama merupakan tugas pengajar | Merancang materi merupakan tugas siswa |
Melakukan pembelajaran secara kolektif dan individu | Melakukan pembelajaran secara kelompok |
Jadi, PBL dan problem solving memang memiliki kesamaan dalam hal fokus pada masalah. Namun, PBL lebih menekankan pada proses pemecahan masalah secara kreatif dan holistik, sedangkan problem solving hanya berfokus pada solusi dari masalah itu sendiri. Selain itu, PBL juga memberikan peran yang lebih aktif pada peserta didik, baik dalam merancang materi maupun mengambil keputusan.
Peran Guru dalam PBL
Problem-Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang memperkenalkan siswa pada kasus atau masalah dunia nyata sebagai titik awal untuk belajar. Proses belajar berpusat pada pemecahan masalah untuk menyelesaikan kasus tersebut. Guru memiliki peran penting dalam menjalankan metode pembelajaran PBL agar dapat efektif dan efisien.
- Sebagai fasilitator pembelajaran: Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran PBL. Mereka tidak lagi hanya memberikan materi, tetapi membantu siswa dalam memahami materi dan menunjukkan cara untuk memecahkan masalah.
- Memilih kasus yang relevan: Guru juga memiliki peran dalam memilih kasus atau masalah dunia nyata yang relevan dengan materi pembelajaran. Kasus yang dipilih harus menarik dan menggugah minat siswa untuk belajar lebih dalam.
- Mendorong kolaborasi antar siswa: Pada metode pembelajaran PBL, siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah. Guru berperan dalam memastikan adanya kolaborasi antar siswa, sehingga mereka dapat memecahkan masalah dengan lebih efektif.
Guru juga perlu memberikan bimbingan kepada siswa dalam menerapkan metode PBL. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan bimbingan secara efektif:
- Memberikan arahan: Guru memberikan arahan atau petunjuk yang jelas mengenai langkah-langkah yang perlu diambil untuk memecahkan masalah.
- Mendorong refleksi: Guru mendorong siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
- Mendorong kreativitas: Selama proses pembelajaran, guru perlu mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan memunculkan ide-ide terbaru.
Pada dasarnya, PBL dan Problem Solving memiliki konsep yang sama, yaitu memecahkan masalah. Namun, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya:
- PBL lebih fokus pada proses pembelajaran, sedangkan Problem Solving lebih fokus pada pencarian solusi.
- PBL melibatkan kelompok siswa dalam pemecahan masalah, sedangkan Problem Solving lebih sering dilakukan secara individu.
- PBL menggunakan masalah dunia nyata sebagai titik awal pembelajaran, sedangkan Problem Solving dapat menggunakan masalah apa saja sebagai bahan untuk mencari solusi.
Tabel Perbedaan antara PBL dan Problem Solving
PBL | Problem Solving | |
---|---|---|
Fokus | Proses pembelajaran | Pencarian solusi |
Jumlah siswa yang terlibat | Kelompok | Individu |
Titik awal pembelajaran | Masalah dunia nyata | Bisa apa saja |
Dengan mengetahui perbedaan antara PBL dan Problem Solving, guru dapat memutuskan metode pembelajaran mana yang sesuai untuk diimplementasikan pada materi pembelajaran yang dimiliki.
Peran Siswa dalam PBL
Problem-based learning (PBL) dapat dikatakan sebagai metode pembelajaran aktif yang menekankan pada peran siswa dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, peran siswa dalam PBL sangat penting dan harus dimengerti dengan baik. Berikut ini adalah penjelasan mengenai peran siswa dalam PBL:
- Siswa sebagai pemecah masalah: Dalam PBL, siswa adalah pemecah masalah yang sebenarnya. Mereka dituntut untuk memecahkan suatu masalah atau tantangan yang diberikan dengan menggunakan berbagai macam sumber informasi.
- Siswa sebagai pembelajar aktif: Siswa diharapkan untuk sangat aktif dalam pembelajaran karena mereka harus memecahkan suatu masalah. Mereka harus mencari sumber daya, berfikir kritis, dan mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.
- Siswa sebagai pengorganisasi: Siswa harus bertanggung jawab dalam mengorganisir pekerjaan mereka. Mereka harus merencanakan dan menjadwalkan kegiatan mulai dari analisis awal hingga presentasi akhir.
- Siswa sebagai pemimpin: Dalam PBL, siswa diberi kebebasan untuk menentukan dan memimpin tim mereka sendiri. Hal ini menuntut siswa untuk bisa bekerja dalam kelompok dan memimpin kelompok tersebut agar dapat mencapai tujuan bersama.
- Siswa sebagai evaluator: Siswa harus mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri dan juga pekerjaan anggota tim mereka. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dihasilkan memenuhi standar yang diharapkan.
Selain peran di atas, siswa juga harus memiliki kemampuan-kemampuan tertentu agar dapat berhasil dalam PBL, antara lain:
- Kemampuan mencari sumber daya: Siswa harus mampu mencari dan mengambil sumber daya secara efektif dan efisien untuk memecahkan masalah yang diberikan.
- Kemampuan berkolaborasi: Siswa harus mampu bekerja sama dengan anggota tim mereka dan berkolaborasi dengan baik.
- Kemampuan berfikir kritis: Siswa harus mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis untuk mengidentifikasi isu-isu yang muncul dalam pemecahan masalah.
- Kemampuan presentasi: Siswa harus mampu membuat presentasi yang baik dan efektif untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.
Berdasarkan tabel di bawah ini, dapat dilihat bahwa keberhasilan PBL sangat bergantung pada peran siswa dalam proses pembelajaran:
Peran Guru | Peran Siswa | |
---|---|---|
PBL berhasil | Mendukung pembelajaran | Memimpin pemecahan masalah |
PBL tidak berhasil | Berperan sebagai ahli | Menunggu informasi |
Dalam PBL, siswa memiliki peran yang sangat penting dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, siswa harus berperan aktif dan memiliki kemampuan-kemampuan tertentu agar dapat berhasil dalam PBL.
Penggunaan Teknologi dalam PBL
PBL atau problem-based learning adalah metode pembelajaran di mana siswa diajak untuk menyelesaikan masalah dalam dunia nyata sebagai sarana untuk belajar. Penggunaan teknologi di dalam PBL memainkan peran penting dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berikut adalah beberapa cara di mana teknologi dapat digunakan di dalam PBL:
- Mempelajari dasar-dasar teknologi: Setiap proyek PBL menuntut siswa untuk menggunakan beberapa jenis teknologi, misalnya untuk membangun website atau membuat video. Penting bagi siswa untuk memahami dasar-dasar teknologi ini agar dapat melaksanakan proyek dengan baik. Maka, guru dapat menyediakan panduan tutorial video atau live demo untuk membantu siswa memahami penggunaan teknologi secara tepat.
- Menyelesaikan masalah menggunakan software: Ada berbagai jenis software yang dapat membantu siswa memecahkan masalah yang mereka hadapi. Misalnya, Microsoft Excel dapat membantu mengelola data dan mengekstrak informasi dari data tersebut. Software presentasi seperti Powerpoint dan Prezi dapat membantu siswa menyusun informasi mereka ke dalam presentasi yang efektif. Guru dapat melatih siswa dalam penggunaan software tersebut agar mereka dapat memanfaatkan teknologi sebaik mungkin.
- Penggunaan internet: Internet menyediakan sumber informasi yang melimpah yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah mereka. Misalnya, mereka dapat melakukan penelitian tentang topik tertentu atau mencari solusi bagi masalah yang dihadapi. Meskipun seperti itu, guru harus memperhatikan untuk memberi panduan tentang bagaimana siswa dapat mengakses dan menggunakan informasi yang tepat dan berkualitas dari internet.
Penggunaan Teknologi secara Global
Penggunaan teknologi dalam PBL dapat membantu siswa memperluas pandangan mereka secara global. Beberapa cara di mana teknologi dapat membantu siswa lebih memahami dunia adalah sebagai berikut:
- Komunikasi: Teknologi seperti Skype dan e-mail memungkinkan siswa untuk berkomunikasi secara online dengan orang seluruh dunia. Hal ini membuka peluang untuk menjalin hubungan dengan orang-orang dari budaya yang berbeda dan dapat membantu meningkatkan wawasan siswa tentang cara berpikir dan bekerja di negara lain.
- Platform pembelajaran online: Ada banyak platform pembelajaran online yang tersedia, misalnya seperti Edmodo, Moodle, dan Google Classroom. Platform-platform ini dapat membantu siswa belajar melalui kursus online yang tersedia dari mana saja di dunia dan belajar melalui diskusi dan tugas yang terstruktur.
- Penggunaan media sosial: Media sosial dapat membantu siswa membangun jaringan dan koneksi dengan orang-orang di seluruh dunia. Melalui media sosial, siswa dapat berhubungan dengan peneliti atau ahli dalam bidang tertentu untuk memperdalam pemahaman mereka tentang proyek PBL yang sedang dilakukan.
Tabel Perbandingan PBL dan Problem Solving
PBL dan problem solving adalah metode pembelajaran yang mirip, namun ada perbedaan utama antara keduanya. Berikut adalah tabel perbandingan di antara keduanya:
PBL | Problem Solving |
---|---|
Lebih terstruktur dan terorganisir dengan tujuan pembelajaran yang jelas. | Tidak terstruktur dan lebih fokus pada memecahkan masalah. |
Siswa diajak untuk menyelesaikan masalah di dunia nyata. | Siswa diajak untuk menyelesaikan masalah yang abstrak atau teoretis. |
Lebih fokus pada proses pembelajaran dan pembangunan keterampilan “soft-skill” seperti kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, berkolaborasi, dan komunikasi. | Lebih fokus pada hasil yang dapat diukur seperti solusi atau jawaban yang ditemukan. |
PBL versus Metode Konvensional
Problem Based Learning (PBL) dan problem solving merupakan dua metode pembelajaran yang sering digunakan di dalam pendidikan. Dalam hal ini, PBL dan problem solving memiliki beberapa perbedaan yang signifikan.
- PBL mengajarkan para siswa untuk belajar dari pengalaman dan mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi. Sedangkan metode konvensional lebih cenderung pada pemberian materi secara teoritis dan memberikan tes atau tugas yang berkaitan langsung dengan materi tersebut.
- PBL lebih menekankan pada kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan berkolaborasi dari para siswa. Sedangkan metode konvensional lebih fokus pada penguasaan materi dan keterampilan berhitung.
- Para siswa pada PBL harus belajar bagaimana menyelesaikan masalah, sedangkan pada metode konvensional lebih banyak mengerjakan soal yang serupa.
Secara keseluruhan, perbedaan paling signifikan antara PBL dan metode konvensional terletak pada pendekatan pembelajaran yang digunakan. PBL lebih menekankan pada pengalaman dan penerapan nyata dalam menyelesaikan masalah, sedangkan metode konvensional lebih menekankan pada penguasaan konsep dan keterampilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan metode PBL cenderung memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik dan kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi daripada mereka yang belajar dengan metode konvensional. Namun, pada saat yang sama, PBL juga memiliki kelemahan, seperti memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas dan memerlukan upaya lebih besar dari para siswa untuk mencari solusi terhadap masalah yang diberikan.
PBL | Metode Konvensional |
---|---|
Belajar dari pengalaman | Pemberian materi secara teoritis |
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan berkolaborasi | Lebih fokus pada penguasaan materi dan keterampilan berhitung |
Menyelesaikan masalah | Mengerjakan soal yang serupa |
Jadi, PBL dan metode konvensional memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, ketika dipilih dengan tepat dan disesuaikan dengan karakteristik siswa, kedua metode ini dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menghadapi permasalahan dan memperkuat pemahaman konsep yang diperoleh.
Sampai Jumpa Lagi, Teman-Teman!
Itulah perbedaan antara PBL dan problem solving, teman-teman. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat bagi kalian yang sedang belajar, terutama dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai selesai. Jangan lupa untuk selalu kunjungi website kami untuk mendapatkan informasi menarik dan bermanfaat lainnya. Sampai jumpa lagi!
Perbedaan PBL dan PJBL: Apa yang Harus Anda Ketahui? Apa Itu Strategi Pembelajaran dan Bagaimana Cara Memilih yang Tepat? Perbedaan RME dan PMRI: Apa yang Perlu Anda Ketahui? Perbedaan CTL dan PBL: Metode Pembelajaran yang Berbeda Namun Efektif
- Proses Rekrutmen
- CV & Portofolio
- Tips Interview
- Skill & Upskilling
- Tools & Penunjang Kerja
- Tips Tempat Kerja
- Ketenagakerjaan
- Tren & Info Industri
- Mengatur Keuangan
- Karyawan Baru
- Eksplorasi Karier
- Profil Profesi
- Perkembangan Karier
- Panduan Akademis
- Info & Tips Beasiswa
- Kegiatan & Organisasi Kampus
- Seputar Kuliah
- Artikel Expert
- Dari Glints
- Lowongan Kerja
- Kehidupan Profesional
- Skills Profesional
Berpikir Kritis: Arti, Manfaat, Cara Meningkatkan dan Contohnya
Isi Artikel
Berpikir kritis atau critical thinking adalah salah satu soft skill yang wajib dimiliki para pencari kerja. Memiliki kemampuan ini membuatmu selangkah lebih dekat untuk menjadi aset perusahaan.
Maka dari itu, penting bagimu untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Lalu, apa itu skill berpikir kritis dan mengapa kemampuan ini sangat penting di dunia kerja?
Bagaimana cara berpikir kritis dan apa saja yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan kemampuan ini?
Glints sudah menyiapkan serangkaian cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan manfaatnya bagi karier. Yuk, simak lebih lanjut!
Arti Berpikir Kritis
Dilansir dari Monash University , berpikir kritis atau critical thinking adalah kemampuan untuk mempertanyakan setiap aspek penting dalam suatu permasalahan.
Ketika mempraktikkan kemampuan ini, kamu dituntut untuk menganalisis sebuah topik atau permasalahan secara objektif.
Dengan begitu, hasil yang didapatkan tidak akan bias dan benar-benar berdasarkan fakta yang ada.
Tidak hanya itu, kemampuan berpikir kritis juga membuatmu dapat memilah informasi yang penting atau tidak untuk memecahkan masalah.
Berpikir kritis juga membantumu dalam membuat keputusan penting dalam berbagai aspek, mulai dari kehidupan, pekerjaan, hingga karier.
Lalu, seperti apa contoh kasus ketika critical thinking dibutuhkan? Berikut adalah beberapa contohnya.
- Pelamar kerja yang akan menghadiri interview harus memakai critical thinking untuk menjelaskan bagaimana skill serta pengalamannya relevan dengan pekerjaan yang dilamar.
- Supervisor customer service harus menggunakan kemampuan berpikir kritis ketika menganalisis feedback konsumen. Hal ini supaya informasi yang didapat bisa digunakan untuk mengembangkan pelatihan customer service bagi anggota timnya.
- Seorang pengacara menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis bukti dan merancang strategi supaya bisa memenangkan kasus atau menyelesaikannya di pengadilan.
Manfaat Kemampuan Berpikir Kritis
Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa critical thinking adalah kemampuan yang penting untuk kesuksesan karier.
Namun, masih ada beberapa manfaat yang bisa kamu dapatkan dengan menguasai kemampuan berpikir kritis, apa saja itu?
Berikut adalah manfaat yang bisa kamu dapat dengan memiliki kemampuan berpikir kritis.
1. Mudah menyelesaikan masalah
Dengan melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kamu dapat menemukan apa saja kesalahan yang mungkin terlewat oleh anggota tim lain atau bahkan atasan.
Tak hanya menemukan apa saja permasalahannya yang dihadapi saat itu, manfaat lain dari berpikir kritis adalah membantumu mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Dalam kata lain, critical thinking dapat meningkatkan kemampuan problem solving yang juga sangat penting di dalam dunia kerja.
2. Mengetahui kemampuan diri
Berpikir kritis juga dapat membuatmu lebih mengetahui kemampuan diri sendiri.
Ketika menganalisis sebuah permasalahan secara kritis, kamu akan menemukan informasi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Hal ini akan membuatmu lebih paham akan kemampuan diri, mengetahui apa saja yang tidak diketahui, dan mencari cara untuk memperbaikinya.
3. Menjadi lebih open-minded
Ketika menerima informasi baru atau mencari solusi atas masalah yang ada, kamu harus tetap objektif dan tidak bias dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Hal ini berkaitan dengan manfaat di poin sebelumnya.
Jika sudah mengetahui kemampuan diri dan tetap objektif dalam melihat sesuatu, akan lebih mudah bagimu untuk menerima informasi baru.
Dengan begitu, kamu dapat menjadi lebih open-minded dalam menerima informasi baru atau argumen yang disampaikan oleh orang lain.
4. Dapat berkomunikasi dengan baik
Manfaat lain dari berpikir kritis adalah meningkatkan kemampuan komunikasi. Lebih spesifiknya, kemampuan mengomunikasikan sebuah ide secara sistematis dan informatif.
Dilansir dari The Balance Careers , berpikir kritis mendorongmu untuk mempelajari informasi baru, memahami maksudnya, dan menjelaskan ide tersebut ke orang lain secara mudah.
Serangkaian proses tersebut akan sangat membantu ketika kamu sedang melakukan presentasi atau menyampaikan ide.
Kamu dapat menyampaikan ide dengan baik, dan juga siap dengan jawaban untuk pertanyaan yang mungkin akan diberikan terkait topik yang dipresentasikan.
5. Membuka kesempatan bekerja sama
Membuka kesempatan bekerja sama adalah manfaat lain dari berpikir kritis. Pasalnya, orang yang berpikir kritis akan memperhatikan detil dan relevansi antara hal satu dengan yang lainnya.
Hal itu menyebabkan para pemikir kritis akan berhubungan dengan banyak orang di kantornya.
Pasalnya, ada banyak pihak dengan tanggung jawab berbeda-beda yang dapat membantu mereka menyelesaikan pekerjaannya.
Dengan begitu, kemampuan berpikir kritis mengantarkanmu ke level kerja sama yang dewasa, tidak lagi berdasarkan rasa suka atau tidak suka.
6. Menghasilkan pekerjaan berkualitas
Manfaat lain dari berpikir kritis adalah membantumu menghasilkan pekerjaan yang berkualitas.
Hal ini karena seorang pemikir kritis akan selalu memeriksa dan memastikan kembali hasil akhir pekerjaannya sebelum diberikan ke orang lain.
Sebagai contoh, kamu diminta atasan untuk mengerjakan suatu laporan.
Setelah menyelesaikannya, kamu yang selalu berpikir kritis akan selalu mengecek kembali apakah kualitas laporan tersebut sudah layak diberikan ke atasan atau tidak.
7. Membantu menyelesaikan konflik
Kemampuan berpikir kritis juga memungkinkanmu untuk menyelesaikan konflik, terlebih ketika di tempat kerja.
Dengan critical thinking , kamu dapat mendengarkan informasi dari pihak yang berkonflik tanpa bersikap bias.
Dari informasi tersebut, kamu bisa mencari penyelesaian terhadap konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
8. Menambah kemungkinan promosi
Manfaat berpikir kritis lainnya adalah menambah kemungkinanmu mendapatkan promosi.
Soalnya, semakin kritis pikiranmu, semakin banyak pula solusi yang bisa kamu tawarkan untuk satu masalah. Kamu pun akan banyak menghasilkan inovasi untuk perusahaan.
Hal ini otomatis membuatmu memiliki kontribusi besar untuk kesuksesan perusahan. Tentunya, perusahaan pun akan memberikanmu penghargaan berupa promosi di waktu yang dekat.
Baca Juga: Tertarik Kerja di Industri Kreatif? Ini Skill yang Perlu Kamu Kuasai
Cara Berpikir Kritis
Setelah mengetahui manfaat dari kemampuan ini, tentu kamu juga perlu tahu cara untuk berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari.
Perlu diingat bahwa proses berpikir kritis setiap orang akan berbeda-beda tergantung individu.
Meski begitu, terdapat beberapa cara umum yang bisa kamu lakukan untuk berpikir kritis, apa saja itu?
Simak paparan cara berikut yang Glints kutip dari Future Learn .
- Kenali masalah apa yang dihadapi dan cari tahu penyebab terjadinya.
- Setelah itu, dengarkan argumen yang disampaikan setiap orang saat berdiskusi sambil mempertimbangkan siapa yang menyampaikannya dan seberapa valid opininya
- Lalu, pisahkan opini dan fakta dari setiap argumen yang didengar dengan menilai kebenarannya berdasarkan bukti atau data yang disampaikan.
- Jangan lupa untuk menantang prasangka yang dimiliki dengan bertanya pada diri sendiri apakah kamu sedang membuat asumsi atau tidak.
- Kemudian, buat keputusan berdasarkan argumen mana yang memiliki informasi paling penting, sesuai fakta, dan masuk akal saat berdiskusi dengan orang lain.
- Lalu, tarik kesimpulan atau solusi terhadap suatu masalah setelah menimbang kelebihan dan kekurangan dari setiap argumen atau opsi yang dimiliki.
Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
© Pexels.com
Setelah tahu apa saja manfaatnya, pasti kamu ingin mengetahui cara meningkatkan critical thinking , kan?
Berikut adalah serangkaian cara yang bisa kamu ikuti untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis:
1. Banyak bertanya
Rasa ingin tahu merupakan salah satu kunci dan cara utama untuk melatih kemampuan berpikir kritis.
Hal ini bisa dipraktikkan melalui dua cara, yaitu bertanya kepada diri sendiri dan juga orang lain.
Coba berlatih menggunakan prinsip 5W1H ( what, why, where, when, who, dan how ) ketika dihadapkan dengan informasi baru atau suatu permasalahan.
Pertama-tama, kamu bisa mencari tahu sendiri jawaban atas enam pertanyaan mendasar tersebut.
Jika jawaban yang didapatkan kurang memuaskan, baru kamu bisa bertanya ke rekan kerja dan atasan.
2. Mendengarkan secara aktif
Maksud dari poin ini adalah benar-benar mendengarkan ketika orang lain sedang berbicara atau menyampaikan sebuah ide.
Dilansir dari Indeed , mendengarkan secara aktif ketika orang lain sedang berbicara dapat membuat kamu lebih mudah memahami perspektif mereka.
Dengan benar-benar mendengarkan, kamu juga bisa memberi respon yang sesuai dengan situasi dan topik yang sedang dibahas.
Hal ini dapat membantumu meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis dan juga menciptakan atmosfer perbincangan yang produktif bagi semua pihak.
3. Mempertimbangkan segala kemungkinan
Cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis lainnya adalah dengan mempertimbangkan segala kemungkinan yang dapat terjadi.
Hal ini dapat dilakukan ketika kamu ingin mengambil keputusan atau melakukan sesuatu.
Saat ingin melakukan apa pun yang mungkin dapat memengaruhi orang lain, coba pertimbangkan hasilnya, baik itu positif maupun negatif.
Contoh pertimbangannya adalah “ Apakah hal tersebut akan mengubah sesuatu? Jika iya, apakah perubahan tersebut positif atau negatif? Siapa saja yang akan terpengaruh oleh perubahan ini? ”.
Setelah mengetahui jawaban atas serangkaian pertanyaan tersebut, maka kamu dapat mempertimbangkan cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi berbagai macam situasi.
Contoh Kemampuan Berpikir Kritis
1. berpikir secara analitikal.
Indeed menjelaskan bahwa salah satu aspek dari cara berpikir kritis adalah bisa menganalisis suatu informasi dengan baik.
Hal ini termasuk mengumpulkan informasi, data, menginterpretasi, dan mengevaluasinya.
Dalam penerapannya di dunia kerja, kemampuan ini akan membantu dalam memisahkan informasi yang mungkin berguna dalam situasi tertentu saja.
Misalnya, sebagai sales manager kamu harus bisa mengetahui tren dan memilih informasi serta data yang berguna untuk kemudian dianalisis menjadi pertimbangan promosi penjualan.
2. Problem solving
Problem solving juga merupakan bagian dan contoh dari berpikir kritis. Dalam penyelesaian masalah, perlu dilakukan analisis sekaligus pemberian solusi yang efektif.
Contohnya, ketika mendapat keluhan terkait melambatnya kinerja customer service , kamu bisa mengubah jadwal dan shift agar customer service bergantian dan tidak overworking.
3. Berpikiran terbuka
Pengalaman menjadi salah satu hal yang memengaruhi kamu dalam bersikap dan menyelesaikan masalah atau situasi.
Makanya, dengan mempertimbangkan sudut pandang orang lain, dirimu, hingga pengalaman, kamu bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam proses pengambilan keputusan.
Hal ini bisa dilihat dari keterbukaan dalam menerima pendapat, opini, juga kritik dan saran saat meeting .
4. Manajemen waktu
Merencanakan bagaimana kamu akan mengelola waktu adalah salah satu bagian dari berpikir kritis.
Saat kamu memiliki kontrol dalam manajemen waktu, kamu bisa mengevaluasi dan belajar cara agar kamu bisa memaksimalkan waktu.
Contohnya, saat mengurus administrasi proyek yang memakan waktu lama.
Maka, lebih baik, kamu mengerjakan tugas-tugas kecil yang tidak memakan waktu terlebih dahulu agar tetap produktif.
5. Komunikasi yang baik
Komunikasi adalah bagian krusial dari proses berpikir kritis. Berdiskusi, berbagi ide dan informasi kepada orang lain akan menunjukkan sisi berpikir kritismu.
Contohnya, saat membuat proposal, komunikasi dengan rekan satu tim akan membantumu dalam mengambil keputusan yang lebih baik.
Itu adalah paparan singkat tentang apa itu berpikir kritis atau critical thinking serta serangkaian manfaat dan cara meningkatkan kemampuan ini yang bisa kamu lakukan.
Dengan melatih soft skill ini, kamu dapat lebih mudah mengambil keputusan apa pun secara objektif dan juga menyelesaikan pekerjaan secara optimal.
Banyak perusahaan yang mensyaratkan kemampuan ini untuk karyawan mereka. Kalau punya keahlian ini, ada banyak lowongan yang bisa kamu lamar.
Tak perlu jauh mencari, kamu bisa mencari lowongan dan lamar yang cocok denganmu di Glints.
Tunggu apa lagi? Yuk, cari lowongannya di sini sekarang!
- Critical thinking
- Critical Thinking Definition, Skills, and Examples
- 6 Ways to Improve Critical Thinking at Work
- 6 Main Types of Critical Thinking Skills (With Examples)
- How to think critically – a guide to creative and critical thinking
Seberapa bermanfaat artikel ini?
Klik salah satu bintang untuk menilai.
Nilai rata-rata 4.1 / 5. Jumlah vote: 46
Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.
We are sorry that this post was not useful for you!
Let us improve this post!
Tell us how we can improve this post?
Comments are closed.
Artikel Terkait
Unduh App Glints
Dapetin update secara langsung
Jangan sampai terlewat update loker baru.
Jangan sampai terlewat chat baru dari HRD.
Scan kode QR atau unduh Aplikasi Glints dari
Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. silakan coba lagi., kategori topik.
- Pencarian Kerja
- Perencanaan Karier
- Kehidupan Mahasiswa
- Konten Eksklusif
- Kabar Glints
Media Sosial
Cari kerja berdasarkan.
- Nama Perusahaan
- Paling Banyak Dicari
TAMBAH ILMU & SKILL
seni belajar untuk hidup
Apa itu Computational Thinking? – Penjelasan & Contoh
Daftar Isi ⇅ show
Definisi computational thinking.
Computational thinking adalah cara berpikir untuk menyelesaikan masalah (problem solving) dengan cara menguraikannya menjadi beberapa tahapan yang efektif, efisien, dan menyeluruh, meliputi: decomposition, pattern recognition, abstraction, algorithms yang merupakan beberapa konsep dasar ilmu komputer.
Pemikiran komputasi dianggap diinisiasi oleh artikel jurnal Wing pada tahun 2006. Namun, sebetulnya subjek serupa telah dirujuk oleh Papert (1996) dengan nama “pemikiran prosuderal”.
Wing (2006, hlm. 33) berpendapat bahwa computational thinking melibatkan pemecahan masalah, perancangan sistem, memahami perilaku manusia dengan berkaca pada konsep-konsep dasar ilmu komputer.
Apa saja tahapannya? seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemikiran komputasi melibatkan 4 tahap utama, yakni:
- Decomposition , merupakan pembagian masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau sederhana.
- Pattern recognition , yakni mencari atau mengenali kesamaan pola dalam maupun antar masalah yang ingin dipecahkan.
- Abstraction , melihat permasalahan secara mendasar sehingga dapat melihat jangkauan luas yang lebih penting dan mengabaikan detil kecil yang sebetulnya kurang relevan.
- Algorithm , mengembangkan sistem, sekuen, atau langkah-langkah solusi yang dapat diterapkan secara menyeluruh terhadap pola yang sama sehingga lebih efektif dan efisien.
Dapat dikatakan pula bahwa apa itu computational thinking atau pemikiran komputasi merupakan metode untuk menyelesaikan masalah melalui tahapan-tahapan berpikir dalam merancang pengembangan sistem atau aplikasi komputer.
Ya, karena pada awalnya, pemikiran ini adalah pemikiran yang digunakan untuk memecahkan permasalahan ilmu komputer.
Biasanya, pengembangan aplikasi dimulai dengan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem akan menimbulkan banyak permasalahan antara keinginan pengguna (yang membutuhkan aplikasi) dengan Programmer atau sistem komputer yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi tersebut.
Meskipun begitu, pemikiran komputasi dapat diimplementasikan terhadap permasalahan lain di luar ilmu komputer pula. Hal ini dapat terlihat dari definisi berbeda dari salah satu pemikir utama computational thinking, yakni Jeannette M. Wing.
Pada tahun 2011, Wing mengubah definisi pemikiran komputasi menjadi: Computational thinking adalah proses berpikir yang merumuskan masalah dan solusinya, sehingga solusi tersebut direpresentasikan dalam bentuk yang dapat dilakukan secara efektif oleh agen pengolah informasi (Wing, 2011).
Contoh Computational Thinking
Apakah cara berpikir computational thinking bekerja? Sebagai seseorang yang telah bergelut dengan sistem informasi dan aplikasi, ya, pemikiran komputasi sangat efektif untuk digunakan, setidaknya dalam kacamata informatika.
Sepanjang karir saya sebagai developer (programmer) terdapat masa ketika saya tidak menyadari bahwa saya sedang menggunakan metode computational thinking. Bagaimana pemikiran komputasi bekerja dalam dunia ilmu komputer akan saya gambarkan dalam beberapa baris penjelasan di bawah ini.
Computational Thinking dalam Pengembangan Aplikasi
Kebutuhan aplikasi akan banyak menimbulkan masalah yang harus dipecahkan agar aplikasi tersebut dapat bekerja dan digunakan. Salah satu contohnya adalah bagaimana input dari user harus diverifikasi validitasnya. Misalnya, suatu form isian wajib di isi, jika tidak aplikasi tidak dapat memprosesnya.
Bagaimana cara mengecek suatu form telah diisi oleh user atau tidak? Tentunya dengan mengecek satu-persatu form wajib yang harus di isi. Katakanlah, kita memberikan perintah ini pada sistem:
Jika form nama tidak diisi, Maka: “beri peringatan dan hentikan proses pendaftaran aplikasi”.
Jika form nama diisi, Maka: “lanjutkan proses pendaftaran aplikasi”.
Sehingga, jika form nama tidak diisi maka aplikasi akan menghentikan proses pendaftaran, sebaliknya jika form nama diisi, maka proses pendaftaran aplikasi akan dilanjutkan.
Tampaknya masalah tersebut sudah diselesaikan bukan? Salah. Karena banyak form lain yang wajib untuk di isi pula (bisa belasan bahkan puluhan). Tentunya, bisa saja kita membuat “ Jika” yang lainnya untuk semua form. Namun di sana terdapat celah untuk melakukan salah satu aspek pertimbangan computational thinking, yakni: pengenalan pola yang sama ( pattern recognition ).
Daripada menduplikasi kedua perintah di atas satu persatu untuk semua form yang ada, lebih baik kita membuat algoritma yang dapat dipakai berulang-ulang untuk semua form. Maka, dengan computational thinking, kita akan membuat semacam:
$yang_divalidasi = $nama, $alamat, $nomor_telepon, dsb;
Algoritma Validasi Form yang Kosong ( $yang_divalidasi ) {
Jika $yang_divalidasi tidak diisi, Maka: “beri peringatan dan hentikan proses pendaftaran aplikasi”.
Jika $yang_divalidasi diisi, Maka: lanjutkan proses pendaftaran aplikasi”.
Selanjutnya kita tinggal memerintah Algoritma Validasi Form yang Kosong untuk menyelesaikan permasalahan pada seluruh form yang tidak boleh kosong, misalnya:
Algoritma Validasi Form yang Kosong ( $yang_divalidasi );
Jauh lebih efektif bukan? Permasalahan benar-benar diselesaikan secara mendasar dan menyeluruh. Kita tidak harus membuat perintah berulang-ulang hingg puluhan baris untuk setiap masalah serupa yang akan kita hadapi.
Computational Thinking dalam Kehidupan Sehari-hari
Lalu seperti apa implementasinya dalam hal lain di luar ilmu komputer? Sesungguhnya, computational thinking telah banyak diterapkan dalam berbagai hal. Contoh mudahnya adalah bagaimana sistem antrean menyelesaikan permasalahan keadilan dan keefisienan dalam menunggu giliran.
Berbagai sistem manual seperti hukum, syarat dan ketentuan, SOP (standar operasional) dalam melaksanakan suatu pekerjaan merupakan salah satu bentuk nyata dari pemikiran komputasi.
Bedanya, jika sistem tersebut dibuat berlandaskan pemikiran komputasi, maka peraturan yang ada akan jauh menjadi lebih dinamis dan sesuai dengan kebutuhannya.
Misalnya, tanpa computational thinking pemerintah Amerika mengalami penambahan narapidana pemakai obat-obatan terlarang. Bahkan, penjara mereka yang tentunya cukup luas dengan daya tampung besar sudah tidak dapat menampungnya lagi.
Hal tersebut karena sistem hukum yang berlaku terlalu kaku, semua pengguna narkoba dianggap kriminal. Padahal, sebagian dari mereka tak lain sekedar korban yang bukan membutuhkan penjara, namun justru membutuhkan rehabilitasi. Computational thinking akan menerapkan alogirtma yang sesuai terhadap masing-masing profil pelanggar hukum.
Bandar dihukum berat (termasuk penjara), pengguna yang mengajak orang lain diberikan sanksi sosial hingga penjara, sementara korban pengguna yang “terbawa” cukup direhabilitasi saja. Terdapat sekuen yang berulang-ulang untuk memastikan setiap permasalahan ditangani oleh hal yang benar-benar akurat dan relevan yang merupakan salah satu bagian dari pemikiran komputasi: algorithm .
Tampaknya computational thinking sudah ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga sudah kita ketahui tanpa adanya literasi ini. Lalu apa bedanya computational thinking dari pemikiran lain? Ini adalah salah satu hal yang banyak dipertanyakan oleh para ahli.
Kelemahan Computational Thinking
Beberapa ahli berpendapat bahwa computational thinking tidak memiliki pemikiran unik yang dapat membantu problem solving. Intinya, berbagai pendekatan dan metode lain telah memilikinya. Pengembangan sistem untuk menyelesaikan suatu repetisi telah dilakukan dari zaman dahulu.
Setidaknya, jika kita berkaca pada sejarah revolusi industri manusia, hal ini telah dilakukan bahkan dalam tahap revolusi industri awal. Bukankah inti yang dilakukan dalam computational thinking adalah: analisis, perancangan sistem, dan evaluasi?
Padahal, jika kita melihat kurikulum 13, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik . Semua hal yang ada dalam computational thinking terdapat dalam pendekatan itu pula. Bahkan, pendekatan saintifik memiliki tools-tools yang jauh lebih luas lagi cakupannya jika dibandingkan dengan computational thinking.
Bisa dikatakan pula bahwa sebetulnya computational thinking tidak lebih dari sekedar turunan atau cabang pemikiran yang dihasilkan dari pendekatan saintifik pula. Jangan lupa bahwa teknologi adalah pengaplikasian sains.
Namun bukan berarti computational thinking tidak berguna atau terlalu generik untuk diterapkan dalam kurikulum. Terkadang, jika kita tidak mengerucutkan suatu hal, bisa jadi dampak yang kita inginkan tidak maksimal.
Pendekatan saintifik mungkin terdengar jauh lebih kuat. Namun dalam implementasinya, bisa jadi siswa Indonesia belum membutuhkannya. Bisa jadi pendekatan saintifik jauh lebih efektif jika hanya diaplikasikan oleh perguruan tinggi yang berorientasi membentuk ilmuwan atau cendekia.
Sementara salah satu visi dari Mendikbud Nadiem Makarim sepertinya adalah memajukan SDM dan vokasi Indonesia. Dalam hal ini, computational thinking sangatlah menjanjikan. Apalagi jika kita menerapkan efisiensinya dalam problem solving.
Problem Solving
Computational thinking dapat diterapkan dalam banyak pemecahan masalah. Tahapnya yang efisien dan efektif dapat melatih siswa untuk bekerja secara sistematis dan menyeluruh. Problem solving bukanlah hal baru yang selalu digaungkan dalam dunia pendidikan.
Biasanya, guru akan memberikan masalah dan meminta siswa untuk memecahkannya dengan cara masing-masing. Namun tidak semua siswa mampu memulainya sendiri. Computational thinking dapat menjadi acuan dasar umum yang dapat digunakan dalam mata pelajaran, bidang, atau permasalahan apa pun.
Sebagai catatan akhir, mengapa problem solving menjadi salah satu kemampuan wajib di abad 21 ini? Kata kuncinya adalah kecepatan. Hari ini semua bidang menuntut suatu hal untuk dilakukan atau diproduksi dengan lebih cepat. Jika tidak, kita tidak akan mampu bersaing dengan perkembangan zaman yang memang menjadi jauh lebih cepat pula karena revolusi industri 4.0 .
Namun, kecepatan tersebut memberikan dampak negatif pula. Apa? Yakni munculnya banyak masalah. Kulkas yang diproduksi zaman dulu jauh lebih awet dan tidak memberikan terlalu banyak masalah bukan? Berbeda dengan kulkas baru yang bisa jadi tiba-tiba rusak dalam 1-2 tahun saja.
Hal tersebut terjadi karena pengerjaannya tidak menggunakan timeline waterfall yang akan secara perlahan meriset, merancang, dan mengetesnya secara menyeluruh terlebih dahulu sebelum diproduksi massal.
Hari ini kebanyakan produsen kulkas melakukan timeline SCRUM yang melakukan segalanya dengan lebih cepat karena semua proses dilakukan secara bersamaan. Hasilnya? Produksi jauh lebih cepat, namun permasalahan yang datang juga semakin banyak.
Fenomena tersebut tidak hanya terjadi dalam industri kulkas saja. Bahkan industri militer yang memproduksi pesawat tempur saja mengalami hal yang sama. Inilah mengapa problem solving menjadi kemampuan yang sangat penting untuk melakukan negasi terhadap dampak negatif dari percepatan industri.
- Cansu, Fatih & Cansu, Sibel. (2019). An Overview of Computational Thinking. International Journal of Computer Science Education in Schools . 3. 3. 10.21585/ijcses.v3i1.53.
- Wing, J. M. (2006). Computational thinking. Communications of the ACM , 49(3), 33-35.
- Wing, J.M. (2011), Research Notebook: Computational thinking -what and why? The Link Magazine, 20-23. Tersedia Online https://www.cs.cmu.edu/link/research-notebook-computational-thinking-what-and-why
Artikel Terkait
Join the conversation.
Assalamualaikum warahmatullahi wb
Walaikumsalam.. wr..wb..
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.
Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.
Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.
Leave a comment
- Mode Terang
- Gabung Kompas.com+
- Konten yang disimpan
- Konten yang disukai
- Berikan Masukanmu
- Megapolitan
- Surat Pembaca
- Kilas Daerah
- Kilas Korporasi
- Kilas Kementerian
- Sorot Politik
- Kilas Badan Negara
- Kelana Indonesia
- Kalbe Health Corner
- Kilas Parlemen
- Konsultasi Hukum
- Infrastructure
- Apps & OS
- Tech Innovation
- Kilas Internet
- EV Leadership
- Elektrifikasi
- Timnas Indonesia
- Liga Indonesia
- Liga Italia
- Liga Champions
- Liga Inggris
- Liga Spanyol
- Internasional
- Relationship
- Beauty & Grooming
- Sadar Stunting
- Smartpreneur
- Kilas Badan
- Kilas Transportasi
- Kilas Fintech
- Kilas Perbankan
- Tanya Pajak
- Kilas Investasi
- Sorot Properti
- Tips Kuliner
- Tempat Makan
- Panduan Kuliner Yogyakarta
- Beranda UMKM
- Jagoan Lokal
- Perguruan Tinggi
- Pendidikan Khusus
- Kilas Pendidikan
- Jalan Jalan
- Travel Tips
- Hotel Story
- Travel Update
- Nawa Cahaya
- Ohayo Jepang
- Kehidupan sehat dan sejahtera
- Air bersih dan sanitasi layak
- Pendidikan Berkualitas
- Energi Bersih dan Terjangkau
- Penanganan Perubahan Iklim
- Ekosistem Lautan
- Ekosistem Daratan
- Tanpa Kemiskinan
- Tanpa Kelaparan
- Kesetaraan Gender
- Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan ekonomi
- Industri, Inovasi & Infrastruktur
- Berkurangnya Kesenjangan
- Kota & Pemukiman yang Berkelanjutan
- Konsumsi & Produksi yang bertanggungjawab
4 Fondasi Berpikir Komputasional dan Contoh-contohnya
Kompas.com tekno internet, soffya ranti.
KOMPAS.com - Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai persoalan, baik yang sederhana maupun rumit. Semua masalah tersebut tentunya memerlukan solusi yang tepat.
Salah satu pendekatan yang efektif untuk menemukan solusi pada masalah kompleks, terutama yang terkait dengan teknologi dan perangkat komputer, adalah dengan menggunakan metode sistematis.
Metode ini menjadi pilihan yang andal dalam menyelesaikan beragam permasalahan menjadi lebih mudah. Terutama dalam konteks dunia teknologi, pendekatan ini dikenal sebagai " berpikir komputasional " (computational thinking).
Berpikir komputasional erat kaitannya dengan teknologi karena merupakan pendekatan mental atau pemikiran sistematis yang secara khusus digunakan untuk merumuskan dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan komputasi dan teknologi.
Sistem ini melibatkan serangkaian keterampilan dan proses berpikir yang serupa dengan cara kerja komputer, yang memungkinkan manusia untuk menghadapi masalah dengan lebih efisien dan efektif.
Nah, apa sebenarnya penjelasan lebih dalam mengenai berpikir komputasional, apa fondasi dan contoh-contohnya?? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.
Baca juga: Pengertian Perangkat Keras Komputer, Lengkap dengan Jenis, Contoh, dan Fungsinya
Pengertian berpikir komputasional
Dilansir dari buku Informatika yang ditulis oleh Henry Pandia, konsep berpikir komputasional merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kompleks.
Pendekatan ini mengandalkan metode pemecahan masalah dengan cara membagi masalah tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana, kemudian mencari solusi untuk masing-masing bagian tersebut.
Konsep berpikir komputasional juga berfokus pada kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, memahami esensi masalah, dan mengembangkan metode untuk menciptakan solusi yang inovatif.
Meskipun awalnya dikembangkan dengan tujuan untuk membantu menyelesaikan masalah dengan bantuan komputer, konsep ini ternyata juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir komputasional ada empat fondasi utama yang membantu dalam menangani masalah-masalah kompleks. Keempat fondasi tersebut adalah:
Dekomposisi : proses memecah masalah besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih terkelola.
Pengenalan pola : fondasi ini melibatkan kemampuan untuk mengenali pola dan karakteristik dari masalah atau situasi tertentu.
Abstraks : kemampuan untuk menyederhanakan masalah dengan mengabaikan detail yang tidak relevan.
Berpikir algoritme: melibatkan kemampuan untuk merancang langkah-langkah berurutan yang membentuk suatu algoritma untuk menyelesaikan masalah secara efisien dan efektif.
Keempat pilar ini berperan penting…
Tag algoritma dekomposisi berpikir komputasional abstraksi pengenalan pola.
Hal yang Diperlukan agar Perangkat Keras Komputer Dapat Berfungsi, Catat
Pengertian Perangkat Keras Komputer, Lengkap dengan Jenis, Contoh, dan Fungsinya
Cara Menghidupkan dan Mematikan Komputer dengan Benar, Perhatikan
9 Cara Screenshot di Komputer dengan Mudah, Lengkap untuk Windows dan Mac
Terkini Lainnya
Siuuu! Cristiano Ronaldo Cetak Rekor Baru, Tercepat di YouTube
HP Motorola Moto G45 5G Meluncur dengan Chipset Snapdragon 6s Gen 3
Saham Nvidia Naik 30 Persen dalam Dua Minggu
Avatar AI Buatan Samsung Galaxy Z Flip 6 Bisa Dimanfaatkan Industri Kreatif
Smartphone Oppo F27 5G Meluncur, "Kembaran" Oppo Reno 12F 5G
Ini Pemenang iPhone Photography Award 2024, Difoto dengan iPhone Lawas hingga Terbaru
Harga Terbaru Vivo Y03 dan Spesifikasinya, Cuma Rp 1 Jutaan
5 Tips agar Google Bisnis Terhindar dari Scam atau Penipuan
"Genshin Impact" Dipastikan Hadir di Xbox Series X dan S, Catat Tanggalnya
Kenapa Tidak Bisa Menambahkan Anggota Grup WhatsApp Lagi?
OpenAI Rilis Fitur Fine-Tuning untuk GPT-4o, Bebas Diatur dan Makin Akurat
Prosesor AMD Ryzen 9000 Series Resmi Masuk Indonesia, Ini Harganya
Hands-on Samsung Galaxy Watch 7, Smartwatch 4 Jutaan Fitur Lengkap Bertenaga AI
Nvidia Perkenalkan GPU GeForce RTX 4070 Versi Baru, Pakai Memori GDDR6
2 Cara Hilangkan Iklan di HP Infinix Mudah dan Cepat
3 cara menolak otomatis panggilan nomor tidak dikenal dengan mudah dan praktis, cara memblokir pengguna wifi agar internetan lancar dengan mudah dan cepat, ramai soal "challenge chatgpt roast my instagram feed”, ini cara buat dan contoh prompt, angga raka prabowo resmi dilantik jadi wakil menteri kominfo baru, smartwatch wearos bisa akses google maps tanpa internet, now trending.
Dalam 6 Jam, Gunung Merapi Keluarkan 2 Kali Awan Panas
Putusan MK Dianulir DPR, Iluni FH UI: Pembegalan Demokrasi
PAN dan Gerindra Sowan ke Markas PDI-P, Bahas Kemungkinan Koalisi pada Pilkada Kota Bogor 2024
Soal Revisi UU Pilkada, Muhammadiyah: DPR Tak Seharusnya Berbeda dan Menyalahi Keputusan MK
Puluhan Senior KPU-Bawaslu Desak KPU Patuhi MK, dari Jimly hingga Imam Prasodjo
Ingatkan Eksponen 98, Mahfud: Hati-hati Pelihara Kekuasaan, Tunggangi Singa Liar Itu Mengerikan
MK Vs DPR, Jokowi Singgung "Tukang Kayu" dan Hormati Kedua Lembaga
Polisi Kerahkan 1.273 Personel untuk Kawal Unjuk Rasa di Depan MK dan Istana Merdeka
Mungkin anda melewatkan ini.
Keyboard Gaming Ini Mirip Konsol Nintendo Jadul
Hacker Makin Mudah Bikin Malware Menggunakan AI
Tak Asal Pilih, Ini Makna Warna Pastel di Samsung Galaxy Z Fold 5 dan Z Flip 5
Lenovo Siapkan "Legion Go", Konsol Pesaing ROG Ally dan Steam Deck
Mencoba Fitur Flex Mode di Samsung Galaxy Z Flip 5 yang Cocok untuk Multitasking
- Entertainment
- Pesona Indonesia
- Artikel Terpopuler
- Artikel Terkini
- Topik Pilihan
- Artikel Headline
- Harian KOMPAS
- Pasangiklan.com
- GridOto.com
- BolaSport.com
- Gramedia.com
- Gramedia Digital
- Kabar Palmerah
- Ketentuan Penggunaan
- Kebijakan Data Pribadi
- Pedoman Media Siber
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
- Beranda › Untuk Pekerja
Analytical Thinking: Definisi, Contoh dan 6 Cara Mengasahnya
- Habib Hidayat
- Agustus 28, 2022
Analytical thinking merupakan keterampilan berpikir yang kerap bersanding dengan critical thinking di dalam persyaratan lowongan kerja. Namun, apa pentingnya menguasai skill ini?
Perusahaan membutuhkan karyawan dengan kemampuan analitis yang baik untuk mengumpulkan data dan informasi, sebagai dasar pengambilan keputusan atau strategi.
Selain memberikan manfaat di dunia kerja, analitis skill juga bisa jadi nilai tambah di dalam CV lho. Baca artikel di bawah ini untuk tahu cara meningkatkannya.
Definisi analytical thinking
Analytical thinking adalah keterampilan berpikir yang mengacu pada kemampuan meneliti, mengumpulkan, dan evaluasi data untuk mendapatkan ide dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Berpikir analitis juga bisa disebut sebagai metode menganalisis masalah dengan tujuan menemukan solusi melalui pemecahan informasi yang kompleks.
Pengertian analytical thinking di dalam pdf University State of California menjelaskan bahwa keterampilan berpikir analitis yakni harus bisa mengidentifikasi masalah, mengekstrak inti dari data, dan mengembangkan solusi yang bisa diterapkan untuk masalah yang diidentifikasi, lalu menguji dan memverifikasi penyebab masalah.
Karyawan yang memiliki keterampilan ini lebih mudah beradaptasi dan merespon hambatan yang baru dengan cepat serta merupakan aset bagi perusahaan.
Menurut Matter , seseorang dengan pemikiran analitis mampu mendeteksi pola diantara sekumpulan data yang mengarah pada ide kreatif.
Banyak pendiri dan pemimpin perusahaan hingga investor andal yang menguasai keterampilan berpikir analitis. Oleh sebab itu, Anda pun tak boleh mengabaikannya.
Pentingnya analytical thinking skills
Menguasai analytical thinking skill memberikan banyak manfaat bagi perkembangan karier dan juga hubungan sosial ketika menghadapi tantangan maupun masalah.
Orang dengan analytical thinking skill mengamati situasi, menganalisis, menafsirkan informasi kemudian mengolah dan mengembangkannya menjadi solusi.
Hasilnya adalah permasalah dan tantangan lebih cepat diatasi lewat perencanaan strategis yang telah dianalisis
1. Menyelesaikan masalah dengan cepat
Teori analytical thinking telah banyak dijelaskan dalam jurnal-jurnal begitu pula manfaatnya. Salah satunya yaitu membantu seseorang menyelesaikan masalah dengan cepat.
Proses berpikir analitis yaitu mengamati, analisis, lalu kembangkan solusi. Melalui pengamatan di awal, seseorang lebih mudah menetapkan fokus masalah utama.
Anda tidak mudah terdistraksi pada masalah lain yang mungkin terjadi di waktu bersamaan. Kemampuan analitis membantu Anda menyelesaikan kendala lebih efisien. Baca juga artikel yang membahas tentang Cara Meningkatkan Kemampuan Problem Solving .
2. Meningkatkan percaya diri
Seringkali HR menanyakan pertanyaan rumit di sesi interview . Selain berpikir kritis, Anda juga perlu menguasai analitycal thinking untuk memberikan jawaban yang tepat.
Dengan kemampuan ini, Anda bisa saja dipertimbangkan untuk menempati posisi yang dilamar. Pasalnya, banyak perekrut yang menilai individu dengan analitycal thinking mampu menangani masalah terkait pekerjaannya dan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan.
3. Meningkatkan kredibilitas
Ketika Anda dihadapkan dengan masalah terkait proyek baru, Anda tidak bisa asal menyimpulkan dan percaya begitu saja pada data yang ada.
Perlu proses lebih dalam menggali apa yang sebenarnya terjadi, menganalisis penyebab, dan bagaimana solusi terbaiknya.
Perencanaan maupun pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan data analitis cenderung memberikan hasil yang baik. Sehingga berpengaruh juga pada kredibilitas Anda.
Keuntungan lain yaitu:
- mampu mengatasi tugas kompleks,
- mengelola informasi yang rumit,
- mengidentifikasi data untuk menemukan solusi kreatif,
- memikirkan solusi alternatif, dan
- mempertimbangkan pro dan kontra solusi alternatif tersebut.
Contoh analytical thinking
Bagi Anda yang belum memahami kemampuan berpikir analitis, nggak perlu khawatir. Di bawah ini terangkum contoh dan penjelasannya.
Analytical thinking contohnya adalah komunikasi, kreativitas, sesi brainstorming , analisis data, pemecahan masalah hingga memprediksi masa depan bisnis.
1. Brainstorming
Pemikiran analitis biasanya dikembangkan melalui sesi brainstorming . Untuk mendapatkan ide-ide, Anda perlu memecah informasi yang didapat. Menganalisis kemungkinan dan memprediksi hasilnya.
2. Penelitian
Salah satu contoh analytical thinking yaitu research . Dalam proses penelitian dibutuhkan kesabaran tinggi untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya sebelum membuat kesimpulan.
Kenali masalah lebih dulu dan data yang telah Anda kumpulkan selanjutnya akan dianalisis. Biasanya proses ini menguras waktu dan tenaga.
Informasi penting sangat berharga untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, prosedur ini melibatkan pengamatan, riset, peninjauan panjang.
3. Komunikasi
Seorang komunikator memiliki keterampilan analitis yang baik. Ini akan memudahkan ketika berkomunikasi dengan lawan bicara.
Informasi yang didapat tidak langsung diterima begitu saja, melainkan perlu melalui beberapa proses pengamatan dan evaluasi.
Sebelum menyampaikan solusi atas masalah yang lawan bicara utarakan, Anda telah mengidentifikasi poinnya. Keterampilan komunikasi analitis termasuk:
- kerja tim ( teamwork ),
- komunikasi lisan dan tertulis,
- Kemampuan mendengar aktif ,
- melakukan presentasi, dan
- kepekaan pada masalah.
4. Data analysis dan problem solving
Perusahaan yang bergerak di bidang penjualan dan pemasaran seringkali menerima data acak yang harus dianalisis, agar informasi tersebut bisa digunakan untuk perencanaan atau pengambilan keputusan.
Dengan mengidentifikasi dan memahami data random tersebut, Anda dapat melihat pola suatu tindakan.
Kemampuan berpikir analitis turut berguna dalam menyortir dan mengelola data yang ada yang memerlukan kemampuan problem solving.
5. Forecasting (memprediksi masa depan)
Tahukah Anda kalau kegiatan forecasting atau memprediksi masa depan di dunia perusahaan termasuk contoh kemampuan analitis.
Tanpa adanya pengamatan, analisis, evaluasi, dan peninjauan data lebih lanjut, kecil kemungkinan Anda menemukan solusi terbaik untuk mempersiapkan masa depan.
Terlebih di dunia yang serba cepat dan digital, informasi dan data bisa saja bertebaran. Namun, jika hanya Anda kumpulkan tetapi tidak dianalisis informasi tersebut akan sia-sia.
6. Kreativitas
Perencanaan kreatif termasuk analytical thinking . Biasanya dalam menciptakan ide-ide brilian, Anda perlu mengamati apa yang terjadi dan berpikir out of the box untuk menemukan solusi.
Cara mengasah analytical thinking
Analytical thinking skills merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan seiring waktu. Walaupun seseorang memiliki bakat berpikir analitis, tetapi kemampuan ini bisa saja hilang.
Sementara bagi Anda yang tidak merasa punya keterampilan analitis, berikut terangkum deretan cara yang bisa Anda coba.
1. Tingkatkan kepekaan pada lingkungan sekitar
Dalam proses berpikir analitis Anda perlu mengidentifikasi masalah. Ini hanya bisa dilakukan jika Anda peka terhadap sekitar.
Langkah pertama meningkatkan analytical thinking yaitu lebih peka dengan lingkungan sekitar dan coba analisis apa saja yang terjadi.
Menjadi orang yang detail dan jeli merupakan cara tepat meningkatkan keterampilan analitis.
2. Mengajarkan orang lain
Analytical thinking merupakan proses di mana Anda mengetahui hubungan sebab akibat dari suatu masalah, lalu menganalisis informasi yang dibutuhkan untuk menemukan solusi atau ide.
Cara meningkatkan pikiran analitis yaitu coba mengajarkan orang lain. Ini akan membantu Anda menilai seberapa analisisnya Anda.
Selain itu, kegiatan ini membantu Anda memproses dan menganalisis informasi dengan cukup memadai untuk mengomunikasikannya dengan cara yang bisa siswa pahami.
3. Memanfaatkan permainan analitis
Analytical thinking penting untuk membantu Anda, menghadapi tantangan di dunia kerja maupun personal. Oleh sebab itu, keahlian ini nggak boleh Anda abaikan.
Cara paling mudah mengembangkan analytical thinking yaitu melalui permainan seperti teka-teki silang dan sudoku yang mendorong Anda berpikir logis dan analitis.
4. Cobalah belajar hal baru
Analytical thinking digunakan setiap Anda menemukan masalah atau tantangan dalam hubungan kerja maupun pribadi.
Pengembangan kemampuan ini salah satunya dengan mencoba belajar hal baru. Semakin banyak informasi yang Anda dapatkan maka upaya pemecahan masalah bisa segera teratasi.
5. Mengikuti kelas dan pelatihan
Seseorang yang ingin memiliki kemampuan analytical thinking bisa mengikuti kelas dan gabung pelatihan diajarkan langsung oleh mentor.
Selain lewat pelatihan, Anda pun dapat bergabung debat yang mendorong diskusi, pemecahan masalah, dan penyaluran ide.
Di samping cara di atas, ada alternatif lainnya yang bisa Anda pertimbangkan yaitu:
- sering bertanya dan membuat jurnal,
- mengambil peran pemimpin di grup diskusi, dan
- perbanyak baca buku.
Analytical thinking vs critical thinking
Critical thinking vs analytical thinking apa bedanya dan pentingnya di dunia kerja? Mari bahas tuntas pembahasan lengkapnya di bawah ini.
1. Penggunaan fakta
Perbedaan analytical thinking dan critical thinking yang utama adalah penggunaan fakta atau informasi yang sudah dikumpulkan.
Analytical thinking menggunakan fakta sebagai bukti untuk menguatkan pengambilan keputusan, sedangkan critical thinking untuk membentuk opini atau kesimpulan.
Pemikiran analitis membantu Anda menemukan solusi untuk masalah yang kompleks dan menganalisis situasi. Sementara pemikiran kritis memudahkan dalam mengembangkan persepsi dan keyakinan tentang sebuah ide.
Proses pengembangan analytical thinking bisa memakan waktu lama. Jadi, Anda harus tetap konsisten menerapkan cara-cara di atas untuk mendapatkan hasil.
Nah, setelah menguasai pemikiran analitis jangan lupa memasukkan keahlian tersebut ke dalam CV, agar menarik perhatian HRD. Baca artikel menarik lainnya di Blog MyRobin .
Peluang bekerja di perusahaan ternama
Membangun jaringan karir, mengembangkan skill, serta dapatkan berbagai kemudahan dan manfaat lainnya
Apa Saja Perbedaan Karyawan Kontrak dan Karyawan Tetap?
Sobat MyRobin yang sedang mencari kerja atau yang sudah bekerja,
Banyak Peminat, Ini 7+ Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Jasa Di Berbagai Industri
Pekerjaan di Indonesia tentu sangat banyak jenisnya. Berdasarkan produk yang
Wajib Tahu! Berikut Tugas dan Fungsi Pengawas Serikat Pekerja
Serikat pekerja di Indonesia telah berperan penting dalam mengadvokasi hak-hak
Cara Menghitung Pesangon yang Benar 2022
Bagaimana cara menghitung uang pesangon bagi pekerja tetap yang sudah
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.
Cepat kerja, banyak untungnya pula!
Apa Itu Brainstorming? Begini Tujuan, Cara Efektif, dan Contohnya
Brainstorming adalah proses saat sebuah kelompok berupaya mencari solusi atas masalah tertentu dengan menghimpun semua ide yang disumbangkan para anggotanya secara spontan.
Definisi brainstorming tersebut dikemukakan tokoh periklanan Amerika Alex Osborn, yang mempelopori teknik kreativitas tersebut pada dekade 50-an, seperti dikutip dari buku Andy Green berjudul Creativity in Public Relation.
Tujuan Brainstorming
Istilah brainstorming sudah familier digunakan ketika diskusi. Menerapkan metode brainstorming dapat membantu tim menemukan ide dan solusi bersama dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan brainstorming yaitu menghasilkan gagasan maupun ide-ide baru tanpa mengkritik pemikiran apapun, demikian diterangkan dalam buku Sukses Memimpin oleh Dale Carnegie.
Di samping itu, terlibatnya anggota kelompok ke dalam suatu kegiatan brainstorming dapat mendorong kemampuannya dalam mengemukakan pendapat, berdiskusi, dan berpikir agar semakin terasah.
Lantas, bagaimana cara melakukan brainstorming?
Cara Melakukan Brainstorming dengan Efektif
Mengutip buku Inno-Fiction: Berani Gagal dalam Berkreasi oleh Alfred Boediman dan laman Interaction Design Foundation , berikut cara agar brainstorming berjalan efektif:
1. Tentukan Dulu Masalah dan Tujuannya
Tanpa didasari tujuan, sesi brainstorming akan berjalan tanpa arah. Sampaikan kepada semua anggota tentang apa tujuan sesi brainstorming diselenggarakan, masalah apa yang dihadapi, dan masalah apa yang hendak diselesaikan.
2. Batasi Durasi
Lamanya waktu melakukan sesi brainstorming dipengaruhi kerumitan masalah yang hendak diselesaikan. Normalnya, sesi brainstorming berdurasi 15-60 menit. Selain itu, ada baiknya sesi brainstorming dilakukan pagi hari saat pikiran masih segar.
3. Tahan Diri dari Penilaian atau Kritik
Selama sesi brainstorming tengah berjalan, tidak ada yang boleh berpikr maupun menunjukkan gestur negatif mengenai ide yang disampaikan.
4. Izinkan Buka Percakapan
Untuk mencapai hasil yang konkret, penting untuk membuka percakapan atau sesi tanya jawab. Jangan lupa untuk menunjukkan rasa hormat bagi ide yang muncul di forum.
5. Bangun Visual
Diagram serta post it membantu menghadirkan ide-ide dan membantu anggota melihat dari cara yang berbeda.
6. Dorong Munculnya Ide-ide Aneh
Hindari mengeluarkan frasa 'terlalu mahal' atau semacamnya. Buka kesempatan agar semua orang merasa bebas untuk melontarkan ide, asalkan sesuai topik. Dengan begitu, brainstorming dapat membangun dan memicu datangnya ide-ide baru maupun gagasan dari masing-masing anggota.
Contoh Metode Brainstorming
1. mind mapping.
Salah satu metode brainstorming yaitu memetakan ide dalam kerangka berpikir ( mind map ). Lewat mind mapping, para anggota tim tetap bisa fokus pada ide sentral sambil mengatur dan mengelompokan ide-ide pada jenis yang tepat.
Agar ide-ide mudah untuk diatur, gunakan kata kunci sederhana. Dengan begitu,akan lebih mudah menemukan ide yang paling potensial terkait masalah yang dihadapi.
Pembuatan mind mapping sederhana bisa menggunakan post it, selembar kertas, spidol, dan juga papan tulis. Anggota kelompok juga bisa menambahkan elemen grafis. Dengan begitu, anggota kelompok bisa mempunyai gambaran visual di pikiran dan mampu merangkai alur ide.
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (kesempatan), dan threat (ancaman).
Pemanfaatan analisis SWOT memungkinkan seseorang mengatasi kemungkinan gagal karena kelemahan, risiko ancaman, dan memaksimalkan kekuatan serta peluang yang bisa didapatkan.
Itulah tentang pengertian, teknik, dan contoh metode brainstorming . Semoga bermanfaat ya, detikers.
Solusi Ganjar Selesaikan Kesulitan Pengairan Irigasi di Magelang
20 ide kostum 17 agustus unik dan kreatif, bisa jadi referensi karnaval nih, 7 ide lomba 17 agustus dari permainan tradisional, ayo lestarikan budaya, 30 ide lomba 17 agustus yang cocok untuk anak tk, mudah tapi seru, 30 ide lomba 17 agustus 2024 untuk semua usia, dijamin seru, opportunity adalah peluang, ini contohnya dalam analisis swot, ide dukung sandiaga uno optimalkan potensi musisi indonesia timur, dorong musisi optimasi karya di youtube, ide janjikan transparansi laporan, d'mentor live : peluang dan ide usaha hampers.
Universitas Indonesia
Universitas Gadjah Mada
Universitas Diponegoro
Universitas Airlangga
Institut Pertanian Bogor
Legalitas Usaha
HR MANAGEMENT
Tax and accounting
Digital Marketing
Virtual Offices
Konsultan Hukum
- Tentang Kami
KAMUS BISNIS
Kalkulator Pajak
Follow Associe
- Agustus 29, 2023
Peter Marvin Harijono
Direview oleh: Frengky Johanes
Manajemen Konflik: Pengertian, Contoh, dan Cara Mengatasinya
Konflik adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam dunia kerja. Setiap individu memiliki latar belakang, pandangan, dan tujuan yang berbeda-beda. Hal ini bisa menimbulkan perbedaan pendapat, ketidaksepakatan, atau bahkan pertentangan antara satu pihak dengan pihak lain. Konflik bisa terjadi antara karyawan dengan karyawan, karyawan dengan atasan, atau karyawan dengan pihak eksternal seperti pelanggan atau mitra bisnis.
Konflik yang tidak dikelola dengan baik bisa berdampak negatif bagi organisasi. Konflik bisa menurunkan produktivitas, kualitas, dan kinerja karyawan. Konflik juga bisa merusak hubungan kerjasama, kepercayaan, dan loyalitas karyawan. Konflik bahkan bisa mengancam kelangsungan hidup organisasi jika tidak segera diselesaikan.
Oleh karena itu, diperlukan manajemen konflik dalam organisasi. Manajemen konflik adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, menyelesaikan, dan mencegah konflik yang terjadi dalam organisasi. Manajemen konflik bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis, kondusif, dan efektif. Manajemen konflik juga bertujuan untuk memanfaatkan konflik sebagai sumber inovasi, kreativitas, dan perbaikan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang pengertian manajemen konflik, penyebab dan contoh konflik dalam organisasi, fungsi manajemen konflik, jenis manajemen konflik, dan ketrampilan yang perlu dimiliki oleh HR maupun pemilik bisnis dalam mengatasi konflik.
Table of Contents
Penyebab dan contoh konflik dalam organisasi.
Konflik bisa muncul karena berbagai sebab yang berkaitan dengan faktor individu maupun organisasional. Berikut ini adalah beberapa penyebab umum dan contoh konflik dalam organisasi:
Kurangnya Komunikasi
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi, ide, pendapat, atau perasaan antara dua pihak atau lebih. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dapat disampaikan dan dipahami dengan jelas oleh penerima pesan. Komunikasi yang kurang efektif bisa menyebabkan kesalahpahaman, kebingungan, atau kesalahan interpretasi.
Contoh konflik akibat kurangnya komunikasi adalah ketika seorang karyawan tidak mengetahui perubahan jadwal rapat yang telah diinformasikan oleh atasan melalui email. Karyawan tersebut datang terlambat ke rapat dan mendapat teguran dari atasan. Karyawan tersebut merasa tidak adil karena tidak menerima email tersebut dan menyalahkan atasan karena tidak menginformasikan secara langsung.
Perintah Kurang Jelas
Perintah adalah instruksi atau arahan yang diberikan oleh atasan kepada bawahan untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan tertentu. Perintah yang jelas adalah perintah yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh bawahan sesuai dengan harapan atasan. Perintah yang kurang jelas adalah perintah yang ambigu, tidak spesifik, atau tidak lengkap.
Contoh konflik akibat perintah kurang jelas adalah ketika seorang atasan memerintahkan bawahannya untuk membuat laporan bulanan tanpa memberikan batas waktu pengumpulan atau format laporan yang diinginkan. Bawahan tersebut membuat laporan sesuai dengan cara dan waktu yang ia anggap tepat. Namun, atasan tidak puas dengan laporan tersebut dan menilai bawahan tersebut tidak kompeten.
Perbedaan Karakter
Karakter adalah ciri khas atau sifat yang melekat pada diri seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Karakter dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, pendidikan, pengalaman, dan lain-lain. Karakter yang berbeda bisa menjadi kekuatan atau kelemahan bagi organisasi. Karakter yang berbeda bisa menjadi sumber keragaman, kaya ide, dan saling melengkapi. Namun, karakter yang berbeda juga bisa menjadi sumber konflik jika tidak ada toleransi, penghargaan, atau pengertian antara pihak-pihak yang terlibat.
Contoh konflik akibat perbedaan karakter adalah ketika seorang karyawan yang bersifat introvert bekerja sama dengan karyawan yang bersifat ekstrovert dalam suatu proyek. Karyawan yang introvert cenderung lebih suka bekerja sendiri, fokus pada detail, dan tidak banyak bicara. Karyawan yang ekstrovert cenderung lebih suka bekerja secara tim, fokus pada hasil, dan banyak berinteraksi. Kedua karyawan tersebut sering bertentangan dalam hal cara kerja, prioritas, dan komunikasi.
Persaingan Kerja
Persaingan kerja adalah kondisi di mana dua pihak atau lebih berusaha untuk mencapai tujuan yang sama atau mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan cara yang saling mengalahkan atau menghambat. Persaingan kerja bisa bersifat positif atau negatif. Persaingan kerja yang positif adalah persaingan yang mendorong pihak-pihak yang terlibat untuk meningkatkan kualitas, kreativitas, dan motivasi kerja mereka. Persaingan kerja yang negatif adalah persaingan yang menimbulkan rasa iri, dengki, curang, atau bermusuhan antara pihak-pihak yang terlibat.
Contoh konflik akibat persaingan kerja adalah ketika dua karyawan bersaing untuk mendapatkan promosi jabatan di organisasi. Kedua karyawan tersebut memiliki prestasi dan kinerja yang hampir sama. Namun, salah satu karyawan mencoba untuk menjatuhkan karyawan lain dengan menyebarkan gosip buruk, mencuri ide, atau mengkritik di depan atasan.
Fungsi Manajemen Konflik
Manajemen konflik memiliki beberapa fungsi penting bagi organisasi. Berikut ini adalah beberapa fungsi manajemen konflik:
Mengurangi Kesenjangan antar Karyawan
Manajemen konflik dapat mengurangi kesenjangan antar karyawan yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang, pandangan, tujuan, atau kepentingan. Manajemen konflik dapat membantu karyawan untuk saling mengenal, memahami, menghargai, dan menghormati perbedaan-perbedaan tersebut. Manajemen konflik juga dapat membantu karyawan untuk menemukan titik temu, kesepakatan, atau solusi bersama yang dapat memuaskan semua pihak.
Melatih Kepemimpinan
Manajemen konflik dapat melatih kepemimpinan bagi atasan maupun bawahan dalam organisasi. Atasan dapat melatih kepemimpinan dengan menjadi mediator, fasilitator, atau penengah dalam menyelesaikan konflik antara bawahan atau antara bawahan dengan pihak eksternal. Atasan juga dapat melatih kepemimpinan dengan memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik dalam menghadapi konflik. Bawahan dapat melatih kepemimpinan dengan menjadi inisiator, partisipan, atau kolaborator dalam menyelesaikan konflik antara sesama bawahan atau antara bawahan dengan atasan.
Mengevaluasi Sistem Kerja
Manajemen konflik dapat mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi. Manajemen konflik dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam sistem kerja seperti struktur organisasi, proses bisnis, standar operasional prosedur (SOP) , kebijakan organisasi , sistem penghargaan dan hukuman, hingga sistem informasi dan komunikasi.
Jenis Manajemen Konflik
Dalam manajemen konflik, terdapat beberapa jenis atau gaya yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Jenis atau gaya manajemen konflik ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tingkat kepedulian terhadap diri sendiri dan tingkat kepedulian terhadap orang lain. Berdasarkan kedua faktor ini, ada lima jenis atau gaya manajemen konflik, yaitu:
Accommodating
Accommodating adalah jenis atau gaya manajemen konflik yang ditandai dengan tingkat kepedulian terhadap diri sendiri yang rendah dan tingkat kepedulian terhadap orang lain yang tinggi. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini cenderung mengalah, menurut, atau berkorban demi kepentingan orang lain. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini biasanya memiliki sikap kooperatif, ramah, dan tidak egois.
Contoh penggunaan jenis atau gaya ini adalah ketika seorang karyawan bersedia mengurangi jam kerjanya untuk memberikan kesempatan kepada karyawan lain yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugasnya.
Avoiding adalah jenis atau gaya manajemen konflik yang ditandai dengan tingkat kepedulian terhadap diri sendiri yang rendah dan tingkat kepedulian terhadap orang lain yang rendah. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini cenderung menghindar, menunda, atau mengabaikan konflik yang terjadi. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini biasanya memiliki sikap pasif, tidak peduli, dan tidak bertanggung jawab.
Contoh penggunaan jenis atau gaya ini adalah ketika seorang karyawan tidak mau berbicara dengan karyawan lain yang berselisih dengannya dan memilih untuk bekerja sendiri tanpa berinteraksi dengan siapa pun.
Compromising
Compromising adalah jenis atau gaya manajemen konflik yang ditandai dengan tingkat kepedulian terhadap diri sendiri yang sedang dan tingkat kepedulian terhadap orang lain yang sedang. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini cenderung mencari jalan tengah, kesepakatan, atau solusi win-win antara kedua pihak yang terlibat dalam konflik. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini biasanya memiliki sikap realistis, fleksibel, dan adil.
Contoh penggunaan jenis atau gaya ini adalah ketika dua karyawan sepakat untuk membagi tugas dan tanggung jawab mereka secara proporsional sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
Collaborating
Collaborating adalah jenis atau gaya manajemen konflik yang ditandai dengan tingkat kepedulian terhadap diri sendiri yang tinggi dan tingkat kepedulian terhadap orang lain yang tinggi. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini cenderung bekerja sama, berdiskusi, atau berkolaborasi dengan pihak lain untuk mencari solusi terbaik bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini biasanya memiliki sikap aktif, kreatif, dan inovatif.
Contoh penggunaan jenis atau gaya ini adalah ketika sekelompok karyawan membentuk tim kerja untuk menyelesaikan suatu proyek dengan saling berbagi ide, saran, dan masukan.
Competing adalah jenis atau gaya manajemen konflik yang ditandai dengan tingkat kepedulian terhadap diri sendiri yang tinggi dan tingkat kepedulian terhadap orang lain yang rendah. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini cenderung bersaing, mendominasi, atau memaksakan kehendaknya kepada pihak lain. Pihak yang menggunakan jenis atau gaya ini biasanya memiliki sikap agresif, ambisius, dan keras kepala.
Contoh penggunaan jenis atau gaya ini adalah ketika seorang karyawan berusaha untuk mendapatkan promosi jabatan dengan cara menjatuhkan kinerja karyawan lain di depan atasan.
Ketrampilan yang Perlu Dimiliki oleh HR maupun Pemilik Bisnis dalam Mengatasi Konflik
Mengatasi konflik dalam organisasi tidaklah mudah. Diperlukan ketrampilan tertentu yang dapat membantu HR maupun pemilik bisnis dalam menangani konflik secara efektif dan efisien. Berikut ini adalah beberapa ketrampilan yang perlu dimiliki oleh HR maupun pemilik bisnis dalam mengatasi konflik:
Komunikasi adalah ketrampilan dasar yang sangat penting dalam manajemen konflik. Komunikasi yang baik dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk menyampaikan pesan, informasi, atau perintah dengan jelas dan tepat. Komunikasi yang baik juga dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk mendengarkan, memahami, dan merespon masalah, keluhan, atau saran dari pihak lain. Komunikasi yang baik juga dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk mengekspresikan emosi, pendapat, atau sikap dengan sopan dan santun.
Empati adalah ketrampilan yang berkaitan dengan kemampuan untuk merasakan atau memahami perasaan, pikiran, atau situasi dari pihak lain. Empati dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk menunjukkan rasa peduli, simpati, atau dukungan kepada pihak lain yang terlibat dalam konflik. Empati juga dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Problem Solving
Problem solving adalah ketrampilan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menemukan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah yang menjadi sumber konflik. Problem solving dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk mengidentifikasi akar masalah, menyusun alternatif solusi, memilih solusi terbaik, dan mengimplementasikan solusi tersebut. Problem solving juga dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk mengukur efektivitas dan efisiensi solusi yang telah diterapkan.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah ketrampilan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memilih atau menentukan pilihan yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Pengambilan keputusan dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk menyelesaikan konflik dengan cepat dan tepat. Pengambilan keputusan juga dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk mempertimbangkan berbagai aspek seperti fakta, data, logika, etika, hukum, dan lain-lain dalam membuat keputusan.
Manajemen konflik adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, menyelesaikan, dan mencegah konflik yang terjadi dalam organisasi. Manajemen konflik memiliki beberapa fungsi seperti mengurangi kesenjangan antar karyawan, melatih kepemimpinan, dan mengevaluasi sistem kerja. Manajemen konflik juga memiliki beberapa jenis atau gaya seperti accommodating, avoiding, compromising, collaborating, dan competing. Manajemen konflik juga membutuhkan beberapa ketrampilan seperti komunikasi, empati, problem solving, dan pengambilan keputusan.
Manajemen konflik tidak hanya menjadi tanggung jawab HR saja, tetapi juga pemilik bisnis. Pemilik bisnis harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang manajemen konflik agar dapat mengelola organisasinya dengan baik. Pemilik bisnis juga harus memiliki mitra atau konsultan HR yang profesional dan berpengalaman dalam bidang manajemen konflik.
Salah satu mitra atau konsultan HR yang dapat Anda andalkan adalah Associe . Associe adalah perusahaan yang menyediakan jasa HR management untuk membantu mengatasi problem HR Anda. Segera hubungi Associe untuk mendapatkan jasa HR management yang berkualitas dan terpercaya untuk #BangkitLebihHebat
Related posts:
Butuh Bantuan untuk Keperluan HR?
Layanan HR Management dari Associe siap membantu kamu mengatasi hal itu!
Mengenal Perbedaan Hard Skill dan Soft Skill Beserta Contohnya
Devi lianovanda.
April 3, 2024 • 7 minutes read
Sudah tahu perbedaan hard skill dan soft skill? Di artikel ini, akan dibahas perbedaan keduanya serta contoh hard skill dan contoh soft skill yang banyak dicari perusahaan.
Hard skill dan soft skill sepertinya bukan istilah yang asing lagi bagi sebagian orang, terutama bagi para fresh graduate , pencari kerja, atau pekerja. Ketika mau melamar sebuah pekerjaan, kita pasti mencantumkan hard skill dan soft skill yang kita miliki di CV agar perekrut tahu bahwa kita memenuhi requirements yang diberikan oleh mereka.
Nah, kamu pernah nggak bingung dan nggak tahu harus mencantumkan skill apa aja di dalam CV? Bahkan, kamu masih susah membedakan dan sering tertukar antara hard skill dan soft skill ? Karena nggak bisa bedain, akhirnya malah jadi skill yang tertukar. Hard skill ditaruh di soft skill dan soft skill ditaruh di hard skill . 🙁
Biar nggak bingung atau tertukar lagi, cari tahu perbedaan dan contoh hard skill dan soft skill , yuk!
Perbedaan hard skill dan soft skill
Sebelumnya, kamu sudah tahu belum, sebenarnya skill itu apa, sih, artinya? Jadi, sederhananya, skill adalah kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Skill terbagi menjadi dua, yaitu hard skill dan soft skill . Kedua skill ini dibutuhkan dan saling melengkapi dalam dunia kerja. Apa itu soft skill dan apa itu hard skill ? Yuk, simak penjelasannya!
Dilansir dari themuse.com , hard skill adalah keterampilan atau pengetahuan khusus yang dibutuhkan untuk sebuah pekerjaan . Contohnya, untuk pekerjaan Network Engineer, hard skill yang harus dimiliki adalah memahami standar OSI Layer 7, subnetting IP, routing, switching, dan lainnya. Namun, kalau kamu mau melamar pekerjaan lain, misalnya Akuntan, Graphic Designer, atau Copywriter, hard skill yang dibutuhkan pasti berbeda. Setiap pekerjaan membutuhkan hard skill yang berbeda-beda , tergantung pekerjaan apa yang kamu jalani atau tekuni.
Hard skill adalah keterampilan yang bisa dipelajari dan terukur . Umumnya, hard skill bisa dipelajari dan dikembangkan melalui pendidikan formal, kursus, pelatihan perusahaan, atau sertifikasi. Nah, ijazah, sertifikat pelatihan, atau penghargaan adalah contoh alat untuk mengukur seberapa jauh kamu menguasai hard skill tertentu. Selain menunjukkan seberapa kemampuan kamu terhadap suatu hard skill berdasarkan nilai, ijazah dan sertifikat juga merupakan bukti yang nyata kalau kamu memang benar-benar menguasai hard skill tersebut.
Contohnya adalah kamu mau belajar bahasa Inggris, lalu kamu mengikuti kursus di lembaga tertentu. Setelah semua kursus selesai, kamu mengikuti tes TOEFL atau IELTS dan mendapatkan sertifikat yang berisi skor tes. Nah, nilai TOEFL ini menjadi bukti kamu mahir berbahasa Inggris dengan level tertentu. Begitu juga dengan sertifikasi lainnya.
Oleh karena itu, beberapa pekerjaan, seperti Engineer dan Akuntan sering mengambil sertifikasi ini dan itu. Selain untuk memenuhi syarat lowongan pekerjaan, sertifikasi juga bisa membantu meningkatkan karier, mendapatkan kenaikan gaji, naik jabatan atau promosi, dan sebagainya.
Baca juga: Cara Menulis Skill di CV dengan Baik dan Benar Beserta Contohnya
Setelah hard skill , sekarang waktunya kenalan dengan soft skill . Apa itu soft skill ? Jadi, soft skill adalah atribut pribadi atau bisa juga disebut kemampuan interpersonal yang dibutuhkan dalam pekerjaan . Soft skill lebih menunjukkan bagaimana cara kamu berinteraksi dengan orang lain.
Kalau hard skill adalah kemampuan yang spesifik, soft skill sifatnya lebih umum. Maksudnya, soft skill adalah kemampuan yang dibutuhkan oleh pekerjaan apa pun. Contohnya adalah skill komunikasi, manajemen waktu, motivasi, kecerdasan emosional, dan lainnya. Apa pun pekerjaanmu, pasti perlu kemampuan komunikasi, manajemen waktu, kecerdasan emosional, motivasi kerja, dan soft skill lainnya untuk mendukung kinerja.
Sama seperti hard skill , soft skill juga bisa dipelajari dan dikembangkan. Soft skill bisa dipelajari melalui kursus atau pelatihan. Namun, karena soft skill adalah kepribadian dasar dari seseorang atau bawaan, cara terbaik untuk meningkatkannya adalah dengan banyak berinteraksi dengan orang lain dan mengamati lingkungan sekitar.
Misalnya kamu mau mengembangkan skill komunikasi, kamu bisa belajar teorinya melalui kursus atau pelatihan. Untuk meningkatkannya, kamu tentu harus melakukan praktik. Belajar untuk mengobrol dengan orang lain, belajar mendengarkan, berpendapat, berdiskusi, dan juga menyimak. Kamu bisa juga ikut komunitas, ikut project di tempat kerja, gabung ke kelompok belajar, dan lainnya. Dengan praktik, pelan-pelan kemampuan komunikasi akan berkembang.
Baca juga: Skill Penting yang Perlu Kamu Kuasai untuk Survive di Masa Depan
Meskipun soft skill yang kamu miliki mengalami peningkatan atau perkembangan, hal ini sulit untuk diukur dan dibuktikan. Sulit untuk mengukur kemampuan komunikasi, kepemimpinan, atau kemampuan mengambil keputusan seseorang karena sifatnya sangat personal dan subjektif.
Misalnya, kamu sudah belajar meningkatkan kemampuan problem solving dan pengambilan keputusan, lalu dalam sebuah masalah, kamu mengambil keputusan A. Akan ada pihak yang menilai bahwa keputusan yang kamu ambil salah, tapi ada juga yang menilai bahwa keputusan yang kamu ambil sudah benar. Jadi, sifatnya sangat personal dan subjektif.
Contoh hard skill
Hard skill membantu kamu untuk bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Hard skill sifatnya spesifik, tergantung pekerjaan tertentu. Berikut adalah beberapa contoh hard skill yang bisa kamu tulis di dalam CV:
- bahasa pemrograman (C++, Java, JavaScript, Phyton) ;
- UI/UX design;
- keamanan jaringan ;
- kemampuan berbahasa asing ( bilingual/multilingual );
- SEO/SEM marketing ;
- Microsoft Office (Word, Excel, PowerPoint);
- copywriting;
- content writing;
- UX writing;
- visualisasi data;
- project management;
- web & app development;
- video editing ;
- digital marketing;
- analisis data;
- desain grafis (Photoshop, Corel Draw, Illustrator);
- Facebook Ads;
- Twitter Ads;
- Data Mining; dan
- Google Ads .
Contoh soft skill
Kalau hard skill membantumu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik, soft skill membantumu untuk berkembang di tempat kerja dengan kemampuan berinteraksi secara positif dengan orang lain. Contoh soft skill yang dicari perusahaan adalah sebagai berikut:
- berpikir kreatif;
- berpikir kritis;
- kolaborasi dan kerja sama tim;
- komunikasi ;
- presentasi;
- kepemimpinan;
- manajemen waktu;
- detail-oriented ;
- public speaking ;
- kecerdasan emosional;
- motivasi diri;
- networking (membangun relasi);
- berpikir analitis & berinovasi;
- problem solving ;
- rasa ingin tahu;
- flexibility ; dan
- pengambilan keputusan.
Hard skill dan soft skill, keduanya sama-sama penting
Mungkin ada yang berpikir bahwa hard skill lebih penting daripada soft skill . Pasalnya, hard skill bisa membantu kita bekerja dengan baik. Namun, soft skill juga nggak kalah penting, lho. Charles Riborg menuliskan di laporannya yang berjudul A Study of Engineering Education bahwa 85% kesuksesan dalam pekerjaan didukung oleh soft skill dan 15%-nya didukung oleh hard skill .
Di tahap melamar kerja, hard skill bisa membuat kamu diundang interview karena memenuhi kualifikasi yang ada. Namun, soft skill bisa membuatmu lolos interview dan diterima kerja. Dengan kemampuan komunikasi yang baik, kamu bisa menjawab rentetan pertanyaan wawancara dengan baik dan dengan hard skill yang baik, kamu bisa membuktikan bahwa keahlianmu sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan.
Ketika sudah bekerja, hard skill tentu saja membantumu menyelesaikan pekerjaan, tapi soft skill membantumu bertahan dan berkembang. Dalam bekerja, pasti diperlukan koordinasi, komunikasi, problem solving , dan lainnya. Dengan soft skill yang baik, masalah-masalah pekerjaan bisa kamu selesaikan dengan baik.
Jadi, hard skill dan soft skill sama-sama penting untuk dipelajari dan dikembangkan karena kombinasi keduanya sangat berpengaruh untuk pekerjaan. Kamu bisa lihat contoh soft skill dan hard skill yang lebih lengkap dan paling dibutuhkan di masa depan melalui artikel Contoh Soft Skill dan Hard Skill yang Dibutuhkan di Dunia Kerja .
Itulah pembahasan tentang perbedaan hard skill dan soft skill , lengkap dengan contohnya. Kamu bisa belajar atau mengembangkan soft skill dan hard skill dengan mengikuti kelas dari Skill Academy.
Kelas Sukses Kerja bisa jadi pilihan yang tepat untukmu. Di kelas-kelas ini, kamu bisa belajar keterampilan dari pekerjaan tertentu secara lengkap dan spesifik. Selain itu, kamu juga akan belajar bersama instruktur yang kompeten dan berpengalaman di bidangnya. Tunggu apa lagi? Yuk, upgrade kualitas diri bersama Skill Academy!
Borsellino, Regina. ‘Hard Skill vs Soft Skill: What the Heck’s the Difference’ [daring]. Tautan: https://www.themuse.com/advice/hard-skills-vs-soft-skills (Diakses pada: 07 Oktober 2021)
Yeh, Alyssa. 2021. ‘Hard Skill vs Soft Skill: What’s the Difference, and How to Improve Both’ [daring]. Tautan: https://blog.hubspot.com/marketing/hard-skills-soft-skills (Diakses pada: 07 Oktober 2021)
Bleich, Corey. ‘Hard Skill vs Soft Skills: Examples and Definitions’ [daring]. Tautan: https://www.edgepointlearning.com/blog/hard-skills-vs-soft-skills/ (Diakses pada: 07 Oktober 2021)
Bagikan artikel ini:
IMAGES
COMMENTS
Alhasil, upaya problem solving yang dilakukan nggak seefektif dan seefisien yang diharapkan, iya nggak? Strategi yang bisa elo gunakan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan mengenai masalah tersebut, cari tahu seluk-beluk permasalahan itu—bisa menjawab apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana.
Problem solving adalah skill penting untuk karir Anda. Pelajari arti, proses, contoh, manfaat, dan tips tingkatkannya di Glints.
Delapan berikut adalah manfaat utama dari memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang perlu kamu tau: 1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah. Manfaat utama problem solving adalah kemampuan untuk mengatasi masalah dengan lebih efektif. Seseorang yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah akan dapat menghadapi tantangan dengan lebih ...
Contoh 1: Deadline mepet dan beban kerja banyak. Salah satu contoh problem solving yang akan sering kamu jumpai di dunia profesional adalah tugas yang menumpuk dengan tenggat waktu berdekatan. Jika kamu berada dalam situasi ini, jangan panik dulu. Pertama, tarik napas agar kamu bisa berpikir dengan jernih.
Problem solving merupakan salah satu skill penting yang diperlukan dalam dunia kerja. Pasalnya, problem solving berkaitan erat dengan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik sebagai bentuk penyelesaiannya.
Secara bahasa, problem solving adalah penyelesaian masalah. Kenali lebih dalam apa maksud dari problem solving, apa saja manfaatnya dan bagaimana prosesnya. Kita akan ulas pula tips meningkatkan kemampuan problem solving beserta contohnya.
Pada artikel kali ini, Gajihub akan mengupas tuntas apa yang dimaksud dengan problem solving, pentingnya skill tersebut dalam dunia kerja, hingga bagaimana cara meningkatkannya.
Langkah-langkah kemampuan problem solving. Disadur dari buku Kurikulum dan Pembelajaran (2013) oleh Oemar Hamalik, ada tujuh langkah kemampuan problem solving secara umum, yaitu: Menghadapi masalah, artinya individu menyadari ada suatu masalah yang dihadapi. Merumuskan masalah, menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik atau rinci.
Problem solving adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan cara yang efektif untuk solusi sebuah permasalahan tersebut. Dalam penerapannya, dibutuhkan model pembelajaran pemecahan masalah agar bisa dilakukan dengan tepat. Ada tiga teknik pelaksanaan pemecahan masalah yaitu design thinking, solution-based thinking, dan linear thinking.
Problem solving adalah kemampuan dalam pemecahan masalah yang diantaranya adalah usaha menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, sehingga menggerakan kita agar lebih dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat membantu seseorang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya dengan cara yang paling efektif dengan cara merumuskan masalah, menyusun rencana ...
Problem solving merupakan salah satu soft skill yang penting dimiliki oleh setiap individu, terutama di dunia kerja. Problem solving melibatkan berbagai proses mental dan intelektual, seperti mendengar, meneliti, berpikir kritis, berpikir kreatif, berkomunikasi, bekerja sama, dan mengambil keputusan.
Mengenal Apa Itu Masalah Lalu, apa itu problem solving? Pertama mari kita pahami dulu apa itu masalah. Apakah Anda tahu, apa yang dimaksud dengan masalah? Saya yakin selama ini Anda memiliki banyak masalah dalam hidup (begitu juga saya). Tentu kita ingin semua masalah yang ada di hidup kita bisa diselesaikan dengan cepat.
Problem statement adalah pernyataan terkait masalah atau kendala darurat yang terjadi, sehingga bisa cepat ditangani. Pahami lebih lengkap fungsi, struktur, dan cara membuat problem statement di artikel ini!
Apa yang dimaksud dengan problem based learning? Problem based learning adalah metode pembelajaran yang menuntut para peserta didik (siswa dan mahasiswa) untuk aktif memanfaatkan berbagai kecerdasan dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Sebelumnya, PBL atau Problem-Based Learning merupakan salah satu metode pembelajaran di mana siswa akan bersama-sama mengidentifikasi masalah dan merancang solusi untuk memecahkannya. Sedangkan, Problem Solving adalah kemampuan untuk mengatasi masalah dengan cara yang efektif dan efisien, dari tahap analisis hingga implementasi solusi.
Berikut adalah manfaat yang bisa kamu dapat dengan memiliki kemampuan berpikir kritis. 1. Mudah menyelesaikan masalah. Dengan melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kamu dapat menemukan apa saja kesalahan yang mungkin terlewat oleh anggota tim lain atau bahkan atasan.
Definisi Computational Thinking. Computational thinking adalah cara berpikir untuk menyelesaikan masalah (problem solving) dengan cara menguraikannya menjadi beberapa tahapan yang efektif, efisien, dan menyeluruh, meliputi: decomposition, pattern recognition, abstraction, algorithms yang merupakan beberapa konsep dasar ilmu komputer.
Sistem ini melibatkan serangkaian keterampilan dan proses berpikir yang serupa dengan cara kerja komputer, yang memungkinkan manusia untuk menghadapi masalah dengan lebih efisien dan efektif. Nah, apa sebenarnya penjelasan lebih dalam mengenai berpikir komputasional, apa fondasi dan contoh-contohnya?? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.
Analytical thinking merupakan keterampilan berpikir yang kerap bersanding dengan critical thinking di dalam persyaratan lowongan kerja. Namun, apa pentingnya menguasai skill ini? Perusahaan membutuhkan karyawan dengan kemampuan analitis yang baik untuk mengumpulkan data dan informasi, sebagai dasar pengambilan keputusan atau strategi.
Brainstorming memungkinkan munculnya solusi permasalahan dari ide-ide yang dihimpun. Begini cara melakukan brainstorming yang efektif dan contohnya.
Problem solving adalah ketrampilan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menemukan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah yang menjadi sumber konflik. Problem solving dapat membantu HR maupun pemilik bisnis untuk mengidentifikasi akar masalah, menyusun alternatif solusi, memilih solusi terbaik, dan mengimplementasikan solusi tersebut.
Soft skill lebih menunjukkan bagaimana cara kamu berinteraksi dengan orang lain. Kalau hard skill adalah kemampuan yang spesifik, soft skill sifatnya lebih umum. Maksudnya, soft skill adalah kemampuan yang dibutuhkan oleh pekerjaan apa pun. Contohnya adalah skill komunikasi, manajemen waktu, motivasi, kecerdasan emosional, dan lainnya.
Mengapa hal ini penting ? Jelaskan ! 11) Apa yang dimaksud dengan diferensial eksak ? 12) Misalkan anda memiliki suatu diferensial eksak : dC, yang berasal dari suatu fungsi yang ada dan baik C=C(m,n) . Makna fisis apa yang dapat anda katakan tentang 13) dC? Jelaskan ! Misalkan anda memiliki suatu diferensial tak eksak : dR.